Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


Pasar Modal Syariah
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Syariah

Dosen Pengampu :
Dr. Fidiana, SE., MSA
Disusun oleh :
Eric Eka Firdianto

(1710211178)

Program Studi: S-1 Manajemen

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)


Surabaya

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayahnya
kepada seluruh manusia . Shalawat dan salam sepantasnya kita ucapkan kepada nabi kita
Muhammad saw yang telah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh umat Islam
di dunia. Alhamdulillah, atas karunia Allah, akhirnya kami dapat menyelasaikan makalah ini
yang berjudul “ Pasar Modal Syariah “ dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Keuangan Syariah.

Dalam pembuatan makalah ini, kami berupaya sebaik mungkin untuk menyajikan karya
tulis yang mampu memberikan gambaran tentang hukum legal dalam dunia usaha. Kami
menyadari betul keterbatasan dalam makalah ini, sehingga kami akan sangat menghargai
kritik dan saran yang membangun, demi penulisan karya tulis yang lebih baik lagi
dikemudian hari.

Kami juga pada kesempatan ini ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhirnya, mudah-mudahan makalah
ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

12 Mei 2020

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................3


2.1 Pengertian Pasar Modal Syariah ..............................................................................3
2.2 Sukuk Korporasi ......................................................................................................4
2.3 Surat Berharga Syariah Negara ( Sukuk Negara ) .................................................6
2.4 Saham Syariah .........................................................................................................7
2.5 Reksadana Syariah ..................................................................................................8

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................10


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................10
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan surga bagi pelaku investasi untuk menanamkan


modalnya. Hal ini terlihat sejak Indonesia belum merdeka, pihak asing telah
menanamkan modalnya dan merambah ke berbagai bidang perdagangan. Investasi itu
diawali dengan hadirnya bangsa Portugis yang datang ke Selat Malaka pada tahun
1511 untuk berdagang rempah-rempah yang pada saat itu sedang laku keras di
berbagai negara. Investasi asing di Indonesia terus berlanjut, seperti investasi yang
dilakukan oleh Inggris dan China.
Investasi di bidang pasar modal Indonesia dimulai sejak pemerintahan Hindia
Belanda yang mendirikan Bursa Efek di Batavia (Jakarta) 14 Desember 1912
sebagai cabang Amserdamse Effectenbureurs.
Pasar modal saat itu berfungsi sebagai sumber pembiayaan perusahaan dan
menggali pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh di Indonesia.
Aktivitas pasar modal ini terhenti ketuka terjadi perang Dunia ke-II. Ketika
Indonesia merdeka, pemerintah menerbitkan obligasi pada tahun 1950. Pengaktivan
pasar modal di Jakarta ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Darurat
tentang Bursa Nomor 15 Tahun 1951 yang kemudian ditetapkan dengan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 1952 yang berkaitan dengan pasar modal. Seiring dengan
perkembangan zaman Undang-Undang mengenai pasar modal ini telah mengalami
berbagai perubahan.
Adapun mengenai pasar modal syariah terdapat dalam Fatwa DSN-MUI
No.80/DSN-MUI/tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme
Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek. Dan sejak
November 2007 Bapepam dan LK telah mengeluarkan Daftar Efek Syariah (DES)
yang berisi daftar saham syariah yang ada di Indonesia. Keberadaan DES tersebut
kemudian ditindaklanjuti oleh BEI dengan meluncurkan Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) pada tanggal 12 Mei 2011. Yang isinya terdiri dari seluruh saham
syariah yang tercatat di BEI. Dengan adanya Fatwa dan ISSI diharapkan dapat
meningkatkan keyakinan masyarakat bahwa investasi syariah di pasar modal
Indonesia sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah sepanjang memenuhi kriteria
yang ada di dalam fatwa tersebut. Karena latar belakang inilah akhirnya penulis
berkeinginan untuk mengambil tema dalam makalah yang akan penulis susun,
dengan judul Pasar Modal Syariah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun pembuatan makalah ini memiliki rumusan maslah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud pasar modal syariah ?
2. Apa yang dimaksud dengan sukuk ?
3. Apa yang dimaksud saham syariah ?
4. Apa yang dimaksud reksadanan syariah ?

1
1.3 Tujuan

Menyusun makalah ini bertujuan antara lain :


1. Untuk mengetahui apa itu pasar modal syariah.
2. Untuk mengetahui apa itu sukuk.
3. Untuk mengetahui pengertian saham syariah.
4. Untuk mengetahui apa itu reksadana syariah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pasar Modal Syari’ah
Istilah pasar biasanya digunakan istilah bursa, exchange dan market.
Sementara untuk istilah modal sering digunakan istilah efek, securities, dan stock.
Pasar modal menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1
Ayat (12) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
Perdagangan Efek, Perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan
yang dimaksudkan dengan efek pada pasal 1 ayat (5) adalah surat berharga, yaitu surat
pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti uang, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap deviratif
dari efek.
Pasar modal dikenal juga dengan nama bursa efek. Bursa efek menurut Pasal 1
ayat (4) UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah pihak yang
menyelenggrakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek
di antara mereka. Bursa efek di Indonesia dikenal Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa
Efek Surabaya (BES). Belakangan, tanggal 30 Oktober 2007 BES dan BEJ sudah
dimerger dengan nama Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga dengan demikian hanya
ada satu pelaksana bursa efek di Indonesia, yaitu BEI. Sedangkan bagi pasar modal
syari’ah, listing-nya dilakukan di Jakarta Islamic Index yang telah diluncurkan sejak
3 Juli 2000.
Menurut beberapa ahli yang dimaksud dengan pasar  modal adalah:
1. Tjipto Darmadji, dkk; adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk utang ataupun modal
sendiri.
2. Dahlan Siamat, dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi
dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek atau stock
exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan
penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun
dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi bursa efek ini antara lain menjaga
kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme
permintaan dan penawaran. Definisi pasar modal dalam arti luas adalah pasar
konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawar dan yang
memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun keatas.
3. Menurut John Downes dan Jordan Elliot Goodman, pasar modal adalah pasar
dimana dana modal-utang dan ekuitas-diperdagangkan. Di dalamnya termasuk

3
penempatan pribadi sumber-sumber utang dan ekuitas dan juga pasar-pasar
dan bursa-bursa terorganisasi.
Sedangkan pasar modal syari’ah secara sederhana dapat diartikan sebagain
pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syari’ah dalam kegiatan transaksi
ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, sdpekulasi
dan lain-lain.
Pasar modal syari’ah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme
kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan
mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah. Sedangkan
yang dimaksud dengan efek syari’ah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal yang akad, perusahaan,
maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syari’ah.

2.2 Sukuk Korporasi

Sukuk adalah efek syariah atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan
mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas aset yang
mendasarinya (underlying asset). Underlying asset yang digunakan dalam penerbitan
sukuk dapat terdiri atas
1) Aset berwujud tertentu.
2) Nilai manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan
ada.
3) Jasa yang sudah ada maupun yang akan ada.
4) Aset proyek tertentu dan atau.
5) Kegiatan investasi yang telah ditentukan.

Sukuk memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan obligasi. Perbedaan antara
sukuk dengan obligasi adalah sebagai berikut:

Tabel Perbedaan Sukuk dengan Obligasi

4
Pada prinsipnya, skema penerbitan sukuk digambarkan sebagai berikut:

Skema Penerbitan Sukuk

Sampai dengan saat ini, penerbitan sukuk di Indonesia baru menggunakan

akad ijarah (sewa menyewa) dan mudharabah (kerja sama-bagi hasil).

5
Contoh Penerbitan Sukuk dengan Menggunakan Akad Ijarah

Contoh Penerbitan Sukuk dengan Menggunakan Akad Mudharabah

2.3 Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara)

Selain diterbitkan oleh korporasi, sukuk juga dapat diterbitkan oleh negara
yang disebut dengan Surat Berharga Syariah Negara. Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) atau dapat disebut Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset
SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

6
Jenis-jenis produk SBSN adalah:
1) Islamic Fixed Rate (IFR)
2) Sukuk Ritel (SR)
3) Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI)
4) Sukuk Global (SNI)
5) Islamic T-Bills/ Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPN-S)
6) Project Based Sukuk (PBS)

Berbeda halnya dengan sukuk korporasi yang pengaturan, proses penerbitan dan
pengawasannya dilakukan oleh OJK, untuk pengaturan dan proses penerbitan SBSN dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan. Namun
demikian, perdagangan SBSN dilakukan di Bursa Efek Indonesia, sehingga pengawasan
perdagangan juga dilakukan oleh OJK.

2.4 Saham Syariah

Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal


kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham berhak
untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan tersebut. Konsep penyertaan
modal dengan hak bagian hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai kegiatan
musyarakah atau syirkah. Berdasarkan analogi tersebut, maka secara konsep saham
merupakan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun demikian,
tidak semua saham yang diterbitkan oleh Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut
sebagai saham syariah. Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika
saham tersebut diterbitkan oleh:

1) Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan
dengan Prinsip-prinsip syariah.
2) Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya
bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan
Prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana
diatur dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:

 perjudian dan permainan yang tergolong judi;


 perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
 perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
 bank berbasis bunga;
 perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
 jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian(gharar)
dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional;
 memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi),
barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi)

7
yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat;
 melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);
b) rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih
dari 82%, dan
c) rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak
lebih dari 10%.

2.5 Reksadana Syariah

Reksa Dana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk


menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi, yang pengelolaannya tidak
bertentangan dengan prinsip syariah di pasar Modal.

Tabel 10 Perbedaan antara Reksa Dana Syariah dengan Reksa Dana

Reksa Dana Syariah merupakan salah satu alternatif investasi di pasar modal
bagi investor, baik investor besar maupun investor kecil. Karakteristik yang dimiliki
Reksa Dana Syariah antara lain adalah sebagai berikut:
1) Terjangkau, dengan minimum investasi Rp100.000,00.
2) Diversifikasi investasi pada berbagai jenis efek, sehingga dapat menyebarkan
risiko.
3) Kemudahan investasi, dikelola oleh Manajer Investasi yang profesional.

8
4) Efisiensi biaya dan waktu, karena investor tidak perlu menganalisis investasi
secara terus
5) menerus.
6) Hasil yang optimal, dengan tingkat pertumbuhan nilai investasi yang lebih
baik dan optimal
7) dalam jangka panjang.
8) Likuiditas terjamin, dengan pencairan dana investasi dapat dilakukan sewaktu-
waktu.
9) Transparansi informasi, karena investor dapat mengetahui hasil investasinya
secara berkala.
10) Sesuai dengan syariah, karena hanya dapat diinvestasikan di efek syariah.
11) Legalitas terjamin, karena diawasi oleh OJK dan dikelola oleh Manajer
Investasi yang memperoleh izin dari OJK.

Dalam pemilihan jenis Reksa Dana Syariah yang tepat, investor wajib
mengetahui besar kecilnya risiko yang berbanding lurus dengan besar kecilnya return
yang akan diterima. Risiko yang dapat terjadi dalam berinvestasi di Reksa Dana
Syariah tersebut antara lain adalah risiko berkurangnya nilai unit penyertaan, risiko
likuiditas, risiko wanprestasi, serta risiko kondisi politik dan ekonomi. Gambar
berikut menunjukkan jenis-jenis Reksa Dana Syariah dan tingkat risiko yang
menyertainya.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan yang telah penulis paparkan di bab sebelumnya,
penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1) Pasar modal syari’ah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme
kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan
dan mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip
syari’ah.

2) Sukuk adalah efek syariah atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan
mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas aset yang
mendasarinya (underlying asset).

3) Reksa Dana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk


menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi, yang
pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar
Modal.

4) Saham Syariah Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti


penyertaan modal kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan
tersebut pemegang saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari
usaha perusahaan tersebut. Konsep penyertaan modal dengan hak bagian
hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai kegiatan musyarakah
atau syirkah. Berdasarkan analogi tersebut, maka secara konsep saham
merupakan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun

10
demikian, tidak semua saham yang diterbitkan oleh Emiten dan
Perusahaan Publik dapat disebut sebagai saham syariah.

Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/37587886/Pasar_Modal_Syariah

Ebook materi yang berjudul ” Industri Jasa Keuangan Syariah ” seri 8

11

Anda mungkin juga menyukai