INTERNASIONAL
DAN PERDAGANGAN LUAR
NEGERI
BAB III
A. PENDAHULUAN
III/3
serta menunjang iklim usaha yang makin menarik bagi penanaman
modal. Kebijaksanaan di bidang pinjaman luar negeri, melengkapi
kebutuhan pembiayaan pembangunan di dalam negeri, diarahkan
untuk menjaga kestabilan perkembangan neraca pembayaran secara
keseluruhan.
B. PERKEMBANGAN INTERNASIONAL
III/4
Sedangkan membaiknya perekonomian Jepang erat terkait dengan
kebijaksanaan fiskal dan moneter yang relatif ekspansif pada tahun
terakhir ini. Sementara itu, pada tahun 1996 negara-negara maju
lainnya mencatat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, negara-negara
maju pada tahun 1996 mengalami pertumbuhan yang sama besarnya
seperti yang terjadi pada tahun 1995 yaitu sebesar 2,5%. Dalam
waktu yang bersamaan, laju pertumbuhan ekonomi negara-negara
berkembang meningkat dari 6,0% pada tahun 1995 menjadi sebesar
6,5% pada tahun 1996.
III/5
Sedangkan harga kelompok makanan justru mengalami kenaikan dari
8,1% pada tahun 1995 menjadi 12,2% pada tahun 1996.
III/6
Di bidang kerjasama ekonomi regional, Kerjasama Ekonomi Asia
Pasifik (APEC) mengeluarkan "Deklarasi Pemimpin Ekonomi APEC:
dari Visi ke Aksi" pada bulan Nopember 1996 di Philipina. Deklarasi
ini merupakan kesepakatan para pemimpin APEC untuk melangkah
lebih lanjut dari tahap visi dan perencanaan ke tahap implementasi
liberalisasi perdagangan dan investasi yang diwujudkan dalam bentuk
MAPA (Manila Action Plans for APEC). MAPA berisikan Rencana
Aksi Individual (Individual Action Plans/IAPs), Rencana Aksi
Kolektif (Collective Action Plans/CAPs), serta kerjasama ekonomi
dan teknik (Eco-Tech).
III/7
mengadakan peningkatan kerjasama untuk mendukung bisnis asuransi
serta menghindari adanya pajak berganda. Di samping itu telah
disetujui untuk mengadakan penyesuaian tentang prosedur
kepabeanan, klasifikasi produk, dan prosedur pentarifan yang
ditujukan untuk memberikan fasilitas yang lebih baik bagi arus
perdagangan dan investasi di kawasan ASEAN.
III/8
C. PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN DAN
PERDAGANGAN LUAR NEGERI
III/9
Di bidang ekspor, kemudahan ekspor dan kemudahan pelayanan
bagi perusahaan eksportir terus dilanjutkan. Sejak Juni 1996, nilai
barang ekspor yang tidak perlu dilengkapi dokumen pemberitahuan
ekspor barang (PEB) dinaikkan dari maksimum sebesar Rp. 10 juta
menjadi maksimum Rp. 100 juta. Ketentuan mengenai pemeriksaan
barang ekspor oleh surveyor telah dicabut sehingga pemeriksaannya
dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan. Selanjutnya
dilakukan pula penyederhanaan persyaratan dan prosedur untuk
memperoleh Surat Keterangan Asal (SKA) barang ekspor Indonesia.
Jumlah pengaturan mengenai SKA dikurangi dari 31 macam menjadi
4 macam, lampiran pendukung dokumen SKA dikurangi dari 4
macam menjadi 2 macam, instansi penerbit SKA ditambah menjadi 3
tempat, dan pejabat yang berwenang menerbitkan SKA ditambah
menjadi 3 pejabat. Selain itu, diberikan pula kemudahan pelayanan
kepabeanan, perpajakan, dan perbankan bagi eksportir tertentu yang
mengekspor tekstil dan produk tekstil, alas kaki, barang elektronik,
serta barang jadi dari kayu, rotan, dan produk kulit.
III/10
penurunan tarif bea masuk ini adalah produk pertanian, produk
otomotif, produk kimia, barang plastik dan logam, dan produk
alkohol sulingan dan minuman yang mengandung alkohol. Dengan
adanya penjadwalan tarif bea masuk tersebut, maka telah diturunkan
tarif bea masuk sebanyak 1.497 pos tarif dari 7.288 pos tarif yang
ada.
III/11
penyelenggaraan tempat penimbunan berikat dan gudang berikat,
kelonggaran kegiatan impor bagi perusahaan penanaman modal asing
manufaktur, dan penyederhanaan prosedur impor limbah untuk bahan
baku industri. Bagi perusahaan-perusahaan industri yang berlokasi di
kawasan industri yang telah memperoleh persetujuan penanaman
modal asing dari Presiden, penanaman modal dari BKPM, dan
persetujuan prinsip atau ijin usaha dari instansi teknis untuk
perusahaan dalam rangka non PMA/PMDN, tidak diwajibkan
memiliki perijinan. Penyederhanaan perijinan ini ditujukan untuk
pengembangan industri yang berwawasan lingkungan sekaligus
mendorong pemusatan industri ke dalam kawasan industri yang sesuai
dengan Rencana Umum Tata Ruang.
III/12
Ekolabeling Indonesia (LEI) yang menyusun skema ekolabel untuk
Indonesia yang mengacu pada standar teknis ekolabel internasional.
III/13
2. Perkembangan Neraca Pembayaran
III/14
keperluan angkutan dan industri, laju pertumbuhan impor migas
mengalami kenaikan dari 7,1% menjadi 20,2%.
III/15
Semua perkembangan tersebut di atas telah menyebabkan jumlah
cadangan devisa meningkat dari US$16,0 miliar pada akhir tahun
1995/96 menjadi US$19,9 miliar pada akhir tahun 1996/97. Jumlah
cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai impor (c&f)
nonmigas selama 5,2 bulan.
D. EKSPOR
III/16
luar Jawa. Di sisi eksternal, munculnya negara-negara pesaing baru
seperti Cina, Vietnam, dan India menyebabkan meningkatnya
persaingan di pasar internasional, khususnya untuk komoditas tekstil,
produk kayu, dan alas kaki.
Ekspor tekstil dan produk tekstil dalam tiga tahun terakhir ini
tetap menjadi penyumbang devisa terbesar ekspor nonmigas. Dalam
tahun 1996/97 laju pertumbuhan ekspor komoditi tersebut melambat
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 8,2% menjadi 0,7% atau
menjadi US$6.191 juta. Perlu ditambahkan, volume ekspor pakaian
jadi pada tahun 1996/97 meningkat sejalan dengan membaiknya
pemanfaatan kuota melalui perbaikan manajemen kuota.
III/17
pemasaran yang semakin mantap dan membaiknya harga komoditi
tersebut di pasaran internasional.
E. IMPOR
III/18
berbagai langkah efisiensi dan pengetatan di bidang fiskal dan
moneter, serta deregulasi di sektor riil, laju pertumbuhan impor dalam
tahun 1996/97 dapat dikendalikan.
Komposisi impor di luar minyak dan gas bumi dalam tahun 1996
didominasi oleh impor bahan baku dan penolong yang mengambil
bagian sekitar 68,6% dari seluruh impor nonmigas, sedangkan
peranan barang modal dan barang konsumsi masing-masing sebesar
24,6% dan 6,8%. Perkembangan impor tersebut mencerminkan
semakin berkembangnya kegiatan industri di dalam negeri.
III/19
tahun 1995 menjadi sebesar US$16,7 miliar pada tahun 1996, atau
turun sebesar 2,7%. Sedangkan nilai impor bahan baku industri
pangan & minuman dan impor suku cadang mengalami peningkatan
masing-masing sebesar 26,6% dan 3,3%.
F. JASA - JASA
III/20
US$10,0 miliar pada tahun 1995/96 menjadi US$10,8 miliar pada
tahun 1996/97. Peningkatan defisit ini terutama berasal dari jasa
pengangkutan barang impor nonmigas yang meningkat sebesar 9,4%
menjadi US$4,6 miliar pada tahun 1996/97. Dalam waktu yang sama,
defisit jasa-jasa di luar pengangkutan meningkat sebesar 6,1%
menjadi US$6,2 miliar. Sementara itu, defisit jasa-jasa migas
meningkat dari sebesar US$3,2 miliar pada tahun 1995/96 menjadi
US$3,5 miliar pada tahun 1996/97.
III/21
Di sektor pemerintah, pinjaman luar negeri pemerintah menurun
dari US$5,7 miliar pada tahun 1995/96 menjadi US$5,4 miliar pada
tahun 1996/97. Penurunan ini terjadi karena menurunnya bantuan
proyek dan pinjaman proyek lainnya yang masing-masing turun
menjadi US$3,2 miliar dan US$1,7 miliar pada tahun 1996/97.
Walaupun menunjukkan penurunan, namun pinjaman luar negeri
pemerintah tetap diperlukan terutama untuk membiayai kegiatan-
kegiatan yang belum dapat disediakan oleh sektor swasta seperti
program peningkatan kesejahteraan masyarakat, penyediaan prasarana
fisik dan nonfisik, serta program-program pengentasan kemiskinan.
Selanjutnya, dalam upaya mempercepat pembayaran hutang luar
negeri yang berbunga cukup tinggi, pelunasan pokok pinjaman
pemerintah mengalami peningkatan dari US$5,9 miliar pada tahun
1995/96 menjadi US$6,1 miliar pada tahun 1996/97.
III/22
H. PERKEMBANGAN PINJAMAN LUAR NEGERI
III/23
Tim PKLN. Kebijaksanaan ini sesuai dengan tekad kita dalam rangka
pengelolaan ekonomi makro yang berhati-hati. Sedangkan persetujuan
pinjaman tunai berupa pinjaman obligasi dan pinjaman dari kelompok
bank mengalami peningkatan dari US$500,0 juta menjadi US$900,0
juta pada tahun 1996/97.
Posisi hutang luar negeri swasta pada akhir Maret 1997 menjadi
US$56,1 miliar atau sekitar 51,6% dari hutang keseluruhan, jauh lebih
tinggi dibandingkan pada posisi akhir Maret 1996 yang sebesar
US$47,8 miliar atau sekitar 44,9% dari hutang keseluruhan.
III/24
TABEL III – 1
NERACA PEMBAYARAN
1993/94 – 1996/97
(juta US dolar)
1) Angka diperbaiki
2) Angka sementara
3) Angka ekspor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang diolah oleh Bank Indonesia
Dengan menggunakan “Open date system”. Angka-angka ini berbeda dengan angka-angka dari Biro Pusat
Statistik yang mengolah dokumen PEB dengan menggunakan “cut-off date system”
4) Mulai tahun 1987/88 termasuk gas minyak bumi cair (LPG)
5) Tahun 1988/89 – 1990/91 termasuk yang dibiayai melalui Bantuan Khusus;
Mulai tahun 1991/92 termasuk yang dibiayai melalui Fast Disbursing Assistance
6) Tahun 1988/89 – 1990/91 termasuk Bantuan Khusus yang tidak berupa Bantuan Program
7) Mulai tahun 1991/92 termasuk Fast Disbursing Assistance yang tidak berupa Bantuan Program
8) Pokok Pinjaman
III/25
TABEL III – 2
NILAI EKSPOR (F.O.B.) 1)
1993/94 – 1996/97
(juta US dolar)
1) Angka ekspor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang diolah oleh Bank Indonesia dengan menggunakan
“Open date system”. Angka-angka ini berbeda dengan angka-angka dari Biro Pusat Statistik yang mengolah dokumen PEB dengan
Menggunakan “cut-off date system”
2) Angka diperbaiki
3) Angka sementara
4) Perubahan terhadap tahun sebelumnya
5) Mulai tahun 1987/88 termasuk gas bumi cair (LPG)
III/26
GRAFIK III – 1
PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR (F.O.B)
1993/94, 1994/95 – 1996/97
III/27
TABEL III – 3
NILAI IMPOR (F.O.B.) 1)
1993/94 – 1996/97
(juta US dolar)
1) Angka ekspor berdasarkan dokumen PPUD/PIUD yang diolah oleh Bank Indonesia dengan menggunakan
“Open date system”. Angka-angka ini berbeda dengan angka-angka Biro Pusat Statistik yang mengolah
dokumen PPUD/PIUD dengan Menggunakan “cut-off date system”
2) Angka diperbaiki
3) Angka sementara
4) Perubahan terhadap tahun sebelumnya
III/28
GRAFIK III – 2
PERKEMBANGAN NILAI IMPOR (F.O.B.)
1993/94, 1994/95 – 1996/97
III/29
TABEL III – 4
NILAI BEBERAPA BARANG EKSPOR DI LUAR MINYAK DAN GAS
BUMI 1)
1993/94 – 1996/97
(juta US dolar)
1) Angka ekspor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang diolah oleh Bank Indonesia dengan menggunakan
“Open date system”. Angka-angka ini berbeda dengan angka-angka dari Biro Pusat Statistik yang mengolah dokumen PEB dengan Menggunakan “cut-
off date system”
2) Angka diperbaiki
3) Angka sementara
4) Perubahan terhadap tahun sebelumnya
5) Termasuk hasil lainnya
III/30
TABEL III – 5
HARGA BEBERAPA JENIS BARANG EKSPOR 1)
1993/94 – 1996/97
1) Harga rata-rata
2) Karet RSS III New York dalam US$sen.lb
3) Kopi Robusta Lampung, New York dalam US$sen/lb
4) Minyak sawit ex Sumatera, Rotterdam dalam US$/ton
5) Lada hitam Singapura dalam sn.$/100 Kg
6) Kayu, US Lumber, Tokyo dalam 1.000 Y/meter kubik
7) Plywood, Tokyo dalam Y/lb
8) Tea Plain, Londok dalam /Kg
III/31
TABEL III – 6
PERKEMBANGAN IMPOR DILUAR SEKTOR MINYAK DAN GAS
BUMI
MENURUT GOLONGAN EKONOMI (C.I.F) 1)
1993 – 1996
1) Angka impor berdasarkan dokumen PPUD/PIUD yang diolah oleh Bank Indonesia
dengan menggunakan “cut-off date system”
2) Angka diperbaiki
III/32
TABEL III – 7
PERKEMBANGAN IMPOR DI LUAR SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI
MENURUT GOLONGAN EKONOMI (C.I.F) 1)
1993 – 1996
(%)
1) Angka impor berdasarkan dokumen PPUD/PIUD yang diolah oleh Bank Indonesia
dengan menggunakan “cut-off date system
III/33
GRAFIK III – 3
PERKEMBANGAN IMPOR DI LUAR SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI
MENURUT GOLONGAN EKONOMI (C.I.F)
1993, 1994 – 1996
III/34
TABEL III – 8
PERLUNASAN PINJAMAN LUAR NEGERI DI INDONESIA
1993/94 – 1996/97
(juta US dolar)
III/35
TABEL III – 9
PERKEMBANGAN PERSETUJUAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH 1)
1993/94 – 1996/97
(juta US dolar)
1. Mulai tahun 1992/93 pinjaman dan hibah CGI atas dasar pledge dan pinjaman di luar CGI atas dasar persetujuan
2. Angka diperbaiki
3. Angka sementara
4. Perubahan terhadap tahun sebelumnya
5. Berupa Bantuan Program, Dana Pendamping (Local Cost), Pinjaman Sektor (Sector Loan) dan Two Step Loan
6. Termasuk Kredit Ekspor
7. Berupa pinjaman obligasi dan pinjaman dari kelompok bank
III/36
TABEL III – 10
PERSETUJUAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH 1)
1993/94 – 1996/97
(juta US dolar)
1) Pinjaman dan hibah IGGI atas dasar pledge dan pinjaman di luar IGGI atas dasar persetujuan
Sampai tahun 1991/92; Mulai tahun 1992/93 pinjaman dan hibah CGI atas dasar pledge dan
Pinjaman di luar CGI atas dasar persetujuan
2) Angka diperbaiki
3) Angka sementara
4) Termasuk bantuan Khusus/fast Disbursing Assistance
5) Termasuk Kredit ekspor
6) Berupa pinjaman obligasi dan pinjaman dari kelompok bank
III/37
TABEL III – 11
POSISI PINJAMAN LUAR NEGERI INDONESIA
MARET 1994 – MARET 1997
(juta US$)
1) Angka sementara
2) Termasuk Pinjaman Lama & Fasilitas Kredit Ekspor
III/38