Anda di halaman 1dari 15

RESUME

FISIOLOGI OKSITOSIN

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan
Dosen pengampu : Farhati, SST., M.Keb.

Disusun oleh :
Salsabila Nur Syahbani
NIM. P17324118003

JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
A. DEFINISI DAN FUNGSI OKSITOSIN.......................................................................3
B. FARMAKODINAMIKA OKSITOSIN........................................................................7
C. PRINSIP KERJA..........................................................................................................8
D. PRODUKSI OKSITOSIN..........................................................................................11
E. INDIKASI...................................................................................................................12
F. KONTRAINDIKASI ................................................................................................ 12
G. EFEK SAMPING OKSITOSIN ............................................................................... 13
KESIMPULAN ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
15

2
A. DEFINISI DAN FUNGSI OKSITOSIN
Hormon Oksitosin dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus.
Hipotalamus adalah pemimpin umum sistem hormon, ia memiliki tugas
penting memastikan kemantapan dalam tubuh manusia. Setiap saat,
hipotalamus mengkaji pesan-pesan yang datang dari otak dan dari dalam
tubuh. Setelah itu, hipotalamus menjalankan beberapa fungsi, seperti
menjaga kemantapan suhu tubuh, mengendalikan tekanan darah,
memastikan keseimbangan cairan, dan bahkan pola tidur yang
tepat.Hipotalamus terletak langsung di bawah otak dan ukurannya sebesar
biji kenari. Sejumlah besar informasi sehubungan dengan keadaan tubuh
dikirim ke hipotalamus. Informasi ini disampaikan ke sana dari setiap titik
dalam tubuh, termasuk pusat indra dalam otak. Kemudian hipotalamus
menguraikan informasi yang diterimanya, memutuskan tindakan yang
mesti diambil dan perubahan yang harus dibuat dalam tubuh, serta
membuat sel-sel tertentu menjalankan keputusannya.
Oksitosin adalah hormon reproduksi yang kuat dengan efek luas
pada otak dan tubuh semua mamalia, misalnya, dengan memediasi
pengeluaran sperma, kontraksi persalinan, dan pengeluaran susu. Oksitosin
juga mengurangi stres dengan mengaktifkan sistem saraf parasimpatis
secara terpusat, yang mendorong ketenangan, koneksi, penyembuhan, dan
pertumbuhan; dan dengan mengurangi aktivitas dalam sistem saraf
simpatik, yang mengurangi rasa takut, stres, dan hormon stres, serta
meningkatkan kemampuan bersosialisasi. Oksitosin memiliki waktu paruh
pendek, tetapi efeknya dapat diperpanjang karena memodulasi sistem
hormon otak lainnya (neuromodulasi).
Oksitosin adalah hormon reproduksi yang kuat dengan efek luas
pada otak dan tubuh semua mamalia, misalnya, dengan memediasi
pengeluaran sperma, kontraksi persalinan, dan pengeluaran susu.

3
Sebagian besar informasi tentang tubuh manusia ada di hipotalamus. 

Dua hormon yang disekresi hipotalamus adalah oksitosin dan


vasopressin. Dan disini yang akan kita bahas adalah mengenai hormone
oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang bertanggungjawab untuk
merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan, terutama
mempengaruhi otot polos uterus. Oksitosin disintesis terutama oleh badan sel
syaraf nucleus paraventrikularis. Oksitosin menyebabkan otot polos uterus
berkontraksi dalam stadium akhir kehamilan, selain itu juga memulai
kontraksi sel mioepitel pada alveoli dan saluran keluar kelenjar mammae.
(Sinopsis Histologi, hal.173)
Bagi perempuan yang mengalami kontraksi lambar, tetesan oksitosin
dapat digunakan untuk membantu kontraksi lebih kuat dan teratur. Selain itu,
hormon oksitosin juga memainkan peranan penting saat setelah proses
melahirkan. Yakni, merangsang rahim berkontraksi lagi untuk mengeluarkan
plasenta.
Oksitosin terutama mempengaruhi otot polos uterus. Oksitosin
meningkatkan baik frekuensi dan durasi potensial aksi. Jadi pemberian
oksitosin merangsang timbulnya kontraksi otot uterus yang belum
berkontraksi dan meningkatkan kekuatan serta frekuensi kontraksi otot pada
uterus yang sudah berkontraksi. Estrogen memperkuat kerja oksitosin dengan
cara menurunkan otensial membran sel otot polos, jadi merendahkan ambang
eksitasi. Saat akhir kehamilan, sering terjadi peninggian kadar estrogen,

4
potensial membrane sel otot polos uterin berkurang negatifnya, sehingga
membuat uterus makin sensitive terhadap oksitosin. Jumlah reseptor oksitosin
di uterus juga makin bertambah pada saat ini, dan aktivasi mereka
menyebabkan kalsium selular di mobilisasi melalui hidrolisa
polifosfatidilinositol. (Endokrinologi Dasar dan Klinik, hal.151)
Pelepasan hormon oksitosin berlangsung secara alami, namun
terdapat suatu cara untuk mendorongnya lebih cepat. Diantaranya, melalui
proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Meletakkan bayi di atas perut ibu, agar
bayi mencari payudara ibunya sendiri, dapat merangsang pelepasan oksitosin.
Sehingga, wanita disarankan untuk melakukannya secepat mungkin setelah
melahirkan, untuk membantu keluarnya plasenta. Jika plasenta gagal keluar,
ibu akan diberikan hormon sintetis yang mereplikasi efek oksitosin untuk
membantu rahim berkontraksi.
Oksitosin  juga memainkan peranan penting di luar proses
melahirkan. Setiap kali menyusui, ibu akan melepaskan hormone oksitosin
yang menyebabkan ibu mengeluarkan putting susu ke mulut bayi. Hal ini,
akan membantu rahim menciut dan kembali ke ukuran normal.

Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin


membuat ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu

5
(ducts/milk canals) menuju reservoir susu {sacs} yang berlokasi di
belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi.
Ketika pengeluaran air susu, oksitosin menimbulkan kontraksi sel-
sel mioepitel di payudara sebagai respon terhadap penghisapan puting,
berkat reflex neurogenik yang dihantarkan ke hipotalamus melalui medulla
spinalis. Kadar oksitosin meningkat dalam 2 menit pengisapan puting dan
mencapai puncak dalam 10 menit. Oksitosin juga dilepaskan ketika
sanggama.(Ilmu Kandungan, hal.63)
Selain itu oksitosin juga berfungsi mengencangkan otot halus
dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga
dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot
halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin
berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
Sekresi oksitosin dirangsang oleh peregangan vagina atau serviks
uteri dan oleh tindakan menyusui. Hal ini terjadi melalui traktus syaraf
yang mempengaruhi hipotalamus. (Histologi Dasar, hal.396)
Oksitosin dilepaskan sepanjang masa melahirkan sewaktu janin
menstimulasi leher rahim dan vagina. Dan hal itu meningkatkan kontraksi
otot halus kandungan agar terjadi proses melahirkan.
Pada kasus dimana kontraksi tidak cukup agar terjadi kelahiran,
dokter terkadang memberikan Oksitosin untuk menstimulasi lebih lanjut
kontraksi kandungan- perhatian besar harus dilakukan pada beberapa
situasi untuk memastikan janin keluar dengan baik dan mencegah
pecahnya uterus.

6
B. FARMAKODINAMIKA OKSITOSIN
Obat ini memiliki efek stimulasi pada otot polos uterus, terutama di
akhir kehamilan, selama persalinan dan pasca persalinan serta pada
puerperium ketika reseptor di miometrium meningkat.Pada dosis rendah
menyebabkan kontraksi berirama, tetapi pada dosisi tinggi dapat
menyebabkan kontraksi hipertonik yang kontiniu.(Susanti, 2011)
Nama dagang Induxin (kalbe farma), syntocinon (novartis).
komposisi Tiap ml injeksi mengandung : oxytocin sintetik ...10 IU
Oksitosin juga dikenal sebagai Pitocin, Syntocinon, Ocytocin,
Endopituitrina, Oxitocina, Oxytocine, Oxytocinum, Hormon oksitosik dan
Orasthin. Ia memiliki molekul rumus C43H66N12O12S 2. Mereka secara
komersial tersedia sebagai suntikan intravena dan intramuskuler,
semprotan hidung dan tablet sublingual. Biasanya digunakan jenis obatnya
adalah pitocin dan syntocinon, bahan kimia Kemiripan dengan oksitosin
membuat mereka obat yang ideal pilihan untuk berbagai kasus misalnya
pada saat nifas. Pitocin terdiri dari asam oxtocic/ml bersama dengan
chlorobutanol, turunan kloroform. Namun medis pengawasan adalah wajib
untuk mengesampingkan timbulnya komplikasi (20,31). Penggunaan
umum dari obat-obatan oksitosin ini termasuk induksi persalinan.

7
Di bawah tingkat yang sesuai, pada saat itu pengiriman, Oksitosin
berikatan dengan reseptor yang ada di miometrium, mengaktifkan jalur
hidrolisis phoshotidyl inositol dan diacyl glcerol, ada dengan
mengaktifkan sama. Aktivasi ini menyebabkan pelepasan intraseluler Ca +
yang menyebabkan kontraksi rahim. Dalam kondisi terkait dengan
rendahnya tingkat produksi Oxytocin ini proses dilakukan oleh obat
Oxytocin.
Dosis oksitosin yang diberikan 10 unit dengan rute intravena atau
20-40 mUnit / mnt per Rute intramuskular disuntikkan untuk post partum
pendarahan. 0,5-1 mUnit / mnt dengan rute intravena untuk induksi tenaga
kerja.10-20 mUnit / mnt diberikan bersama dengan obat lain untuk
penghentian kehamilan.
Kontraksi uterus terlihat setelah 3-5 menit dan kira-kira 1 menit
amistrasi melalui intramuskuler dan rute intravena masing-masing. Obat
yang stabil tercapai setelah 40 menit rute parenteral dari administrasi. Ini
didistribusikan melalui ekstraseluler kompartemen cairan ibu; jumlah kecil
dapat melintas penghalang plasenta dan mencapai janin. Metabolisme
dibutuhkan. Tempatkan dengan cepat melalui hati dan plasma oleh enzim
oksitosin beberapa langkah metabolisme juga terjadi melalui kelenjar susu.
Ini memiliki waktu paruh 1-5 menit. Ginjal dan bantuan hati dalam
menghilangkan obat-obatan Oxytocin (9) bentuk yang tidak berubah dari
obat ini jarang diekskresikan dalam urin (30) Overdosis dapat
menyebabkan kontraksi uterus titanic, gangguan aliran darah ke uterus,
ruptur uteri, kejang dan kontraksi emboli cairan ketuban, gangguan darah
mengalir ke rahim, ruptur uteri, kejang, dan ketuban emboli cairan.
Penyimpanan oksitosin pada suhu yang optimal untuk penyimpanan obat-
obatan Oxytocin adalah pada 20-25 derajat Celcius.

C. PRINSIP KERJA
Prinsip kerja hormon Oksitosin adalah dengan cara menstimulasi
kontraksi sel otot polos pada rahim wanita hamil selama melahirkan dan
menstimulasi kontraksi sel-sel kontraktil dari kelenjar susu agar

8
mengeluarkan air susu. Air susu yang keluar pertama inilah yang
mengandung antibody yang sangat penting untuk bayi. ASI yang keluar
pertama ini mengandung kolostrum, Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum
ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi
yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam
level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang
masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah
melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI
sebenarnya.
1. Proses Kelahiran:
Saat fetus masuk dalam jalan lahir, segmen bawah uterus,
serviks dan vagina berdilatasi, dan ini menyebabkan reflex pelepasan
oksitosin. Kontraksi uterus yang kuat, lebih jauh menyebabkan
penurunan fertus, distensi, dan pelepasan oksitosin lebih jauh lagi.
2. Laktasi:
Oksitosin juga terlibat pada laktasi. Perangsangan putting
susu menghasilkan reflex neurohumoral. Berikutnya, oksitosin
meyebabkan kontraksi sel. Mioepitel dari duktus mamilaris dan
pengeluaran susu.
3. Kerja lainnya:
Sejumlah stimulus juga merangsang pelepasan ADH seperti
peningkatan osmolalitas plasma dan hipovolemia menyebabkan
sekresi oksitosin. Sejak aliran urin rendah-yang dapat mempengaruhi
pengaturan kesetimbangan natrium. (Endokrinologi Dasar dan
Klinik, hal.151)

9
Gambar mengenai mekanisme kerja oksitosin:

Dosis dan cara pemberian Untuk induksi atau stimulasi persalinan :


diberikan infuse intravena per drip dengan dosis 1 ml (10 unit) dalam 1000
ml cairan steril. Dosis awal harus di ukur berkisar 1- 4 MU/menit, dosis
dapat dinaikan bertahap 1- 2 MU/menit, dalam interval minimal 20 menit,
sampai pola kontraksi yang diinginkan (mirip dengan kontraksi pada
persalinan normal) tercapai. Hal yang harus diperhatikan adalah kestabilan
tetesan infuse dan monitoring yang kuat, frekuensi dan durasi kontraksi
serta detak jantung janin. Jika kontraksi menjadi terlalu kuat, infuse dapat
dihentikan secara mendadak sehingga stimulasinya pada otot uterus akan
berkurang.(Fitrianingsih, 2010)
Pada periode perinatal, oksitosin mengoptimalkan transisi
persalinan, kelahiran, dan postpartum ibu dan bayi melalui:
a. Pelepasan oksitosin sentral ke dalam aliran darah ibu,
menyebabkan kontraksi uterus yang ritmis, termasuk lonjakan
oksitosin saat persalinan yang menguntungkan karena mendorong
(refleks Ferguson)
b. Efek menenangkan dan analgesik sentral pada ibu dan bayi saat
persalinan selama periode postpartum

10
c. Umpan balik positif oksitosin sentral terhadap dirinya sendiri,
terutama pada ibu multipara, meningkatkan dan mempercepat efek
dalam proses persalinan (penelitian pada hewan)
d. Adaptasi ibu postpartum yang mengurangi stres, meningkatkan
kemampuan bersosialisasi, dan pusat hadiah utama, menanamkan
kesenangan dengan kontak dan perawatan bayi, oleh karena itu
mempromosikan kelangsungan hidup bayi jangka panjang
e. Peningkatan prelabor dalam reseptor oksitosin uterus (penelitian
pada manusia) dan reseptor oksitosin di otak dan kelenjar susu
(penelitian pada hewan) memaksimalkan efek ini.
Satu jam atau lebih setelah kelahiran fisiologis adalah periode yang
sensitif, ketika interaksi dari ibu ke bayi dari kulit ke kulit menumbuhkan
aktivitas oksitosin puncak. Manfaat mungkin termasuk:
a. Kontraksi yang lebih kuat, kemungkinan mengurangi risiko
perdarahan postpartum
b. Pemanasan alami untuk bayi baru lahir melalui vasodilatasi dada
ibu
c. Aktivasi ikatan biologis ibu-bayi yang dimediasi hormon
d. Fasilitasi inisiasi menyusui, termasuk dengan mengurangi stres ibu
dan bayi baru lahir
Kontraksi uterus:
Fungsi paling umum dari oksitosin yang tidak tetap tidak dikenal
bahkan bagi orang awam adalah tindakan uterus kontraksi. Pada acara
persalinan tingkat progesteron jatuh, tingkat oksitosin yang normal
menyebabkan serviks pelebaran, dengan demikian meningkatkan rasa
sakit; refleks ini meningkatkan pelepasan oksitosin, meningkatkan
pelebaran serviks yang mengarah ke proses kelahiran.

D. PRODUKSI OKSITOSIN
Dalam tubuh orang normal, hormon diproduksi dalam jumlah
sesuai kebutuhan. Jadi dapat dipastikan kadarnya tentu akan meningkat
secara normal pada ibu yang akan melahirkan dan menyusui.

11
Pada tubuh manusia oksitosin dibuat oleh sel-sel saraf khusus di regio
tertentu di otak. Di luar sel saraf, oksitosin diproduksi juga di kelenjar
telur dan sel-sel di testis spesies tertentu (bukan manusia).
Saat ini, berkat kemajuan teknologi, hormon ini sudah dapat dibuat
sintetiknya. Hormon ini ternyata mudah dihancurkan oleh saluran cerna
kita, sehingga hormon sintetik ini dibuat dalam bentuk sediaan
injeksi/suntik dan "nasal spray". Cara pembuataannya tentu melalui
"genetic engineering" yang rumit, sehingga dapat dihasilkan sediaan yang
stabil dan dapat berfungsi seperti hormon aslinya.
Hormon oksitosin dibentuk dari prohormon, berupa nonapeptida.
Berat molekulnya adalah 1007. Disekresikan turun sepanjang akson-akson
dari neuron-neuron yang badan selnya terletak di nucleus supraoptikus dan
paraventrikularis. Dalam perjalanannya oksitosin terikat pada protein
pembawa yang dikenal sebagai neurofisin I dan II (estrogen dan nikotin
masing-masing merangsang neurofisin) yang memiliki berat molekul
sekitar 10.000, disekresikan lebih langsung ke dalam sirkulasi portal
daripada sirkulasi perifer. Sejumlah kecil oksitosin juga dilepaskan ke
dalam sirkulasi portal. Waktu pro-oksitosin sekitar 10 menit.(Ilmu
Kandungan, hal.63)

E. INDIKASI
a. Antepartum Oxytocin akan meningkatkan kontraksi uterus, agar
proses persalinan dapat berjalan lebih cepat untuk kepentingan ibu
dan fetus. Dapat digunakan untuk Universitas Sumatera Utara
induksi persalinan, stimulasi atau memperkuat kontraksi persalinan,
terapi tambahan pada abortus inkomplit, ataupun abortus yang terjadi
pada trimester II
b. postpartum Oxytocin dapat membantu menghasilkan kontraksi
uterus pada kala III persalinan, sehingga dapat mengontrol
perdarahan postpatum.

F. KONTRAINDIKASI

12
a. Proporsi cephalopelvic yang signifikan
b. Posisi janin yang tidak menguntungkan
c. Keadaan darurat kebidanan yang mendukung operasi
d. Rahim hiperaktif atau hipertonik
e. Ketika persalinan pervaginam merupakan kontraindikasi,
f. Pasien anafilaksis
g. Gawat janin
h. Polihidramnion
i. Plasenta pervia parsial
j. Induksi persalinan elektif

G. EFEK SAMPING OKSITOSIN


Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan
meningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efek
samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
a. Stimulasi berlebih pada uterus
b. Konstriksi pembuluh darah tali pusat
c. Kerja anti diuretika
d. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )
e. Mual
f. Reaksi hipersensitif

13
KESIMPULAN

Oksitosin, hormon yang terjadi secara alami pada manusia tubuh,


dikatakan dan terbukti menghasilkan banyak hal penting tindakan fisiologis.
Oksitosin bila ada secara optimal level membantu mempertahankan
homeostasis emosional, kesenangan, cinta, orgasme dan juga meningkatkan
memori sosial dan pengartian.
Oksitosin berperan penting dalam proses melahirkan. Oksitosin
membantu mengencangkan otot halus pada rahim dan merangsang terjadinya
kontraksi uterus pada saat melahirkan. Oksitosin juga berperan dalam proses
menyusui. Oksitosin merangsang putting susu menghasilkan reflex
neurohumoral yang dipacu oleh tindakan menyusui (Refleks Ejeksi-Susu).
Hipotalamus adalah kelenjar penghasil hormon oksitosin yang berperan
menghasilkan hormon-hormon lain yang berperan dalam sistem reproduksi.
Hormon oksitosin disimpan di hipofiis posterior dan dilepaskan ke dalam
darah oleh ransangan dalam serat saraf dar hipotalamus.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anirudha kabilan /J. Pharm. Sci. & Res. Vol. 6(4), 2014, 220-223

Pharmacological Role of Oxytocin – A Short Review Anirudha kabilan

BDS., Saveetha dental college, Ponamalle high road, Chennai -77.

https://www.jpsr.pharmainfo.in/Documents/Volumes/vol6issue04/jpsr060

41413.pdf (Diakses tanggal 19 Agustus 2019)

Halimi S (2011). Association of placenta previa with multiparity and previous

cesarean section. Saidu Medical Collage Swat, 23 (2): 139-142.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka

Sarah J. Buckley, MB, ChB, Dip Obst* Executive Summary of Hormonal

Physiology of Childbearing: Evidence and Implications for Women,

Babies, and Maternity Care.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4720867/ (Diakses 19

Agustus 2019)

Tambajong, Jan. 1995. Sinopsis Histologi. Jakarta: EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai