Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin memudahkan


pekerjaan manusia berdampak pada bidang arsitektur. Bangunan bangunan yang
menerapkan teknologi pintar yang memilki sistem otomasi dan saling terintegrasi satu
sama lain membuat kerja bangunan semakin efektif,efisien, dan tepat guna, dan dapat
bekerja secara otomatis. Bangunan pintar jelas memiliki kemampuan operasional
yang lebih dibandingkan bangunan konvensional dengan demikian biaya yang
dikeluarkan juga lebih besar.

Sebuah bangunan pintar terdiri dari berbagai system yang menyusun bangunan
tersebut. Ada beberapa system yang menyusun bangunan pintar mulai dari HVAC,
kelistrikan, pencahayaan, audio visual, hingga material pintar. Banyaknya system
yang menyusun bangunan pintar dan tidak terlepas juga bagaimana penggunaan
material pintar yang memilki peran salah satu komponen penyusun arsitektur pintar.

Dengan komponen material yang pintar sebagai penyusun arsitektur pintar,


tentunya bangunan akan menjadi lebih efektif secara penggunaan oleh civitasnya dan
juga performa bangunan juga menjadi efektif. Pada akhirnya efektifitas penggunaan
akan membuat bangunan menjadi efisien dalam penggunaan energi dan efesiensi pun
dapat dicapai jika energi yang dipakai dapat disubtitusi dengan energi yang
berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Material Pintar?

2. Apa saja yang termasuk sebagai material pintar?

3. Bagaimana aplikasi material pintar?

4. Apa itu energi yang keberlanjutan?

5. Bagaimana aplikasi energi yang keberlanjutan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Material Pintar

2. Untuk mengetahui jenis-jenis Material Pintar

3. Untuk Mengetahui bagaimana aplikasi Material Pintar

4. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan energi yang keberlanjutan

5. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi energi yang keberlanjutan

1.4 Manfaat

1. Menambah wawasan tentang material pintar dan energi yang keberlajutan

2. Dapat memahami aplikasiannya terhadap desain

3. Menyelesaikan tugas makalah mata kuliah arsitektur pintar


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian material pintar

Menurut NASA dalam Addington, M., & Schodek, D. (2012). .material pintar
adalah material yang dapat mengingat konfigurasi pengguna dan dapat memberikan
kenyamanan kepada pengguna dengan cara memberikan stimulus yang spesifik.

Dikutip dari Encyclopedia of Chemical Technology dalam Addington, M., &


Schodek, D. (2012). struktur dan material pintar merupakan objek yang dapat
mendeteksi lingkungan, memproses hasil deteksi dan dan outputnya dapat merespon
lingkungan disekitar.

2.2 Karakteristik material pintar

Sebelum diketahui jenis-jenis material pintar, secara general material pintar


memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Immediacy – merespon dengan cepat.


2. Transiency – merespon lebih dari 1 jenis lingkungan.
3. Self-actuation – ‘kepintaran’ berasal dari material itu sendiri/internal. Bukan
dari elemen system dari luar.
4. Selectivity – merespon dengan selektif dan dapat diprediksi.
5. Directness – merespon langsung kejadian yang sedang terjadi.

2.3 Jenis-Jenis material pintar

Setelah mengetahui karakteristik dari material pintar, maka dapat diketahui


material apa saja yang termasuk kedalam kategori material pintar. Berikut adalah
jenis-jenis materil pintar :
1. Chromatic atau material yang dapat berubah warna
 Photochromics – material yang dapat merubah warna jika terkena
cahaya. Contoh materialnya adalah photochromics film.

Gambar 2.1 Material kaca photochromic


Sumber : http://www.aanddsolutions.com/sfb-photochromic-films/

 Thermochromics – material yang dapat merubah warna jika ada


perubahan temperatur. Cara kerja dari material ini adalah material ini
menyerap panas dan perubahan disebabkan reaksi kimia dari unsur yang
terpengaruh oleh panas. Contoh materialnya adalah thermochromic film
dan cat thermochromatic.

Gambar 2.2 Material thermochromic film


Sumber : https://materialdistrict.com/material/thermochromic-film/
Gambar 2.3 Thermochromatic paint
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=MjBHbQAtEsE

 Mechanochromics – material yang berubah warna karena perubahana


bentuk ( stress and deformation ) dalam konteks ini merupakan
pengaruh dari luar. Biasanya ditemukan di plastik berpolymer. Cara
kerjanya adalah pada material mechanochromic terdapat polymer yang
berekasi dengan cara berubah warna ketika terkena gaya yang merubah
bentuk material tersebut. Untuk mechanochromic sendiri terjadi pada
proses desain, seperti membuat maket menggunakan 3d printing.
 Chemochromics – material yang berubah warna jika terkena reaksi
kimia yang spesifik dari lingkungan. Cara kerjanya adalah reaksi kimia
di dalam material ini bereaksi dengan unsur dari luar material.
Contohnya adalah lakban pendeteksi unsur kimia yang bocor pada
jaringan utilitas.

Gambar 2.4 Detectape hydrogen leak


Sumber : https://www.detectape.com/
 Electrochromics – bahan yang berubah warna ketika tegangan listrik
diterapkan. Teknologi terkait mencakup kristal cair dan perangkat
partikel yang dapat mengubah warna atau transparansi saat diaktifkan
secara elektrik. Contoh materialnya adalah electrochromic window.

Gambar 2.5 Electrochromic window


Sumber : https://www.sageglass.com/en/article/what-electrochromic-glass

2. Energy exchanging material, material yang bereaksi karena perubahan


energi.
 Light emitting material – material yang dapat mengeluarkan warna
ketika ada reaksi energi panas terjadi pada material yang bukan
penghasil panas. Material ini sering ditemukan di produk yang
menghasilkan cahaya. Seperti lampu LED, layar LCD, barang
elektronik, dan rambu. Contoh materialnya adalah Luminescence,
fluorescence and phosphorescence.

Gambar 2.6 Lava lamp JBL


Sumber : https://vrzone.com/articles/jbl-pulse3-launch-singapore/129376.html
Gambar 2.7 Philips led hue lightstrip
Sumber : https://bgr.com/2019/03/14/philips-hue-lightstrip-plus-alternative-on-amazon/

Gambar 2.8 Electroluminescent wire


Sumber : https://www.amazon.com/4-Pack-Glowing-Strobing-Electroluminescent-
Yellow/dp/B013KH84DO

Gambar 2.9 Photoluminescent sign


Sumber : https://www.hivissign.com/how-do-photoluminescent-exit-signs-work/
 Shape memory material – material ini adalah material yang dapat
berubah bentuknya dikarenakan energi yang memaksa bentuk suatu
material untuk berubah. Biasanya material ini fleksibel dan elastis
bentuknya. Contoh materialnya adalah shape memory alloys atau
logam campuran dan shape memory polymer

Gambar 2.10 Logam/besi campuran untuk konstruksi


Sumber : https://www.iom3.org/materials-world-magazine/news/2018/nov/28/shape-
memory-alloy-reinforces-building

Gambar 2.11 Memory foam


Sumber : https://www.todaysmedicaldevelopments.com/article/shape-memory-polymer-
market-medical-5616/
3. Material konventional
Material konventional yang dimaksud adalah material yang sangat umum
digunakan untuk konstruksi bangunan di indonesia. Material konventional
yang termasuk kedalam material pintar adalah material konventional yang
sesuai atau memenuhi dengan karakteristik material pintar. Contoh material
konventional itu adalah Bata, Kayu, dan Jerami.

Gambar 2.11 Ilustrasi material kayu pada arsitektur tropis


Sumber : www.dekoruma.com

Gambar 2.12 llustrasi material jerami pada arsitektur tropis


Sumber : www.noya-building-materials.com
Gambar 2.13 Ilustrasi bangunan menggunakan material bata
Sumber : www.wienerberger-building-solutions.com

Gambar 2.14 llustrasi bangunan menggunakan material beton


Sumber : www.rooang.com

Material konventional diatas memiliki respon terhadap panas yaitu berupa time
lag. Yaitu memperlambat perambatan panas. Dalam konteks material pintar. Material
yang disebutkan diatas memenuhi karakteristik material pintar. Salah satunya
material konventional diatas kemampuan time lag nya tersemat pada material itu
sendiri tanpa memerlukan sistem pendukung. Lalu material diatas juga merespon
secara langsung dan spesifik terhadap stimulus yang diterima.
2.4 Pengaplikasian material pintar pada bangunan

Setelah mengetahui jenis-jenis material yang termasuk kedalam kategori


material pintar, maka dalam konteks arsitektur material-material tersebut dapat
digunakan sebagai komponen pembentuk bangunan yang pintar. Berikut adalah
bagaimana pengaplikasian material pintar pada bangunan :

1. Fasad – pada fasad atau tampilan bangunan, material pintar dapat digunakan
sebagai pemanis tampilan bangunan (estetika) dan untuk menunjang
performa bangunan untuk merespon lingkungan. Seperti merespon iklim
panas dengan material yang merespon panas pada bukaan atau finishing
fasad bangunan.
2. Ruang dalam – pada ruang dalam bangunan, material pintar dapat
digunakan sebagai penerangan pada ruang dalam dan juga memberikan
kesan pada ruang dalam (estetika)
3. Furniture – material pintar juga digunakan sebagai komponen pembentuk
furniture pintar. Material pintar sendiri dapat menghasilkan pengalaman
menggunakan furniture yang berbeda dan material tersebut dapat merespon
pengguna dengan stimulus yang spesifik.
4. Utilitas – pada sistem utilitas bangunan, tentu material pintar sangat
berguna. Salah satunya sebagai penanda pada layout sistem utilitas sehingga
setiap sistem utilitas dapat dibedakan dan mudah dideteksi.

2.5 Energi yang berkelanjutan

Energi merupakan kebutuhan dasar manusia, yang terus meningkat sejalan


dengantingkat kehidupannya. Bahan bakar minyak (BBM) memegang posisi yang
sangatdominan dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional. Komposisi konsumsi
energinasional saat ini adalah BBM : 52,50%; Gas: 19,04%; Batubara: 21,52%;
Air:3,73%; Panas Bumi: 3,01%; dan Energi Baru: 0,2%. Kondisi demikian
terjadisebagai akibat dari kebijakan subsidi masa lalu terhadap bahan bakar minyak
dalamupaya memacu percepatan pertumbuhan ekonomi.Suatu kenyataan yang tidak
dapat dipungkiri bahwa produksi minyak bumi Indonesiamengalami penurunan
akibat adanya penurunan secara alamiah dan semakinmenipisnya cadangan.
Menurunnya produksi minyak mentah kita dan tingginya hargaminyak mentah dunia
sangat berpengaruh terhadap kemampuan anggaranpembangunan. Selama ini bahan
bakar minyak di Indonesia masih disubsidi olehnegara (melalui APBN), sehingga
menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah.Untuk mengurangi beban subsidi
tersebut pemerintah berusaha mengurangiketergantungan kepada energi bahan bakar
minyak, dengan mencari danmengembangkan sumber energi lain yang murah dan
mudah didapat. Pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan perlu dikembangkan
mengingatperan dan harga BBM terus meningkat dan melambung tinggi sebagai
penggantiuntuk penyedia energi yang berkesinambungan. Berbagai cara yang
dilakukan untukmengetahui potensi sumber daya energi yang dapat dikembangkan di
Indonesia,salah satunya adalah dengan melakukan pendataan. Berdasarkan data yang
diperoleh dapat ditentukan langkah serta strategi dalam pemanfaatan dan pengelolaan
seluruh potensi sumber kekayaan alam terutama sumber daya energi yang ada
untukpenyediaan kebutuhan energi pada wilayah tertentu dan jenis kegiatan,
sehinggadapat ditetapkan strategi pemanfaatannya. Penganekaragaman penggunaan
energy dengan memanfaatkan sumber daya energi setempat, diharapkan dapat
mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi minyak bumi, sehingga dalam
pemanfaatandan pengelolaan sumber daya energi minyak bumi harus benar-benar
kepada yang membutuhkannya terutama yang menjadi skala prioritas.Namun
implementasi sumber energi terbarukan sangat penting untuk segera dimulai.
Dibawah ini dibahas secara singkat berbagai sumber energi terbarukan tersebut.
Mengapa energi terbarukan? Energi Terbarukan harus segera dikembangkan secara
nasional, bila tetap tergantungan energi fosil, ini akan menimbulkan setidaknya tiga
ancaman serius yakni:

1) Menipisnya cadangan minyak bumi yangdiketahui (bila tanpa temuan


sumurminyak baru)
2) Kenaikan/ketidakstabilan harga akibatlaju permintaan yang lebih besar
dariproduksi minyak, dan

3) Polusi gas rumah kaca (terutama CO2)akibat pembakaran bahan bakar


fosil.

a. Energi Panas Bumi

Sebagai daerah vulkanik, wilayahIndonesia sebagian besar kaya akan


sumberenergi panas bumi. Jalur gunung berapimembentang di Indonesia dari ujung
PulauSumatera sepanjang Pulau Jawa, Bali, NTT,NTB menuju Kepulauan Banda,
Halmahera,dan Pulau Sulawesi. Panjang jalur itu lebihdari 7.500 km dengan lebar
berkisar 50-200 km dengan jumlah gunung api baik yangaktif maupun yang sudah
tidak aktifberjumlah 150 buah. Potensi energi panas bumi totaladalah 19.658 MW
dengan rincian di PulauJawa 8.100 MW, Pulau Sumatera 4.885MW, dan sisanya
tersebar di PulauSulawesi dan kepulauan lainnya.

b. Energi Air

Indonesia memiliki potensi besaruntuk pengembangan pembangkit


listriktenaga air. Itu disebabkan kondisi topografi Indonesia bergunung dan berbukit
serta dialiri oleh banyak sungai dan daerah-daerah tertentu mempunyai danau/waduk
yang cukup potensial sebagai sumber energy air. Pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) adalah salah satu teknologi yang sudah terbukti (proven), tidak merusak
lingkungan,menunjang diversifikasi energi dengan memanfaatkan energi terbarukan,
menunjang program pengurangan pemanfaatan BBM, dan sebagian besar memakai
kandungan lokal.Besar potensi energi air di Indonesia adalah 74.976 MW, sebanyak
70.776 MWada di luar Jawa, yang sudah termanfaatkan adalah sebesar 3.105,76 MW
sebagian besar berada di Pulau Jawa.
c. Energi Angin

Secara umum Indonesia masuk kategori negara tanpa angin, mengingatbahwa


kecepatan angin minimum rata-rata yang secara ekonomis dapat dikembangkan
sebagai penyedia jasa energi adalah 4m/dt. Kendatipun demikian ada beberapa
wilayah dimana sumber energi angin kemungkinan besar layak dikembangkan.
Wilayah tersebut antara lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat
(NTB), Sulawesi Selatan dan Tenggara, Pantai Utara dan Selatan Jawa dan Karimun
Jawa. Skala pemanfaatan Tenaga angina pada umumnya dikelompokkan dalam skala
kecil, menengah dan besar.

d. Energi Surya

 Surya Fotovoltaik
Energi surya atau lebih dikenal sebagai solar cell atau photovoltaic cell,
merupakan sebuah divais semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas
dan terdiri dari rangkaian dioda tipe p dan n, yang mampu merubah langsung
energy surya menjadi energi listrik.
 Surya Termal
Sebagian besar dan secara komersial, pemanfaatan energi surya termal banyak
digunakan untuk penyediaan air panas rumah tangga, khususnya rumah tangga
perkotaan. Jumlah pemanas air tenaga surya (PATS) diperkirakan berjumlah
150.000 unit dengan total luasan kolektor sebesar 400,000 m2. Secara non-
komersial dan tradisional, energi surya termal banyak digunakan untuk keperluan
pengeringan berbagai komoditas pertanian, perikanan, perkebunan, industry
kecil, dan keperluan rumah tangga. Secara komersial, energi surya mempunyai
potensi ekonomi untuk penyediaan panas proses suhu rendah (s/d 900 C)
menggunakan sistem energi surya termik (SEST) bagi keperluan pengolahan
pasca panen komoditas tersebut dengan lebih efektif dan efisien.
e. Energi Nuklir

Kebutuhan energi nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat, terutama


kebutuhan energi listrik. Peningkatan tersebut sejalan dengan laju pertumbuhan
ekonomi, laju pertumbuhan penduduk, dan pesatnya perkembangan sektor industri.
Untuk memenuhi kebutuhan energi nasional tidak cukup hanya mengandalkan
sumber energi yang ada, karena sumber energi kita sudah banyak terkuras selama
beberapa tahun terakhir. Untuk itu, perlu mencari sumber-sumber energi alternatif
yang lain yang cukup potensial untuk menggantikannya, misalnya energi baru dan
terbarukan. Energi nuklir adalah energi baru yang perlu dipertimbangkan karena
energi ini bisa menghasilkan energi yang dalam order yang besar sampai ribuan
megawatt, tetapi harus memperhatikan beberapa aspek. Aspek itu antara lain aspek
keselamatan, sosial, ekonomi, teknis, sumber daya manusia, dan teknologi.

f. Energi Samudra/Laut

Di Indonesia, potensi energi samudra/laut sangat besar karena Indonesia


adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.000 pulau dan garis pantai sepanjang
81.000km, terdiri dari laut dalam , laut dangkal. dan sekitar 9.000 pulau-pulau kecil
yang tidak terjangkau arus listrik Nasional, dan penduduknya hidup dari hasil laut.
Dengan perkiraan potensi semacam itu, seluruh pantai di Indonesia dapat
menghasilkan lebih dari 2 ~ 3 Terra Watt Ekwivalensi listrik, diasumsikan 1% dari
panjang pantai Indonesia (~ 800 km) dapat memasok minimal ~16 GWatt atau sama
dengan pasokan seluruh listrik di Indonesia tahun 2005. Energi samudra ada empat
macam,yaitu energi panas laut, energi pasang surut, energi gelombang, dan energi
arus laut. Prinsip kerja masing-masing :

 Energi panas laut yaitu dengan menggunakan beda temperatur antara


temperatur di permukaa laut dan temperatur di dasar laut.
 Energi pasang surut dengan menggunakan beda ketinggian antara laut
pasang terbesar dan laut surut terkecil.
 Energi gelombang adalah dengan menggunakan besar ketinggian
gelombang dan panjang gelombang.
 Energi arus laut prinsip kerjanya persis sama dengan turbin angin.

2.6 Pengaplikasian energy terbarukan pada bangunan arsitektur

Beberapa pilihan energy terbarukan yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat


menjadi acuan alternatif pada penggunaannya sebagai sumber energy suatu
bangunan. Namun tetap saja, banyak sekali variabel-variabel lain yang harus
dipertimbangkan dalam memilih jenis energy terbarukan tersebut, seperti:

a. Lokasi, kondisi geografis


b. Penguasaan Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi)
c. Kondisi finansial
d. Fungsi bangunan

Pilihan termudah sebagai sumber energy yang bersifat terbarukan yang cukup
mudah diaplikasikan di hampir tiap bangunan adalah: energy angin, energy surya, dan
energi air.

 Energi angin dapat dimanfaatkan pada pengaplikasian turbin angin yang


diletakkan di bagian atas bangunan atau pada tempat yang dirasa memiliki
banyak aliran udara yang cukup kencang untuk memutar turbin.
 Energi surya sangat mudah diaplikasikan pada bangunan. Pertama, pilih
tujuan pemanfaatan energi surya, hal ini berpengaruh pada alat yang
diperlukan, apakah digunakan sebagai sumber utama energi pada bangunan
(photovoltaic solar cell), atau hanya sebagai penyuplai keperluan air panas
pada bangunan (solar water heater). \
 Energi air memerlukan adanya aliran air yang bergerak secara konstan
untuk dapat dimanfaatkan secara terus-menerus. Lokasi menjadi faktor
utama dalam pemanfaatan energi ini, karena bangunan harus berada dekat
dengan aliran air seperti sungai, air terjun, atau bendungan.
Daftar pustaka :

Addington, M., & Schodek, D. (2012). Smart materials and technologies in


architecture: for the architecture and design professions. Routledge.

Lampert, C. M. (2004). Chromogenic smart materials. Materials today, 7(3), 28-35.

Kholiq, I. (2015). Analisis Pemanfaatan Sumber Daya Energi Alternatif Sebagai


Energi Terbarukan untuk Mendukung Subtitusi BBM. Jurnal Iptek, 19(2), 75-91.

Anda mungkin juga menyukai