Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI PEMBELAJARAN AUD

CATATAN LAPANGAN

DISUSUN OLEH :

Ayu Lestari

Ferra

Mauizatul Marhamah

Susi Sundari

MATA KULIAH : EVALUASI PEMBELAJARAN AUD

DOSEN PENGAMPU : YECHA FEBRIAENITHA PUTRI.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt atas segala
rahmat berkah,dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini “
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak - pihak yang sumbernya berupa buku dan tulisan yang bisa
dijadikan referensi saat oleh penulis untuk menyelesaikan makalah ini .
Dan harapkan saya semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca untuk kedepanya
khususnya dalam pembelajaraan anak usia dini .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
banyak kekurangan dan kesalahan, kami menerima krtik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan makalah ini .

Palembang , Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................2
A. Latar Belakang......................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4
A. Pengertian Catatan Lapangan................................................................................4
B. Bentuk Catatan Lapangan......................................................................................4
C. Isi Catatan Lapangan.............................................................................................5
D. Membuat Transkip Catatan Lapangan...................................................................7
BAB III PENUTUP......................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data yang diperoleh oleh peneliti dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yang semuanya itu terangkum dalam teknik-teknik pengumpulan data.
Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan
sumber primer dan sumber sekunder.Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, contohnya lewat orang lain dan dokumen (Sugiyono, 2008). Selanjutnya
bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket),
dokumentasi, dan triangulasi keempatnya.

Observasi dan wawancara merupakan teknik pengumpulan data


terbesar yang tidak bisa dihindarkan dari penelitian kualitatif. Peneliti hanya
dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia nyata yang
diperoleh dari observasi. Begitu juga sebaliknya, wawancara juga dapat
dimanfaatkan oleh peneliti untuk melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang diteliti. Dalam melaksanakan kedua cara
pengumpulan data tersebut, peneliti wajib membuat Catatan Lapangan, dimana
tujuan dari pencatatan ini berguna untuk memperkuat data yang diperoleh.
Pencatatan lapangan dilakukan sewaktu peneliti berada dilapangan, yang berisi
kata-kata kunci, frase, pokok-pokok isi pembicaraan, gambar, sketsa,
sosiogram, dan diagram.

2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas terdapat beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan catatan lapangan?


2. Bagaimana bentuk catatan lapangan?
3. Apa saja isi dalam catatan lapangan?
4. Bagaimana membuat transkip catatan lapangan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan catatan lapangan?
2. Untuk mengetahui bentuk catatan lapangan?
3. Untuk mengetahui isi dalam catatan lapangan?
4. Untuk mengetahui bagaimana membuat transkip catatan lapangan?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Catatan Lapangan


Penelitian kualitatif mengandalkan observasi dan wawancara dalam
pengumpulan data di lapangan. Sewaktu di lapangan, peneliti diwajibkan
membuat catatan, akan tetapi catatan ini hanya bersifat sementara dan hanya
berguna sebagai alat perantara, yaitu antara apa yang dilihat, didengar,
dirasakan, dicium, dan diraba. catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang
apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan
data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan yang
diperoleh dari lapangan dan disusun secara lengkap, maka catatan inilah yang
dikatakan sebagai catatan lapangan. Catatan ini dapat disimpan dalam bentuk
tape ataupun diketik, tanpa menambahkan atau mengurangi dari apa yang
diperoleh dari hasil observasi.1

B. Bentuk Catatan Lapangan


Catatan lapangan memiliki bentuk yang beragam, dapat berupa kartu,
notebook, loose leaf, note kecil atau buku ukuran biasa. Secara keseluruhan
bentuk dari catatan lapangan ini merupakan wajah catatan lapangan yang
terdiri dari halaman depan dan halaman-halaman berikutnya yang disertai
petunjuk paragraf dan baris tepi. Berikut ini adalah contoh dari catatan
lapangan:2

1
J. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. (Bandung : PT Remaja
Rosdokarya.2007)., Hlm 58
2
J. Lexy Moleong, Ibid. hlm, 59

4
C. Isi Catatan Lapangan
Isi catatan lapangan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu bagian deskriptif dan bagian reflektif. Bagian deskriptif memuat
gambaran ten tang latar pengamatan, orang, tindakan, dan pembicaraan,
sedangkan untuk bagian reflektif memuat kerangka berfikir dan pendapat
peneliti, gagasan, dan kepeduliannya.

Bagian Deskriptif (catatan deskriptif), merupakan bagian terpanjang yang


berisi semua peristiwa dan pengalaman yang didengar dan yang dilihat serta
dicatat selengkap dan seobjektif mungkin. Catatan deskriptif lebih
memfokuskan dalam mengambil gambar, orang, perbuatan, dan percakapan
yang diamati. Bagian dari catatan deskriptif ini biasanya berisi hal-hal sebagai
berikut:

1. Gambaran dari subjek, pencatatan dilakukan pada penampilan fisik,


cara berpakaian, cara bertindak, dan gaya berbicara.
2. Rekonstruksi dialog, pencatatan dalam upaya mengulang kembali apa
-apa saja yang diperoleh dari subjek (secara verbal). Kemudian
menggambarkan makna dari latar atau suasana disekitar, selama
melakukan observasi ataupun wawancara.

5
3. Catatan tentang peristiwa khusus, pencatatan yang tertuju kepada hal-
hal khusus, yang dirasa sangat mendukung data, hal ini bisa saja dalam
bentuk apa yang dilakukan, bagaimana peristiwa itu berlangsung, dan
hakikat dari peristiwa tersebut.
4. Perilaku pengamat, pencatatan yang terfokus kepada gambaran fisik,
reaksi, tindakan, serta segala sesuatu yang dilakukan oleh pengamat
sebagai instrumen penilitian.

Bagian Reflektif (catatan reflektif), merupakan bagian yang secara


khusus menggambarkan sesuatu yang berkaitan dengan pengamat itu
sendiri. Bagian ini berisi spekulasi, perasaan, masalah, ide, sesuatu yang
mengarahkan, kesan, dan prasangka.Catatan reflektif lebih banyak memuat
kerangka pikiran, gagasan, dan perhatian peng amatnya. Tujuan catatan
refleksi ini ialah untuk memperbaiki catatan lapangan dan untuk
memperbaiki kemampuan melaksanakan studi ini dikemudian hari. Catatan
reflektif dapat juga digunakan s ementara peneliti membuat catatan
lapangan yang masih kasar. Hal ini dapat pula meningkatkan kegunaan
catatan lapangan. Bagian catatan refleksi ini juga dapat diartikan sebagai
tanggapan peneliti/pengamat/pewawancaraan. Tanggapan dari pengamat ini
dapat be risi hal-hal sebagai berikut:

1. Refleksi mengenai analisis, bagian ini berisi sesuatu yang dipelajari,


tema yang mulai muncul, pola umum yang mulai tampak, kaitan antara
beberapa penggal data, gagasan tambahan, dan pemikiran yang timbul.
2. Refleksi mengenai metode, bagian yang berisi penerapan metode yang
di rancang dalam usulan penelitian, prosedur, strategi, dan taktik yang
dilakukan dalam studi. Selain itu pada bagian ini juga dapat
memberikan arahan tentang metode yang dilakukan oleh peneliti dan
kemudian bagaimana hal itu dilaporkan dalam laporan penelitian.
3. Refleksi mengenai dilema etik dan konflik, refleksi ini berguna untuk
membantu peneliti menguraikan persoalan dan kemudian dapat
memberikan cara bagaimana sebaiknya dalam menghadapinya.

6
4. Refleksi mengenai kerangka berfikir peneliti, berisi kepercayaan,
kebiasaan, asumsi, pengalaman, ide politik, latar belakang, etika,
pendidikan, suku bangsa, dan kelamin.
5. Klarifikasi, pada bagian ini peneliti dapat menyajikan butir -butir yang
dirasakan perlu untuk lebih menjelaskan sesuatu yang meragukan atau
sesuatu yang membingungkan yang ada pada catatan lapangan.3

D. Membuat Transkip Catatan Lapangan


Data dapat berupa angka, kata, gambar, ataupun bentuk lainnya. Setelah
diperoleh melalui berbagai metode pengumpulan (wawancara, observasi, dan
lainnya), data perlu diolah sebagai bahan untuk melakukan proses interpretasi.
Tahapan pengolahan data antara lain:

1. Transkrip
a. Hasil Wawancara
Wawancara yang dilakukan pada penelitian kualitatif
semestinya dengan metode yang tidak terstruktur. Metode ini
dimaksudkan untuk menjaga kealamiahan proses wawancara sehingga
peneliti dapat menangkap fenomena sebenarnya. Untuk menjaga
kealamiahan ini peneliti harus memungkinkan terteliti merasa tidak
sedang diteliti sehingga terteliti menyampaikan tindakan, sikap, dan
keputusannya tanpa ditutupi. Alat utama dari proses ini adalah si
peneliti itu sendiri. Namun kemampuan mengingat dengan tepat
pernyataan dan ekspresi terteliti tentu terbatas. Untuk itu, alat rekam
menjadi alat bantu penting. Hasil pengumpulan data melalui
wawancara yang tersimpan pada alat rekam kemudian perlu diolah
menjadi transkrip. Proses transkrip adalah proses untuk mengubah
rekaman menjadi bentuk tertulis. Pada proses ini, peneliti hanya
melakukan penulisan atas rekaman tanpa mengubah, menyesuaikan
atau menyimpulkan.
3
Bogdan, R. C., dan Biklen. S. K . Riset Kualitatif Untuk Pendidikan: Pengantar Ke Teori dan
Metode. Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan pusat Fasilitas Bersama Antar Universitas/IUC.
(Jakarta,1990)., hlm 35-37

7
b. Hasil Observasi
Seperti halnya proses transkrip hasil wawancara, hasil observasi
sebisa mungkin menggambarkan secara ‘apa adanya’ informasi
penelitian.
2. Pengkodean
Pengkodean (coding) adalah proses pengolahan data yang
sekaligus merupakan tahap awal analisis. Setelah proses membaca dan
peneliti telah mengenali muatan dari teks/ catatan lapangan, maka proses
coding dapat dilakukan. Dengan menggunakan kata-kata atau bagian dari
kata-kata yang ada pada transkrip, analisis terhadap file data yang sangat
banyak akan dapat dilakukan dengan lebih mudah akurat. Coding
digunakan sebaga alat analisis pada banyak jenis penelitian. Terdapat tiga
bentuk coding yang dapat dilakukan yaitu:
a. Open Coding: adalah proses merinci, menguji, membandingkan,
konseptualisasi, dan melakukan kategorisasi data. Data yang
dimaksud dapat berupa kata-kata, kalimat, maupun paragraf.
b. Axial Coding: adalah suatu perangkat prosedur dimana data
dikumpulkan kembali bersama dengan cara baru setelah open coding,
dengan membuat kaitan antara kategori-kategori. Ini dilakukan dengan
memanfaatkan landasan berpikir (paradigma) coding yang meliputi
kondisi-kondisi, konteks-konteks, aksi strategi-strategi interaksi dan
konsekuensi-konsekuensi. Mencari tahu hubungan sebab akibat, pola
interaksi, kategori dan kelompok konsep sehingga kemudian dapat
dibentuk kategori atau dimensi baru atas suatu pemahaman.
c. Selective Coding: adalah proses seleksi kategori inti, menghubungkan
secara sistematis ke kategori-kategori lain, melakukan validasi
hubungan-hubungan tersebut, dan dimasukkan ke dalam kategori-
kategori yang diperlukan lebih lanjut untuk perbaikan dan
pengembangan.

8
Transkrip wawancara ataupun catatan lapangan dibuat sejelas dan
sesimpel mungkin sehingga mudah untuk dipahami. Langkah-langkah
penyusunan transkrip hasil observasi dan wawancara meliputi
pengumpulan data, mencari kata kunci, kemudian menentukan tema yang
dikategorikan menjadi beberapa sub tema dan dihubungkan dengan
menggunakan pola. Setelah itu semua selesai barulah dilakukan
pengembangan teori. Langkah ini semua dapat terpenuhi, maka peneliti
harus:

1) Membaca transkip berulang-ulang untuk mendapatkan pemahaman


tentang kasus-kasus atau masalah, kemudian menggunakan salah satu
bagian kosong untuk menuliskan pemadatan fakta-fakta, tema- tema
yang muncul maupun kata-kata kunci yang dapat esensi data dari teks
yang dibaca.
2) Peneliti menggunakan satu sisi yang lain untuk menuliskan apapun
yang muncul saat peneliti membaca transkip tersebut. Peneliti dapat
menuliskan kesimpulan sementara, suatu hal yang tiba-tiba muncul di
pikirannya, interpretasi sementara, atau apapun. Pada tahap ini belum
dilakukan penyimpulan konseptual apapun karena jika dilakukan
penyimpulan yang terlalu cepat dapat menghalangi peneliti
memperoleh pemahaman utuh mengenai realitasyang ditelitinya.
3) Di lembaran terpisah, peneliti dapat mendaftar tema-tema yang
muncul tersebut, dan mencoba memikirkan hubungan antar tema.
4) Setelah peneliti melakukan proses di atas pada tiap-tiap transkrip atau
catatan lapangannya, ia dapat menyusun “master” yang berisi daftar
tema-tema dan kategori-kategori, yang telah disusun sehingga
menampilkan pola hubungan antar kategori (“cross cases”bukan lagi
kasus tunggal).

9
5) Dalam penyusunan ranskrip observasi, wawancara ataupun catatan
lapangan sebelumnya telah dilakukan analisis tematik dalam
mengolah informasi yang menghasilkan daftar tema, model tema atau
indicator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan
tema atau hal-hal lain yang masih memiliki hubungan dengan
analisis.4

4
Morissan.Metode Penelitian Survei.( Jakarta: Kencana,2017) Hlm 78-80

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Catatan lapangan sangat penting dalam tahap penelitian, karena dapat
berguna dalam pengajuan hipotesis kerja, hal-hal yang menunjang hipotesis
kerja, dan penentuan derajat kepercayaan dalam rangka keabsahan data.
Catatan lapangan memiliki bentuk yang beragam, dapat berupa kartu,
notebook, loose leaf, note kecil atau buku ukuran biasa. Isi catatan lapangan
secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian deskriptif dan
bagian reflektif.

Catatan lapangan memiliki bentuk yang beragam, dapat berupa kartu,


notebook, loose leaf, note kecil atau buku ukuran biasa. Isi catatan lapangan
secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian deskriptif dan
bagian reflektif. Kegiatan setelah mencatat lapangan adalah melakukan
transkip. Transkrip wawancara ataupun catatan lapangan dibuat sejelas dan
sesimpel mungkin sehingga mudah untuk dipahami. Langkah-langkah
penyusunan transkrip hasil observasi dan wawancara meliputi pengumpulan
data, mencari kata kunci, kemudian menentukan tema yang dikategorikan
menjadi beberapa sub tema dan dihubungkan dengan menggunakan pola.
Setelah itu, barulah dilakukan pengembangan teori.

B. Saran
Disarankan kepada peneliti untuk lebih memperhatikan tentang pencatatan
lapangan, agar data yang diperoleh lebih valid dan akurat.

11
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan,R.C., dan Biklen.S.K.1990. Riset Kualitatif Untuk Pendidikan:
Pengantar Ke Teori dan Metode. Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan
pusat Fasilitas Bersama Antar Universitas/IUC. Jakarta.

Moleong,Lexy,J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. PT


Remaja Rosdokarya. Bandung.

Morissan.2017. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.

12

Anda mungkin juga menyukai