PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan ikatan suci antara seorang pria dan wanita, yang
saling mencintai dan menyayangi. Sudah menjadi kebutuhan hidup mendasar, bila
setiap insan akan menikah. Umumnya, setiap orang berniat untuk menikah sekali
seumur hidupnya saja. Tidak berniat terbesit bila di kemudian hari harus bercerai,
lalu menikah lagi dengan orang lain, atau memilih untuk tetap sendiri.1
Menurut ketentuan Pasal 199 KUHP,2 suatu perkawinan dapat putus oleh
sebab :
1. Kematian, yaitu suami atau istri meninggal dunia.
2. Ketidakhadiran di tempat oleh salah satu pihak selama sepuluh tahun dan
diikuti dengan perkawinan baru oleh suami atau istri.
3. Keputusan hakim sesudah pisah meja dan tempat tidur yang didaftarkan
dalam daftar catatan sipil.
4. Perceraian.
Dari ketentuan Pasal 199 KUHP tersebut di atas, maka perceraian
merupakan salah satu sebab putusnya perkawinan. Perceraian artinya
diputuskannya perkawinan itu oleh hakim, karena sebab tertentu. Sedangkan
perceraian karena persetujuan bersama antara suami tidak dapat diperbolehkan3
Suatu perkawinan yang putus karena perceraian mempunyai akibat
terhadap suami istri. Akibat perceraian yang paling mendasar dirasakan oleh
pasangan suami istri yang bercerai biasanya terutama dalam dua hal, yakni akibat
terhadap harta gono-gini (harta bersama) dan anak-anak yang telah dilahirkan dari
perkawinan tersebut.4
Hal tersebut dialami oleh sepasang suami istri yaitu Suryani dan Suryono.
Setelah beberapa tahun menikah Suryani mengetahui bahwa Suryani telah
1
Bernadus Nagara. Pembagian Harta Gono-Gini Atau Harta Bersama Setelah Perceraian Menurut
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Lex Crimen Vol. V/No. 7/Sep/2016
2
Pasal 199 KUHP
3
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana Pernada Media
Group, Jakarta, 2011, hlm. 128
4
Adib Bahari, Tata Cara Gugatan Cerai, Pembagian Harta Gono-Gini dan Hak Asuh Anak, Pustaka
Yustisia, Yogyakarta, 2016, hlm. 142.
berselingkuh dan Suryani meminta cerai dari Suryono. Kini dalam proses
perceraian terjadi masalah anatara mereka berdua terkait permasalahan pembagian
harta gono gini.
B. Rumusah Masalah
1. Bagaimana dasar hukum yang diguanakan untuk pembagian harta?
2. Bagaimana status Surna?
3. Bagaimana penegakan hukum atas penolakan dari Suryono untuk
memberikan nafkah kepada Surna?
BAB II
PEMBAHASAN
5
Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Poluan, Hukum Orang dan Keluarga, Airlangga
University Press, Surabaya, 2000, h. 18.
6
Ibid
7
Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
8
Eni C. Singal. Pembagian Harta Gono-Gini Dan Penetapan Hak Asuh Anak Akibat Perceraian
Berdasarkan Undangundang Nomor 1 Tahun 19741. Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017
kendaraan bermotor, surat saham dan surat berharga lainnya, deposito/tabungan
bank serta bukti kuitansi pembayaran atau apa pun yang bisa menjadi bukti akan
kepemilikan suatu harta benda yang diperoleh suami istri selama dalam
perkawinan.
Dalam hal ini Suryani tidak bisa menuntut Suryono untuk mengembalikan
harta berupa kantor dan mobil karena sudah menjadi harta bersama dalam ikatan
perkawinan. cara pembagiannya biasanya adalah dengan membagi rata, masing-
masing (suami dan istri) mendapat ½ (setengah) bagian dari harta gono-gini
tersebut. Selama perkawinan ada harta berupa kantor senilai 4 Milyar dan Mobil
seharga 350 jt, Jadi ketika dibagi masing-masing akan mendapatkan 2,175 Milyar
sesuai dengan UU Perkawinan.
ketentuan hukum mengenai harta bawaan dapat dijumpai dalam Pasal 35
ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 36
ayat (2) UU Perkawinan. Harta bawaan juga diatur dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI) yaitu pada Pasal 87. Terkait dengan percampuran harta bersama dan
harta bawaan, Pasal 86 Kompilasi Hukum Islam menjelaskan bahwa pada
dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan harta isteri karena
perkawinan. Harta isteri tetap menjadi hak isteri dan dikuasai penuh olehnya,
demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami dan dikuasai penuh olehnya9
Jadi dalam kasus perceraian Suryono dan Suryani. Suryono tidak berhak
meminta untuk membagi dua harta berupa rumah. Jadi untuk penyelesian nya
adalah Suryani mendapatkan hak 3 Milyar dan Suryono mendapatan 1,5 M yang
ia keluarkan untuk renofasi rumah.
9
Arun Pratama. Implementasi Percampuran Harta Bersama Dan Harta Bawaan Dalam
Perkawinan (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Nomor : 0189/Pdt.G/2017/Pa.Smg). Jurnal
Ius Constituendum | Volume 3 Nomor 1 April 2018
B. Status Surna
Mengacu peraturan seperti Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)
dan UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sedikitnya ada dua kedudukan
seorang anak yakni anak sah dan anak luar perkawinan.10
Anak sah yakni anak yang dilahirkan setelah orang tuanya menjalani
perkawinan yang sah. Perkawinan dinyatakan sah ketika dilaksanakan menurut
hukum masing-masing agama dan kepercayaannya. Setiap perkawinan dicatat
menurut peraturan yang berlaku. Lalu, apa yang dimaksud dengan anak luar
kawin? Neng Djubaedah, menjelaskan sedikitnya ada dua pengertian tentang anak
luar kawin. Pertama, anak yang dibenihkan dan dilahirkan di luar perkawinan
yang sah. Kedua, anak dibenihkan di luar perkawinan, tapi dilahirkan setelah
orang tuanya melakukan perkawinan.11
Anak luar nikah itu tidak dapat dikategorikan sebagai anak sah. Penganut
agama Islam juga tidak boleh melakukan pengakuan terhadap anak luar kawin,
tapi anak tersebut harus dilindungi. Bukan berarti ayah bilogis dari anak luar
kawin itu lepas tanggung jawab, dia bisa dituntut oleh si anak dan ibunya untuk
memenuhi pemberian nafkah, biaya penghidupan, perawatan, pendidikan,
pengobatan sampai usia anak beranjak dewasa.12
Dala kasus Suryono dan Suryani. Surna tetap dikategorikan anak sah dari
Suryani dan Suryono Walaupun belum dilakukan nya tes DNA terkait status anak.
10
UU No.1 Tahun 1974. Op.cit
11
Ady Thea DA. Begini Status Hukum Anak Luar Perkawinan.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5b1fb50fceb97/begini-status-hukum-anak-luar-
perkawinan (2018)
12
Habib Shulton Asnawi. Politik Hukum Putusan MK No. 46/PUU-VIII/2010 Tentang Status Anak di
Luar Nikah: Upaya Membongkar Positivisme Hukum Menuju Perlindungan HAM. Jurnal
Konstitusi, Volume 10, Nomor 2, Juni 2013
bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak – anak,
Pengadilan memberi keputusannya.
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak – anak itu; bilamana bapak dalam
kenyataan tidak dapat memberi kewajiban tersebut. Pengadilan dapat
menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada mantan suami untuk
memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan suatu kewajiban
bagi bekas isteri. Mengenai alasan – alasan perceraian disamping
diatur dalam Penjelasan Pasal 39, juga diatur dalam Pasal 19 PP No.9
tahun 1974.
Perlu dicermati bahwa ketentuan Pasal 41 huruf a, UU Perkawinan pada
bagian terakhir menyatakan bahwa ”bilamana ada perselisihan mengenai
penguasaan anak-anak, pengadilan memberi keputusannya.” Berangkat dari
ketentuan tersebut maka dalam suatu gugatan perceraian, selain dapat
memohonkan agar perkawinan itu putus karena perceraian, maka salah satu pihak
juga dapat memohonkan agar diberikan Hak Asuh atas anak – anak (yang masih
dibawah umur) yang lahir dalam perkawinan tersebut.13
Dalam kasus terkait penolakan pemberian nafkah Suryono terhdap Surna
menurut UU No 1 Tahun 1974 maka penyelesian nya adalah pemberian nafkah
kepada Surna dilimpahkan kepada ibu kandung Surna yaitu Suryani.
13
Rahmadi Indra Tektona. Kepastian Hukum Terhadap Perlindungan Hak Anak Korban Perceraian.
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 1, Juli 2012
BAB III
KESIMPULAN
Bahari (2016). Tata Cara Gugatan Cerai, Pembagian Harta Gono-Gini dan Hak
Asuh Anak. Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016, hlm. 142.
Singal (2017). Pembagian Harta Gono-Gini Dan Penetapan Hak Asuh Anak
Akibat Perceraian Berdasarkan Undangundang Nomor 1 Tahun 19741. Lex
Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017
INTERNET