Pembagian peran penyedia jasa konstruksi secara umum dapat diturunkan dari
definisi jasa konstruksi yang dimuat dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi (UUJK 2017). Jasa konstruksi didefinisikan sebagai layanan
jasa konsultansi, jasa pekerjaan konstruksi, dan jasa pekerjaan konstruksi
terintegrasi. Layanan jasa pekerjaan konstruksi adalah layanan pelaksanaan
konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor, sedangkan layanan pekerjaan konstruksi
terintegrasi adalah layanan yang diberikan oleh kontraktor berupa gabungan layanan
jasa konsultansi dengan layanan pelaksanaan konstruksi.
Pembagian tugas layanan jasa konsultansi dapat dilihat dari subbab Struktur Usaha
Jasa Konstruksi yang tertuang dalam UUJK 2017. Secara umum struktur usaha jasa
konstruksi terdiri atas jenis, sifat, klasifikasi, dan layanan usaha, serta bentuk dan
kualifikasi usaha.
Sifat jasa konsultansi dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu jasa konsultansi yang
bersifat umum, dan yang bersifat spesialis. Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang
bersifat umum harus memenuhi kriteria yang mampu memberikan jasa konsultansi
secara utuh yang menghasilkan dokumen pengkajian, perencanaan, perancangan,
dan pengawasan. Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat spesialis harus
memenuhi kriteria yang mampu melaksanakan bagian tertentu dari proses
konsultansi yang menghasilkan dokumen pengkajian, perencanaan, perancangan,
pengawasan, dan/atau manajemen penyelenggaraan konstruksi.
Jasa konsultansi untuk layanan pengawasan adalah Jasa asistensi teknis dan
nasihat selama fase pelaksanaan konstruksi untuk memastikan pekerjaan konstruksi
yang sedang dilaksanakan sudah sesuai dengan final desain. Layanan pengawasan
ini meliputi jasa yang diberikan di kantor maupun di lapangan.
Proyek konstruksi terdiri dari serangkaian aktivitas yang saling berkaitan satu
dengan yang lain dalam seluruh siklus proyek, mulai dari pengkajian
pengembangan ide, perencanaan (studi konsep dan kelayakan), perancangan,
pengadaan, pelaksanaan, start up dan penerapan, operasi dan pemanfaatan,
sampai dengan pembongkaran dan reskonstruksi/ pembangunan kembali.
Untuk mengelola dan mengendalikan rangkaian aktivitas pada tahap demi tahap
tersebut diperlukan upaya manajemen proyek konstruksi yang tepat dan efektif.
Semakin tinggi kompleksitas suatu proyek konstruksi, semakin tinggi pula tuntutan
akan keterampilan manajemen proyek, karena semakin tinggi pula risiko tidak
tercapainya sasaran kinerja proyek. Pada proyek - proyek konstruksi berskala
besar pada umumnya digunakan jasa konsultansi untuk layanan manajemen
penyelenggaraan konstruksi (konsultan manajemen konstruksi). Konsultan
manajemen konstruksi adalah jasa konsultansi yang diberikan oleh suatu
perusahaan atau organisasi yang mengkhususkan diri dalam praktik manajemen
konstruksi professional yang mempraktikkannya pada suatu proyek tertentu sebagai
bagian dari tim manajemen proyek. Konsultan manajemen konstruksi bertindak
sebagai representative dari pemilik pekerjaan untuk menjamin dan bertanggung
jawab atas keberhasilan penyelesaian proyek, termasuk di dalamnya
pengorganisasian proses perencanaan, perancangan, pengawasan dan/atau
pengawasan, pemberian rekomendasi dalam setiap tahapan proyek, dan
pelaksanaan pengawasan dalam hal tidak ada penyedia jasa konsultansi pengawas.
Pengkajian dampak topografi dan geologi dalam desain, pengkajian kualitas atau
kecocokan material yang akan digunakan dalam proyek konstruksi dan dampaknya
dalam desain, pengkajian dampak lingkungan dari proyek konstruksi, pengkajian
keuntungan efesiensi produksi sebagai dampak dari penggunaan alternatif proses,
teknologi dan layout; perencanaan the load bearing framework dari suatu bangunan;
estimasi biaya, spesifikasi dan rencana pendahuluan untuk mendefinisikan konsep
desain teknik; gambar kerja, metode instalasi, batasan waktu, dokumen tender,
nasihat ahli untuk evaluasi dan penerimaan tender; perencanaan awal, perencanaan
akhir, spesifikasi material yang akan digunakan, spesifikasi teknis lainnya yang
dibutuhkan untuk keperluan tender; pembuatan desain rekayasa mekanikal untuk
sistem energi, sistem alarm kebakaran, sistem pemanas ruangan, ventilasi,
pendingin ruangan, lemari pendingin, pemasangan mekanikal lainnya untuk semua
jenis bangunan; perencanaan proses produksi, prosedur dan fasilitas produksi;
metode pemotongan, handling dan transportasi logistik dan layout lokasi; instalasi
mekanikal kegiatan produksi komponen bangunan; instalasi dan perawatan dari
peralatan konstruksi; dan jasa konsultansi di bidang pembinaan jasa konstruksi.
PENUTUP
1. Jasa konstruksi terdiri atas jasa konsultansi, pekerjaan konstruksi, dan pekerjaan
konstruksi terintegrasi.
2. Sifat jasa konsultansi terdiri atas jasa konsultansi yang bersifat umum dan jasa
konsultansi yang bersifat khusus.
3. Layanan jasa konsultansi meliputi layanan pengkajian, perencanaan,
perancangan, pengawasan dan/atau manajemen penyelenggaraan konstruksi,
4. Tidak ada pembatasan penggabungan keenam layanan jasa konsultansi tersebut
terdapat pada satu badan usaha jasa konstruksi dan/atau satu pekerjaan jasa
konsultansi.
5. Tenaga ahli yang memberikan jasa pada masing-masing layanan tersebut
memiliki kompetensi keahlian tertentu. Kompetensi terbentuk dari penguasaan
pengetahuan, keterampilan dan prilaku. Kompetensi diterapkan sesuai tugas dan
wewenangnya yang berbeda untuk masing-masing layanan.
6. Jasa konsultansi untuk layanan kajian menghasilkan rekomendasi. Layanan
perencanaan menhasilkan rekomendasi kelayakan bangunan dan rancangan
pendahuluan setalah mempertimbangkan hasil pengkajian baik yang
dilaksanakan sebelumnya maupun pada saat pelaksanaan pekerjaan
perencanaan. Layanan perancangan menghasilkan dokumen hasil rancangan
berupa gambar rancangan, spesifikasi teknis, daftar kuantitas, estimasi biaya
hasil rekayasa, dan metode konstruksi termasuk di dalamnya dokumen
manajemen K3 setelah mempertimbangkan hasil perencanaan. Layanan
pengawasan bertanggung jawas atas kesesuaian pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dengan dokumen hasil perancangan.
7. Khusus untuk layanan perancangan dan layanan pengawasan, tugas dan
wewenangnya harus terpisah secara jelas karena masing-masing memiliki
konsekuensi hukum ketika terjadi kegagalan bangunan. Konsultan perancang
bertanggung jawab atas kegagalan bangunan apabila hasil perancangannya
tidak memenuhi standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan
konstruksi apabila dilaksanakan di lapangan sesuai dengan hasil
perancangannya. Konsultan pengawas bertanggung jawab apabila lalai dalam
mengwasi pekerjaan konstruksi di lapangan sehingga tidak sesuai dengan hasil
perancangan yang temuat dalam dokumen kontrak.
8. Untuk pekerjaan kompleks yang sering menghadapi perubahan yang relative
besar di lapangan, tim konsultan pengawas biasanya didukung tim konsultan
technical assistant atau core team.
9. Klasifikasi usaha jasa konsultansi terdiri atas usaha jasa konsultansi arsitektur,
rekayasa, rekayasa terpadu, dan arsitektur lanskap dan perencanaan wilayah.
Penulis saat ini menjabat sebagai Pejabat Fungsional Teknis Pembina Jasa
Konstruksi Utama di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat