Anda di halaman 1dari 2

Prevalensi Tuberkulosis paru (TB paru)

Di Indonesia Tuberculosis masih menimbulkan masalah kesehatan di masyarakat. Penderita TB d


indonesia merupakan urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien,
sekitar 10 % dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, ada 539.000 kasus baru
dan kematian 301.000 orang. Insiden kasus TB BTA positif sekitar 10 per 100.000 penduduk.
(Depkes,2007)

Penyebab utama meningkatnya masalah TB antara lain adalah (a) Kemiskinan pada berbagai kelompok
masyarakat, seperti pada Negara yang sedang berkembang. (b) Kegagalan TB selama ini. Hal ini
diakibatkan oleh tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan, tidak memadainya organisasi
pelayanan TB kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus/diagnosis yang tidak standar, obat
tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar,
dan sebagainya), tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan panduan obat yang tidak standar,
gagal menyembuhkan kasus yang didiagnosis) salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG,
infrastruktur kesehatan yang buruk pada Negara-negara yang mengalami krisis ekonomi atau
pergolakan masyarakat. (c) Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan
perubahan struktur umur kependudukan. (d) Dampak pandemi HIV. (Depkes 2007)

Hiswani (2009) mengatakan bahwa keterpaparan penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti status sosial ekonomi, status gizi, umur jenis kelamin dan faktor sosial lainnya,
untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut

1. Faktor Sosial Ekonomi: Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan
perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC.
Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat
orang tidak dapat layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.

2. Status gizi: Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain, akan
mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB paru.
Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa
maupun anak-anak.

3. Umur: Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif 15-50 tahun
Dengan terjadinya transisi demografi saat ini menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih
tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun system imun seseorang menurun, sehingga sangat rentan
terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-paru.

4. Jenis kelamin: Penderita TB-paru cenderung lebih, tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Menurut Hiswani yang dikutip dari WHO sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta
perempuan yang meninggal akibat TB paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih
banyak terjadi. Demikian penelitian Heryanto (2004), terdapat proporsi menurut jenis kelamin, laki laki
sebesar 54,5 % dan perempuan sebesar 45,5 % yang menderita TB paru, sebagian besar mereka tidak
bekerja 34,9 % dan berpendidikan rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD) sebesar 62,9%.
5. Pekerjaan: Menurut penelitian Heryanto (2004), terdapat proporsi menurut pekerjaan yang
menderita TB paru, sebagian besar mereka tidak bekerja 34,9 % dan berpendidikan rendah (tidak
sekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD) sebesar 62,9%.

6. Pendidikan: Menurut penelitian Heryanto (2004), terdapat proporsi menurut status pendidikan yang
menderita TB paru, Sebagian besar berpendidikan rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD)
sebesar 62,9%.Dan dari hasil Riskesdas 2013, prevalensi tb paru sebagian besar pada mereka yang tidak
sekolah.

7. Wilayah: Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta)
yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu
India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan. Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016
terjadi di Kawasan Asia Tenggara (45%) dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya—dan 25%
nya terjadi di kawasan Afrika

Daftar Pustaka

Kementerian Kesehatan RI, 2015. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Jakarta.

Depkes (2004), Badan Litbangkes, Ditjen P2PL,WHO, Project DOTS Expansion GF ATM, Survei Prevalensi
Tuberkulosis di Indonesia.

Hiswani (2009). Tuberkulosis merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan
masyarakat Http://ibrary.usu.ac.id/download/fkmhiswani 6.pdf 2009)

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2018

Anda mungkin juga menyukai