Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN K3 OLEH PERAWAT DALAM MENINGKATKAN

MUTU RUMAH SAKIT


Oasenea Melliany (181101080)

Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


E-mail omelliany@gmail.com
ABSTRAK

Rumah sakit seharus memiliki sistem yang bebas dari kesalahan dan juga memiliki
pelayanan kesehatan yang menjunjung tinggi hak hak pasien . Upaya meminimalisir terjadinya
kesalahan medis atau yang terkait dengan aspek keselamatan pasien, maka manajemen rumah
sakit perlu menciptakan sistem keselamatan pasien. Perawat merupakan profesi yang
memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit selama 24 jam dalam sehari, sehingga
perannya dalam penerapan keselamatan pasien sangat diharapkan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peran perawat dalam penerapan keselamatan pasien (patient safety) di RS.
Metode yang digunakan adalah Literature review dimana dengan cara menganalisis, eksplorasi
dan kajian bebas pada artikel, jurnal, text book, maupun e-book yang relevan dan berfokus
pada metode pembelajaran klinik yang berhubungan dengan Penerapan k3 oleh perawat dalam
meningkatkan mutu rumah sakit. Adapun artikel yang digunakan pada literature review ini
adalah artikel yang didapatkan dengan menggunakan 3 database Pubmed, Google Scholar dan
Science Direct. Artikel yang digunakan minimal menggunakan 14 referensi yang diterbitkan
sepuluh tahun terakhir. dalam meberikan pelayanan kesehatan dirumah sakit harus dapat
berkerjasama dengan baik dengan sesama perawat serta tim kesehatan sesama bahkan antar
profesi pelayanan kesehatan yang terdiri dari berbagai karakteristik, tanpa membeda-bedakan
pendidikan, usia, jenis kelamin, masa kerja dan status kepegawaian. Kondisi tersebut menuntut
perawat memiliki komitmen kerja dengan tujuan utama yaitu menjamin keselamatan pasien.

Kata kunci : Penerapan k3, Keselamatan Pasien, Mutu rumah Sakit


PENDAHULUAN mencegah, mengatasi atapun
menghilangkan bahayabahaya tersebut.
Rumah sakit rumah sakit mempunyai
tujuan memberikan pelayanan PEMBAHASAN
kesehatan perorangan secara paripurna
yaitu promotif, preventif, kuratif, dan A. Faktor Pendorong
rehabilitatif dalam rangka mewujudkan 1) Komitmen Pimpinan Komitmen
derajat kesehatan masyarakat yang pimpinan yang dimaksud dalam
setinggi-tingginya. Kenyataannya dalam penelitian ini adalah komitmen
pencapaian tujuan rumah sakit tersebut pimpinan RS X, komitmen pimpinan
diatas terdapat beberapa faktor yang rumah sakit disini adalah suatu
mempengaruhinya salah satunya komitmen tertulis tentang dukungannya
keselamatan dan kesehatan SDM rumah terhadap implementasi Keselamatan dan
sakit itu sendiri. SDM sangatlah kesehatan kerja dilingkungan rumah
dominan dalam pencapaian tujuan sakit yang dipimpinnya. Komitmen ini
rumah sakit karena bagaimana mungkin berdasarkan standar dari Kemenkes No.
pelayanan kesehatan diberikan secara 4327 tentang Pedoman Manajemen
maksimal oleh SDM rumah sakit dalam K3RS bahwa harus berupa surat
rangka mencapai derajat kesehatan keputusan pimpinan rumah sakit yang
masyarakat yang setinggi-tingginya isinya tentang serangkaian program dan
kalau mereka sendiri dalam keadaan atau tindakan pencapaian tujuan dari
yang tidak selamat dan tidak sehat. K3RS. Jadi berdasarkan hal tersebut
Rumah sakit juga merupakan salah satu diatas maka dengan ditetapkannya
tempat kerja yang rentan akan bahaya kebijakan tentang K3 di rumah sakit ini
kesehatan dan keselamatan bagi oleh pimpinan RS maka
petugas, pasien, dan pengunjung. Hal pelaksana/pengelola keselamatan dan
ini senada dengan apa yang tertuang kesehatan kerja di rumah sakit
dalam Kepmenkes No.432/ MENKES/ mempunyai serangkaian acuan/standar
SK/ IV/ 2007 tentang Pedoman dalam bertindak atau melaksanakan K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di ini yang diharapkan dapat berjalan
Rumah Sakit, dikatakan bahwa dalam dengan baik dan memenuhi standar
kegiatan rumah sakit berpotensi yang ditetapkan. Pimpinan RS X telah
menimbulkan bahaya fisik, kimia, menetapkan komitmen tersebut dalam
biologi, ergonomik dan psikososial bentuk SK Direktur RS X tentang
yang dapat membahayakan kesehatan pelaksanaan Keselamatan dan
dan keselamatan SDM RS, pasien, Kesehatan Kerja di lingkungan rumah
pengunjung / pengantar pasien, dan sakit yang dipimpinya, SK ini menandai
masyarakat sekitar RS (Kemenkes, bahwa pelaksana/pengelola keselamatan
2007)1 . Untuk itulah maka perlu dan kesehatan kerja di RS X
adanya implementasi suatu sistem mempunyai dasar hukumnya dan ada
manajemen yang berfungsi dalam kejelasan arah dalam bertindak atau
melaksanakan K3 di rumah sakit ini.
2) Disposisi / Komitmen Para Pelaksana terjangkit penyakit. Sejalan dengan itu,
(Implementors) Subarsono (2013) maka rumah sakit termasuk ke dalam
mengatakan bahwa disposisi (watak dan kriteria tempat kerja dengan berbagai
karakterisitik yang dimiliki oleh potensi bahaya yang dapat
implementor, seperti komitmen, menimbulkan dampak kesehatan
kejujuran dan sifat demokratis sangatlah (Kepmenkes, 2010). Untuk
penting dalam implementasi suatu meningkatkan keselamatan dan
kebijakan karena apabila implementor kesehatan pekerja agar dapat berkualitas
memiliki disposisi yang baik maka dia dan bekerja dengan baik salah satu
akan dapat menjalankan kebijakan faktor yang harus diperhatikan yaitu
dengan baik pula seperti apa yang lingkungan tempat kerjanya. Menurut
diinginkan oleh pembuat kebijakan.3 Nitisemito (1992:183), bahwa
Ketika implementor memiliki sikap atau lingkungan kerja adalah segala sesuatu
perspektif yang berbeda dengan yang ada disekitar para pekerja dan
pembuat kebijakan maka proses yang dapat mempengaruhi dirinya
implementasi kebijakan juga menjadi dalam menjalankan tugas-tugas yang
tidak efektif. Disposisi implementor dibebankan. Dimana lingkungan kerja
dalam pelaksanaan kebijakan merupakan kondisi-kondisi material dan
Kepmenkes No.1087/ MENKES/ SK/ psikologis. Maka dari itu rumah sakit
VIII/ 2010 dalam rangka pemeliharaan harus menyediakan lingkungan kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di yang memadai seperti lingkungan fisik
Rumah Sakit X menjadi faktor (tata ruang yang nyaman, lingkungan
pendorong dalam keberhasilam dalam yang bersih, pertukaran udara yang
mengimplementasikan kebijakan ini baik, warna, penerangan yang cukup
karena implementor di RS X maupun musik yang merdu), serta
mempunyai komitmen yang cukup lingkungan non fisik (suasana kerja
tinggi dalam menjalankan kebijakan K3 pekerja, kesejahteraan pekerja,
sehingga arah menuju keberhasilan hubungan antar sesama pekerja,
pencapaian tujuan kebijakan ini juga hubungan anatar pekerja dengan
menjadi lebih terbuka lebar. Komitmen pimpinan). Lingkungan kerja yang
yang dimaksud adalah selalu aman dan sehat akan membawa dampak
menyelesaikan tugas yang diamanatkan, yang positif bagi orang-orang yang
selalu mengikuti kegiatan yang berada di dalamnya. Menurut Rivai
berhubungan dengan K3, adanya rasa (2009) lingkungan kerja yang sehat dan
memiliki institusi. aman bermanfaat meningkatkan
efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih
Upaya Kesehatan dan Keselamatan berkomitmen, menurunkan biaya-biaya
Kerja harus diselenggarakan untuk kesehatan dan asuransi, kompensasi
mewujudkan produktivitas kerja yang pekerja, dan pembayaran langsung yang
optimal di semua tempat kerja, lebih rendah karena menurunnya
khususnya tempat yang mempunyai pengajuan klaim, fleksibilitas, serta
risiko bahaya kesehatan, mudah rasio seleksi tenaga kerja yang lebih
baik. Selain memperhatikan faktor keselamatan pasien, yang mana
lingkungan kerja yang terdiri dari keselamatan pasien ini sebagai prioritas
lingkungan fisik dan non fisik, faktor
utam dan juga dapat meningkatkan
lain yang tak kalah pentingnya yaitu
penerapan keselamatan dan kesehatan mutu pelayanan kesehatan.
kerja di rumah sakit. Berdasarkan data
Jamsostek (2012) (dalam Ilfani dan Jurnal atau artikel yang digunakan pada
Rini, 2013), jumlah tenaga kerja pada literature review ini adalah jurnal atau
tahun 2012 menunjukan terdapat 9.056
artikel yang didapatkam dari google
kasus kecelakaan kerja. Dari jumlah
tersebut 2.419 kasus mengakibatkan scholar, google book, library usu pada
meninggal dunia. Penerapan K3 pada 10 tahun terakhir penerbitan. Dalam
setiap instansi tentunya sudah masuk
mencari literature reviewnya,
dalam standar operasional, akan tetapi
hal ini juga dipengaruhi oleh perilaku menggunakan kata kunci keselamatan
dan kesadaran pegawai. Salah satu pasien, kebijakan perawat dan
unsur dalam pembentukan perilaku pelayanan kesehatan,
adalah religiusitas. Dalam Islam
perilaku seseorang seharusnya HASIL PENELITIAN
mencerminkan hubungan dirinya
dengan Allah SWT. Menurut Rokeach
Berdasarkan hasil penelitian dari
dan Bank (Sahlan,2011) mengartikan
keberagamaan atau religiusitas literature review yang meliputi jurnal,
merupakan suatu sikap atau kesadaran teks book, dan e-book, didapatkan
yang muncul didasarkan atas keyakinan berbagai Kebijakan perawat dalam
atau kepercayaan seseorang terhadap
penerapan keselamatan pasien yang
suatu agama. Sikap keagamaan
merupakan suatu keadaan yang ada nantinya dapat meningkatkan mutu
pada diri seseorang yang mendorongnya pelayanan kesehatan. Pada literature
untuk bertingkah laku sesuai dengan
review didapatkan hasil bahwa untuk
kadar ketaatannya terhadap agama
(Jalaluddin,2010). meningkatkan kualitas dan kepuasan
pasien terhadap pelayanan kesehatan,
METODE PENELITIAN
seorang perawat harus mampu
Rancangan penelitian yang digunakan memahami komponen-komponen dalm
adalah literature review. Dengan penerapan keselamatan pasien.
melakukan analisis dan kajian bebas
Keselamatan pasien adalah prioritas.
pada jurnal, e-book, maupun buku teks Perawat harus lebih mengutamakan
yang berkaitan dengan materi keselamatan pasien dengan cara
pembelajaran yaitu penerapan kerjasama Tim agar nantinya penerapan
keselamatan pasien ini menjadi budaya MEMPENGARUHI
yang harus diterapkan di rumah sakit. IMPLEMENTASI KEPMENKES
NO.1087/MENKES/SK/VIII/201

PENUTUP 0 TENTANG KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA DI
SIMPULAN : Untuk mewujudkan
patient safety dibutuhkan upaya dan RUMAH SAKIT. Jurnal
kerjasama berbagai pihak. Patient safety Pemerintahan dan Politik, 2(1).
merupakan upaya dari seluruh
komponen sarana pelayanan kesehatan, Insani, T. H. N., & Sundari. S. (2018).
dan perawat memegang peran kunci Analisis Pelaksanaan
untuk mencapainya.
Keselamatan Pasien Oleh
REFERENSI Perawat. Journal of Health
Butar-butar, J., & Simamora, R. H. Studies, 2 (1), 84-95.
(2016). Hubungan Mutu
Ismaniar, H. (2015). Keselamatan
Pelayanan Keperawatan dengan
Pasien di Rumah Sakit.
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat
Yogyakarta : Deepublish.
Inap di RSUD Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah. Juniarti, N. H., & Mudayana, A. A.
Jurnal Ners Indonesia, 6(1), 50- (2018). Penerapan Standar
63. Keselamatan Pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Provinsi
Cahyono, S, J.(2008). Keselamatan
Nusa Tenggara Barat. Jurnal
pasien dalam praktik
Kesehatan Poltekkes Ternate,
kedokteran. Yogyakarta:
11(2), 93-108.
KANSIUS
Najihah. (2018). Budaya Keselamatan
Firawati., Pabuty. A., & Putra, A. S.
Pasien dan Insiden Keselamatan
(2012). Pelaksanaan Program
Pasien di Rumah Sakit. Journal
Keselamatan Pasien di RSUD
of Islamic Nursing, 3 (1), 1-8.
Solok. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 6 (2), 73-79. Rivai, F., Sidin, A. I., & Kartika, I.
(2016). Faktor yang
Ilyas, M. M. (2019). FAKTOR-
Berhubungan dengan
FAKTOR YANG
Implementasi Keselamatan
Pasien di RSUD Ajjappannge communication for improving
Soppeng Tahun 2015. Jurnal Patients Safety. Indian Journal
Kebijakan Kesehatan Indonesia, of Public Health Research &
5 (4), 152-157. Development, 10(9), 1280-1285.

Sari, D. (2019). HUBUNGAN Simamora, R. H. (2018). Buku Ajar


LINGKUNGAN KERJA DAN Keselamatan Pasien Melalui
RELIGIUSITAS DENGAN Timbang Terima Pasien Berbasis
PENERAPAN K3 DI RUMAH Komunikasi Efektif : SBAR.
SAKIT “X”. Jurnal Ilmiah
Vincent, C. (2006). Patient Safety.
Kesehatan Media Husada, 8(2),
Philadelphia : Elsevier.
33-38.
Wardhani, V. (2017). Manajemen
Simamora, R. H. (2019). Buku Ajar:
Keselamatan Pasien. Malang :
Pelaksanaan Identifikasi Pasien.
UB Press.
Uwais Inspirasi Indonesia

Simamora, R. H. (2019). Widajat, R. (2009). Being a Great and

Documentation of Patient Sustainable Hospital. Jakarta :

Identification into the Electronic PT Gramedia Pustaka Utama.

System to Improve the Quality. Widiasari., Handiyani. H., &


INTERNATIONAL JOURNAL Novieastari. (2019). Kepuasan
OF SCIENTIFIC & Pasien Terhadap Penerapan
TECHNOLOGY RESEARCH, Keselamatan Pasien di Rumah
8(9). 1884-1886 Sakit. Jurnal Keperawatan

Simamora, R. H., & Fathi, A. (2019). Indonesia, 22 (1), 43-52.

The Influence of Training


Handover based SBAR

Anda mungkin juga menyukai