Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
JURUSAN
AGROEKOTEKNOLOGI
Alamat : Kampus Pinang Masak Mendalo Darat Jambi 36361 Telp : (0741)
583051

UJIAN PRAKTIKUM AGROHIDROLOGI SEMESTER


2019/2020
Nama : Riston Hatorangan Sitorus
Nim : D1A018139
Kelas : Agroekoteknologi H

Jawaban:
1. Perbedaan antara iklim Schmidt-Ferguson dan Oldeman ialah,
Klasifikasi Iklim menurut Schmidt-Ferguson yaitu dikatakan bulan basah jika
(curah hujan ≥ 100 mm), bulan lembab (curah hujan 60-100 mm), dan bulan
kering (rata-rata curah hujan ≤ 60 mm). Untuk mencari jumlah bulan basah dan
bulan kering bisa langsung menghitung satu persatu setiap bulannya sselama 10
tahun tanpa harus dirata-ratakan terlebih dahulu. Pada Klasifikasi Schmidt-
Ferguson juga mencari nilai Q dengan cara membandingkan jumlah bulan kering
dengan bulan basah. Iklim Schmidt-Ferguson dipergunakan untuk menentukan
pemetaan pola tanam dengan komoditas perkebunan dan hutan. Tipe iklim
Schmidt-Ferguson juga dapat digunakan untuk tanaman keras atau tanaman
perkebunan dan tanaman kehutanan
Klasifikasi Iklim menurut Oldeman yaitu dikatakan bulan basah jika (curah
hujan ≥ 200 mm), bulan lembab (curah hujan 100-200 mm), dan bulan kering
(rata-rata curah hujan ≤ 100 mm). Untuk mencari jumlah bulan basah dan bulan
kering terlebih dahulu mencari rata-rata curah hujan perbulan selama 10 tahun.
Klasifikasi Oldeman ini untuk pemetaan pola tanam padi dan palawija sebagai
bahan pangan.
Contoh :
Schmidt-Ferguson : Tipe iklim di Kabupaten Bungo yang sesuai dengan
pengklasifikasian Schmidt-Ferguson yaitu tipe iklim B
(Basah), karena nilai Q yang diperoleh ada di antara
0,143-0,333 yang menyatakan bahwa Kabupaten Bungo
merupakan daerah yang basah dengan ciri vegetasi hutan
hujan tropika

Oldeman :Tipe iklim di Kabupaten Bungo menurut Klasifikasi


Oldeman ialah tipe iklim A1, karena ada 8 jumlah Bulan
Basah berturut turut, dan tidak mempunyai Bulan Kering
sehingga tipe iklimnya A1. Tanaman yang cocok di tipe
iklim A1 ini sesuai untuk padi terus-menerus tetapi
produksi kurang karena pada umumnya kerapatan fluks
radiasi surya rendah sepanjang tahun.

2. Yang mendasari kita menghitung curah hujan suatu wilayah dengan


menggunakan cara Aritmatik, Poligon serta Isohet ialah jumlah hujan yang
bervariasi, banyaknya jumlah stasiun hujan atau penyebaran stasiun hujan di
daerah yang merata maupun tidak merata.
a. Metode Aritmatik, metode ini paling sederhana dapat dipakai jika hujan
tidak bervariasi. curah hujan diperoleh dengan menjumlahkan curah hujan
dari masing-masing stasiun kemudian dibagi dnegan banyaknya jumlah
stasiun penakar hujan. Metode Aritmatika ini sanagt sederhana dan mudah
digunakan dibanding dnegan metode Polygon Thiessen, dan Isohyet akan
tetapi tingkat ketelitiannya masih sangat rendah. Metode rata-rata hitung
umumnya dipergunakan untuk daerah dengan variasi hujan yang sekecil
mungkin.
b. Metode Poligon, metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing
stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Metode ini digunakan apabila
penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata, dan
minimal stasiun hujan yang digunakan untuk perhitungan adalah tiga
stasiun hujan. Metode Polygon dapat dilakukan pada daerah yang memiliki
distribusi penakar hujan yang tidak merata atau seragam dengan
mempertimbangkan luas daerah pengaruh dari masing-masing penakar.
Metode ini akan memberikan hasil yang lebih teliti dibandingkan metode
aritmatika. Cara perhitungan metode Polygon Thiessen yaitu terlebih
dahulu menjumlahkan ke empat luas daerah, kemudian cari tetapan
Thiessen dengan membagi ratio luas ai/luas A, setelah tetapan Thiessen
didapat lalu untuk mencari CH rata-rata nya yaitu kalikan tetapan Thiessen
dengan Curah Hujan yang ada tiap daerah.
c. Metode Isohyet, metode ini menggunakan pembagian DAS, metode
Isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan
rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan
tersebar merata. Untuk mencari volume curah hujannya terlebih dahulu
menjumlahkan luas antara dua isohyet, kemudian setelah didapat
jumlahnya, persentasekan masing-masing daerah antara dua isohyet
dengan cara membagi luas antara dua isohyet dibagi jumlah luas antara
dua isohyet lalu dikali 100%, selanjutnya untuk mendapatkan volume
curah hujan hasil masing-masing persentase tersebut dikali dengan curah
hujan masing-masing tiap daerah.

3. Tujuan pengukuran Evapotranspirasi


Pengukuran ini dilakukan untuk mendapatkan nilai evapotranspirasi
potensial serta evapotranspirasi potesial terkoreksi, jika kita sudah mengetahui
evapotranspirasi tersebut sehingga kita dapat melakukan perencanaan irigasi,
konservasi air, serta proses irigasi itu sendiri.

4. Dalam siklus hidrologi tujuan kita menghitung neraca air bulanan agar kita
mengetahui dalam setahun berapa jumlah bulan yang defisit dan surplus airnya,
jika kita sudah mengetahui itu maka kita dapat menentukan komoditas apa yang
cocok dibudidayakan pada saat surplus air atau pun defisit air sehingga hasil
produksi tanaman yang dibudidayakan akan tetap optimal sesuai kondisi lahan
tersebut.

5. Hubungan intensitas curah hujan, persen kemiringan lereng, dan run off
Persen kemiringan lereng dapat dipengaruhi oleh intensitas curah hujan
dimana saat intensitas curah hujan meningkat maka persen kemiringan lereng juga
meningkat sehingga laju erosi juga semakin meningkat. Semakin tinggi intesitas
curah hujan maka semakin cepat pula limpasan atau aliran permukaan, Run-off
atau aliran permukaan mempengaruhi kemiringan lereng karena semakin cepat
limpasan maka persen kemiringan lereng semakin meningkat aibatnya laju erosi
pun meningkat.

6. Biasanya didaerah lahan bagian hulu ditanami tanaman pokok pokok atau
pohon pohon yang besar seperti tembakau yang dapat mencekam air serta serasah
banyak sehingga bisa dapat menecegah erosi dan juga dapat mencegah terjadi
banyaknya pembukaan aliran pembukaan aliran permukaan baruyang akan
menyebabkan kelebihan debit air sehingga terjadi banjir didaerah bagian hilir.
Karena peralihan alih fungsi dibagian hulu ditanami bukan tanaman pokok
seperti sayuran yang kita tahu serasah sedikit tidak dapat mencegah erosi serta
tidak dapat mencekam atu menahan air, maka akan mengakibatkan debit air
berlebih sehingga terjadi banjir dibagian hilir.

7. Perhatikan tabel berikut:


Schmidt-Ferguson
Tahun Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2000 393 297 2139 614 45 2139 50 137 367 92 326 497
113
2001 268 356 336 270 286 66 1139 176 267 366 420
9
2002 2139 146 529 272 211 56 236 37 265 107 246 1139
2003 183 325 274 477 387 9139 243 76 5139 54 277 274
2004 827 2139 2139 373 383 1139 102 47 1139 407 377 388
Rata-
762 652,6 1083,4 401,2 262,4 2507,8 354 287,2 1417,2 185,4 318,4 543,6
rata

BB= 51
BK=6
BL= 3
Jumlahbulan kering
Q= X 100 %
Jumlah bulan basah
6
¿ x 100 %= 0,118
51
0<Q<0,143 ( Tipe golongan A, dengan daerah sangat basah, dengan vegetasi
hutan hujan tropik).

Klasifikasi Oldeman

Tahun Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2000 393 297 2139 614 45 2139 50 137 367 92 326 497
113
2001 268 356 336 270 286 66 1139 176 267 366 420
9
2002 2139 146 529 272 211 56 236 37 265 107 246 1139
2003 183 325 274 477 387 9139 243 76 5139 54 277 274
2004 827 2139 2139 373 383 1139 102 47 1139 407 377 388
Rata-
762 652,6 1083,4 401,2 262,4 2507,8 354 287,2 1417,2 185,4 318,4 543,6
rata

BB=11
BK=0
BL=1
Pada klasifikasi Oldeman ini tipe iklim A1 karena jumlah bulan basah berturut-
turut ada 11 dan jumlah bulan kering 0, sehingga Sesuai untuk padi terus-menerus
tetapi produksi kurang karena pada umumnya kerapatan fluks radiasi surya rendah
sepanjang tahun.

8. Tentukan CH rata-rata teknok Poligon:


Daerah Luasan daerah (ha) CH (mm) CH rata-rata
A1 750139 15139 4633,93214
A2 550139 45139 10132,9314
A3 350139 6139 877,099484
A4 650139 75139 19933,4451
A5 150139 4139 253,571057
Jumlah 2450695 145695 35830,97921

CH rata-rata a1 = tetapan Thiessen a1 X CH


= 750139/ 2450695 X 15139
= 4633,93214 mm
9. Hitung curah hujan dengan teknik Ishohet pada tabel dibawah ini :
Daerah antara 2 Luas antara 2 CH ishohet (mm) Volume CH (mm3)
2
ishohet ishohet (km )
I1-I2 11139 2139 65859,81 mm3
I2-I3 20139 350 19484,5 mm3
I3-I4 400 175 194,25 mm3
I4-I5 4500 5139 63929,16 mm3
Curah Hujan rata-rata wilayah A = 149467,72 mm3

Jumlah luas antara dua isohyet = 11139+20139+400+4500


= 36178 km2
Rumus Persentase luas antara dua Isohyet

= Luas antara dua isohyet X 100%


Jumlah luas antara dua isohyet
A. Persentase luas antara dua iohyet = 55,67 %
c. Persentase luas antara I3-I4
a. Persentase luas antara I1-I2
= 400/36178 X 100%
= 11139/36178 X 100%
= 1,11 %
= 30,79 %
d. Persentase luas antara I4-I5
= 4500/36178X 100%
b. Persentase luas antara I2-I3
= 12,44 %
= 20139/36178 X 100%

B. Volume CH
Volume CH = Persentase luas dua isohyet X CH

a. Volume CH I1-I2 c. Volume CH I3-I4


=30,79 % X 2139 = 1,11 % X 175
= 65859,81 mm3 = 194,25 mm3
b. Volume CH I2-I3
d. Volume CH I4-I5
= 55,67 % X 350
= 12,44 % X 5139
3
= 19484,5 mm
= 63929,16 mm3
10. Selesaikan tabel berikut ini dengan metode perhitungan ETP metode
Thorthwaite (posisi 20o LU)

Bulan T I ETP* ETP** F ETP ETP


Terkoreksi

Jan 24 2,10 0,01 60,78 0,95 0,01 0,01


2646157732042,4 1243,2 1243,2
Feb 139 12,16 0,9 1118,93
9 5 5
Mar 26,5 2,32 0,08 74,31 1,03 74,31 76,54
2646157732042,4 1243,2 1243,2
April 139 12,16 1,05 1305,41
9 5 5
Mei 25 2,19 0,03 66,13 1,13 2,19 2,47
Jumlah 310

11. Selesaikan tabel berikut ini : (Neraca air bulanan wilayah X dengan data
Lapangan KL = 1139 mm dan titik layu permanen = 50 mm

APW
Bulan CH ETP CH- L KAT dKAT ETA defisit Surplus Run-
      ETP             off
Jan 4139 3139 1000   1139 868,8 3139 0 131,2 232,31
-
Feb 150 2139 -1989 -1989 396,17 742,83 892,83 1246,17 -1246,2 -506,93
-
Maret 250 310 -60 -2049 1139 742,83 992,83 682,834 -802,8 -654,88
- 3615,9
April 3139 4139 -1000 -3049 662,04 476,96 6 523,04 -523,0 -588,96
-
Mei 550 275 275 -2774 270,2 391,83 275 0 666,8 0,00

12. Kesan selama praktikum agrohidrologi syukurlah sangat mengesankan,


dengan bimbingan kakak asdos baik kak muli maupun kak ningsih yang sangat
tegas dan disiplin, cara penyampaiannya pun dapat mudah dipahami. Selalu
diberikan literatur dan referensi sebelum melaksanakan praktikum, sehingga
dalam pelaksaan praktikumnya tidak teralu kesulitan untuk mengikutinya.
Pesannya semoga akan jauh lebih baik lagi dari sebelumnya,
terimakasih atas bimbingannya selama praktikum agrohidrologi disemester
ini, sukses selalu buatkakak-kakak.

Anda mungkin juga menyukai