PENDAHULUUAN
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan instan.
Hal ini berdampak juga pada pola makan misalnya sarapan didalam kendaraan,
makan siang serba tergesah-gesah, dan malam karena kelelahan jadi tidak ada
nafsu makan. Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang
berolahraga dan stres. Apabila terus berlanjut maka daya tahan tubuh akan terus
menurun, lesu, cepat lelah dan mudah terserang penyakit. Sehingga saat ini
banyak orang yang masih muda banyak yang mengidap penyakit degeneratif.
Kondisi stres dan pola hidup modern serta polusi, diet tidak seimbang dan
kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga menurunkan kecukupan
antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh seringkali terabaikan sehingga
timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia dini.
1.3 Tujuan
1
1. Tujuan Khusus: Adapun tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi Seriologi
2. Tujuan Umum : Untuk mengetahui apa itu Antibodi dan apa itu Antibodi
Monoklonal dan Antibodi Poliklonal
2
BAB II
PEMBAHASAN
Antibodi dibuat oleh sel darah putih sebagai respons untuk membantu
tubuh melawan bakteri, virus, dan racun, serta menjaga tubuh dari berbagai
penyakit dan infeksi. Antibodi bekerja spesifik dengan menempel pada antigen,
yaitu benda asing di dalam tubuh yang dicurigai sebagai ancaman oleh sistem
pertahanan tubuh.
a. Pengertian
3
b. Pembuatan Antibodi Monoklonal
Imunisasi mencit
Antigen berupa protein atau polisakarida yang berasal dari bakteri atau virus,
disuntikkan secara subkutan pada beberapa tempat atau secara intra peritoneal.
Setelah 23 minggu disusul suntikan antigen sekali atau beberapa kali suntikan.
Mencit dengan kekebalan terbaik dipilih, 12 hari setelah suntikan terakhir,
antibodi yang terbentuk pada mencit diperiksa dan diukur titer antibodinya,
mencit dimatikan dan limpanya diambil secara aseptis, kemudian dibuat suspensi
sel atau limpa untuk memisahkan sel B yang mengandung antibodi. Cara ini
dianggap cukup baik dan banyak dipakai, walaupun kadangkala dipengaruhi oleh
sifat antigen atau respon imun binatang yang berbeda-beda.
Cara imunisasi lain yang juga sering dilakukan adalah imunisasi sekali suntik
intralimpa (single-shot intrasplenic immunization). Pada cara imunisasi
konvensional antigen dipengaruhi bermacam-macam factor. Bila disuntikkan ke
dalam darah sebagian besar akan dieliminasi secara alami, sedangkana melalui
kulit akan tersaring oleh kelenjar limfe, makrofag, dan sel retikuler. Hanya
sebagian kecil antigen yang terlibat dalam proses imun. Oleh sebab itu, untuk
mencegah eliminasi antigen oleh tubuh dilakukan suntikan imunisasi langsung
pada limpa dan ternyata hasilnya lebih baik dari cara konvensional. Menyuntik
hewan laboratorium (mencit) dengan antigen dan kemudian, setelah antibodi telah
terbentuk, mengumpulkan antibodi dari serum darah hewan tersebut (antibodi
yang mengandung serum darah disebut antiserum).
Pada kondisi biakan jaringan biasa, sel limpa yang membuat antibodi akan cepat
mati, sedangkan sel mieloma yang dapat dibiakan terus menerus. Fusi sel dapat
menciptakan sel hibrid yang terdiri-dari gabungan sel limpa yang dapat membuat
4
antibodi dan sel mieloma yang dapat dibiakan terus-menerus, sehingga sel hibrid
dapat memproduksi antibodi secara terus-menerus dalam jumlah yang tidak
terbatas secara in vitro.
Fusi sel diawali dengan fusi membran plasma sehingga menghasilkan sel besar
dengan dua atau lebih inti sel, yang berasal dari kedua induk sel yang berbeda
jenis yang dibut heterokarion. Pada waktu tumbuh dan membelah diri terbentuk
satu inti yang nengandung kromosom kedua induk yang disebut sel hibrid.
Frekuensi fusi dipengaruhi beberapa factor antara lainjenis medium; perbandingan
jumlah sel limpa dengan sel mieloma; jenis sel mieloma yang digunakan; dan
bahan yang mendorong timbulnya fusi (fusogen). Penambahan polietilen glikol
(PEG) dan dimetilsulfoksida (DMSO) dapat menaikkan efisiensi fusi sel.
Mentransfer campuran fusi sel (sel limfosit B dan sel mieloma ke medium kultur
yang disebut medium HAT (karena mengandung Hipoxantin Aminopterin
Timidin).
Sel mieloma (sel-sel tumor sum-sum tulang yang akan tumbuh tanpa batas
di laboratorium dan menghasilkan imunoglobulin) yang tidak mengalami
fusi tidak dapat tumbuh karena kekurangan HGPRT
Sel limfosit B (limpa mencit yang telah terkena antigen sehingga
memproduksi antibodi X) yang tidak mengalami fusi tidak dapat tumbuh
terus karena punya batas waktu hidup.
Sel hibridoma (dihasilkan oleh fusi yang berhasil) dapat tumbuh tanpa
batas karena sel limpa dapat memproduksi HGPRT dan sel mieloma dapat
membantu sel limpa.
Fusi ini mengabungkan kemampuan untuk tumbuh terus menerus dari sel
mieloma dan kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar antibodi
dari sel limfosit B murni.
Eliminasi Sel Induk yang Tidak Berfusi
Frekuensi terjadinya hibrid sel limpa-sel mieloma biasanya rendah, karena itu
penting untuk mematikan sel yang tidak fusi yang jumlahnya lebih banyak agar
sel hibrid mempunyai kesempatan untuk tumbuh dengan cara membiakkan sel
5
hibrid dalam media selektif yang mengandung hypoxanthine, aminopterin, dan
thymidine (HAT).
Sel hibrid dikembangbiakkan sedemikian rupa, sehingga tiap sel hibrid akan
membentuk koloni homogen yang disebut hibridoma. Tiap koloni kemudian
dipelihara terpisah satu sama lain. Hibridoma yang tumbuh diharapkan
mensekresi antibodi ke dalam medium, sehingga antibodi yang terbentuk bisa
diisolasi.
6
Gambar Cara Memproduksi Antibodi Monoklonal
c. Mekanisme kerja
7
berikatan dengan target antigen. Sel cytotoxic T lymphocytes (CTLs)
dapat mengenali dan membunuh sel target antigen.
8
Gambar Complement dependent cytotoxicity (CDC)
3. Antibodi Directed Enzyme Prodrug Therapy (ADEPT)
Antibodi directed enzyme prodrug therapy (ADEPT) menggunakan
antibodi monoklonal sebagai penghantar untuk sampai ke sel tumor
kemudian enzim mengaktifkan prodrug pada tumor, hal ini dapat
meningkatkan dosis active drug di dalam tumor. Konjugasi antibodi
monoklonal dan enzim mengikat antigen permukaan sel tumor kemudian
zat sitotoksik dalam bentuk inaktif prodrug akan mengikat konjugasi
antibodi monoklonal dan enzim permukaan sel tumor akhirnya inaktivasi
prodrug terpecah dan melepaskan active drug di dalam tumor (Hanafi dan
Syahrudin, 2012).
9
menimbulkan reaksi respon imun antara lain berupa alergi, inflamasi, dan
penghancuran atau destruksi dari antibodi monoklonal itu sendiri.
10
dari bagian asing antibodi eksperimental dari tikus, yang disebut HAMA
(human anti-mouse antibodi) yang membatasi kegunaan dan mencegah
digunakan lebih dari sekali (Kumaji,2012).
3. Humanized Monoklonal Antibodies
Antibodi ini dibuat sedemikian rupa sehingga bagian protein yang
berasal dari mencit hanya terbatas pada antigen binding site saja.
Sedangkan bagian yang lainya yaitu bagian variabel dan bagian konstan
berasal dari manusia. Antibodi monoklonal yang struktur molekulnya
terdiri dari 90% manusia diantaranya adalah Alemtuzumab (Kumaji,2012).
Proses "humanisasi" biasanya diterapkan untuk antibodi
monoklonal yang dikembangkan untuk manusia (misalnya, antibodi yang
dikembangkan sebagai obat anti-kanker). Humanisasi ini diperlukan pada
saat proses pengembangan antibodi spesifik yang melibatkan makhluk
hidup lain dalam sistem kekebalan tubuh manusia , seperti pada tikus
(Kumaji,2012).
Urutan protein antibodi yang diproduksi dengan cara ini adalah
sedikit berbeda dari homolog antibodi yang terjadi secara alami pada
manusia, oleh karenanya berpotensi imunogenik jika diberikan kepada
pasien manusia. Tidak semua antibodi monoklonal dirancang untuk
administrasi manusia perlu dilakuakn proses humanized karena banyak
yang merupakan terapi intervensi jangka pendek (Kumaji,2012).
Proses ini mempunyai keuntungan yang dapat dibuktikan dari fakta
bahwa produksi antibodi monoklonal dapat dicapai dengan menggunakan
DNA rekombinan untuk membuat konstruksi yang mampu berekspresi
pada kultur sel mamalia. Artinya, segmen gen yang mampu memproduksi
antibodi diisolasi dan dikloning ke dalam sel yang dapat tumbuh dalam
sebuah tangki sehingga protein antibodi yang dihasilkan dari DNA dari
gen kloning dapat dipanen secara missal (Kumaji,2012).
11
Gambar Humanize Antibodies Monoclonal
4. Fully Human Monoklonal Antibodies
Antibodi ini merupakan antibodi yang paling ideal untuk
menghindari terjadinya respon imun karena protein antibodi yang
disuntikkan ke dalam tubuh seluruhnya merupakan protein yang berasal
dari manusia (Kumaji,2012).
Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk merancang
pembentukan antibodi ini adalah dengan teknik rekayasa genetika untuk
menciptakan mencit transgenik yang membawa gen yang berasal dari
manusia. Sehingga mampu memproduksi antibodi yang (Kumaji,2012).
a. Pengertian
b. Pembuatan
12
2) Imunisasi atau vaksinasi adalah suatu prosedur untuk meningkatkan derajat
imunitas seseorang terhadap patogen tertentu atau toksin. Imunisasi yang
ideal adalah yang dapat mengaktifkan sistem pengenalan imun dan sistem
efektor yang diperlukan. Hal tersebut dapat diperoleh dengan pemberian
antigen yang tidak patogenik.
3) Serum dari hewan terimunisasi dikumpulkan
4) Antibodi dalam serum dapat dimurnikan lebih lanjut.
5) Karena satu antigen menginduksi produksi banyak antibodi maka hasilnya
berupa ‘polyclonal’ /campuran antibodi.
1. Immunoglobulin A (IgA)
Antibodi IgA merupakan jenis antibodi yang paling umum ditemukan
dalam tubuh, memiliki peran dalam timbulnya reaksi alergi. IgA
ditemukan dengan konsentrasi tinggi di lapisan mukosa (selaput lendir)
tubuh, terutama yang melapisi saluran pernapasan dan saluran pencernaan,
serta pada air liur dan air mata. Pemeriksaan untuk antibodi ini dapat
membantu dokter mendiagnosa gangguan ginjal, usus dan sistem imunitas.
2. Immunoglobulin E (IgE)
Antibodi IgE ditemukan di paru-paru, kulit, dan selaput lendir. IgE juga
berperan dalam reaksi alergi. Pemeriksaan IgE seringkali menjadi
pemeriksaan awal untuk alergi.
3. Immunoglobulin G (IgG)
Antibodi IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak dalam darah dan cairan
tubuh lainnya. Antibodi ini melindungi Anda dari infeksi dengan "mengingat"
kuman yang telah Anda hadapi sebelumnya. Jika kuman tersebut kembali,
maka sistem kekebalan tubuh Anda akan menyerang mereka.
4. Immunoglobulin M (IgM)
13
Tubuh Anda membuat antibodi IgM saat Anda pertama kali terinfeksi bakteri
atau kuman lainnya, sebagai garis pertahanan pertama tubuh untuk melawan
infeksi. Tingkat IgM akan meningkat dalam waktu singkat saat terjadi infeksi,
kemudian perlahan men Oleh sebab itu, hasil pemeriksaan IgM dengan nilai
yang tinggi, menandakan adanya infeksi yang masih aktif.
IgA, IgG, dan IgM sering diukur bersamaan untuk memberi dokter informasi
penting mengenai fungsi sistem kekebalan tubuh, terutama yang berkaitan
dengan infeksi atau penyakit autoimun.
Selain itu, tes antibodi juga dapat dilakukan jika Anda memiliki beberapa gejala
berikut ini:
1. Ruam kulit
2. Alergi
3. Sakit setelah bepergian
4. Diare yang tak kunjung hilang
5. Penurunan berat badan tanpa sebab
6. Demam yang tidak ditemukan penyebabnya
7. HIV/AIDS
14
Antibodi merupakan faktor penting dalam sistem imunitas tubuh. Mintalah
rekomendasi dokter untuk pemeriksaan antibodi, jika Anda sering mengalami
infeksi atau gangguan kesehatan lain yang berkaitan dengan imunitas tubuh.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antibodi monoklonal adalah zat yang diproduksi oleh sel gabungan tipe tunggal
yang memiliki kekhususan tambahan. Ini adalah komponen penting dari sistem
kekebalan tubuh. Mereka dapat mengenali dan mengikat ke antigen yang spesifik
Antibody monoklonal adalah antibody yang melawan protein di daerah dan atau
sel kanker. Antibodi monoklonal dibuat di laboratorium khusus untuk melawan
antigen tertentu. Karena tiap jenis kanker mengeluarkan antigen yang berbeda,
maka berbeda pula antibody yang digunakan.
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/memahami-jenis-dan-fungsi-tes-antibodi
17