Anda di halaman 1dari 16

Endah Amifqinnubala 1903016124

PAI 2D

Al-Qur'an dan Wahyu

1. Pengertian Al-Qur'an : Dalam buku Al-Qur’an dan terjemahannya (terbitan Khadim Al-
Haramain Asy-Syafatain, 1971). Al-Qur’an didefinisikan sebagai :

“kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi
Muhammad s.a.w, dan yang ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawatir,
serta membacanya adalah ibadah”.

2. Nama-nama Al-qur'an : Adz-Dzikro (peringatan), Al-Kitab (Buku catatan), Al-Furqon


(pembeda), Al-Tanzil (yang diturunkan), Al-Haqq (kebenaran), Al-Huda (petunjuk), Asy-
Syifa (obat), dan Al-Bayyinah (bukti).

3. Garis Besar Kandungan Al-Qur'an :

a)Dimensi keagamaan. Menurut Masyfuk Zuhdi bahwa isi atau kandungan ajaran Al-
Qur’an pada hakikatnya mengandung 5 prinsip, yaitu: Tauhid, janji dan ancaman Tuhan,
ibadah, jalan dan cara mencapai kebahagiaan, cerita-cerita/sejarah-sejarah Umat manusia
sebelum Nabi Muhammad SAW.

b)Dimensi Keilmuan. Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa Al-Qur’an pada
dasarnya adalah kitab keagamaan, yaitu kitab hidayah, ishlah, dan tasyri’.

4. Pengertian Wahyu, Ilham, dan Ta'lim :

a) Wahyu adalah Pemberitahuan Allah swt kepada orang yang dipilih dari beberapa
hamba-Nya mengenai beberapa petunjuk dan ilmu pengetahuan yang hendak
diberikannya tetapi dengan cara yng tidak biasa bagi manusia, baik dengan
perantara/tidak.

b) ilham adalah sesuatu yang dilimpahkan ke dalam jiwa dengan cara pemancaran,ia
merupakan ilmu yang ada di dalam hati/jiwa, dan dengannya seseorang tergerak untuk
melakukan sesuatu tanpa didahului dengan pemikiran. c) Ta'lim adalah sesuatu yang
dilimpahkan ke dalam jiwa (pengetahuan) yang melalui usaha manusia.

5. Perbedaan wahyu, Ilham, dan Ta'lim :

Wahyu Ilham Ta'lim

Wahyu disampaikan oleh Ilham diberikan kepada manusia Ta’lim diperoleh


Tuhan khusus kepada para biasa yang terpilih karena melalui usaha manusia.
Nabi untuk diteruskan kepada kesuciannya.
umatnya.
Ilham tidak harus disampaikan
Wahyu berisiskan ajaran- kepada orang lain.
ajaran keagamaan, jadi harus
Ilham dapat diterima oleh
disampaikan kembali pada
manusia melalui Kasyaf
umat manusia.
Maknawy, yakni bahwa
Wahyu diterima oleh pemikiran-pemikiran atau
Rasulullah melalui Kasyaf makna-maknanya tiba-tiba
Syuhudy, yakni bahwa muncul dalam hati tanpa melalui
informasi-informasi ajaran dialog dengan subjek
keagamaannya itu diterima penyampaiannya.
oleh Rasul melalui Malaikat
Jibril yang menampakkan diri
dihadapan beliau atau
memperdengarkan suaranya
saja.

6. Cara-cara Wahyu diturunkan :

a. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi SAW (QS Asy Syura ayat
51). Dengan cara ini Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di
dalam hatinya.
b. Malaikat Jibril menampakkan dirinya kepada Nabi SAW dalam wujud seorang laki-
laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal
benar kata-kata itu.

c. wahyu datang kepada Nabi SAW seperti bunyi gemericing lonceng. Dan menurut
Nabi Muhammad SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi
SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin.

d. Malaikat Jibril mendatangi Nabi SAW dalam wujud aslinya. Setiap kali Nabi SAW
mendapatkan wahyu, para sahabat berkumpul mengelilingi beliau. Mereka
menanyakan wahyu yang turun tersebut dan kemudian mereka hafalkan.

7. Macam-macam wahyu

a. Mimpi yang benar

b. Ilham

c. Bunyi lonceng

d. Tanpa perantara

Ilmu Ulumul Qur'an

1. Pengertian

Kata Ulumul Qur'an, dalam bahasa Arab merupakan susunan idlafi (gabungan dua kata).
Yaitu tersusun dari kata ulûm dan al-Qur'an. Kata “ulûm” adalah bentuk jama’ (plural)
dari kata “ilmu” (mashdar dari ‘alima) yang berarti pengetahuan atau pemahaman.
Sedangkan kata "al-Qur'an” adalah bentuk isim mashdar dari “qara'a”, berposisi sama
dengan kata “qirâ'ah” yang berarti bacaan.

Menurut Al- Zarqany, Ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu yang membicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan al-Qur’anul Karim, yaitu dari aspek turun, susunan, pengumpulan,
tulisan, bacaan, penjelasan (tafsir), mukjizat, nasikh, mansukhnya, serta menolak
terhadap halhal yang dapat mendatangkan keraguan terhadapnya (Al-Qur’an)

2. Objek dan Ruang Lingkup

Objek nya adalah Al- Qur'an. Sedangkan ruang lingkupnya yaitu Semua ilmu yang ada
kaitan dengan al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu diniyah seperti ilmu tafsir maupun ilmu-
ilmu bahasa Arab seperti balaghah dan ilmu I’rabi al-Qur’an

3. Tujuan Mempelajari Ulumul Qur'an

a. Mengetahui sejarah turunnya Al-Quran dari masa nabi Muhammad sampai


sekarang.

b. Membaca ayat-ayat Al-Quran dengan benar, memahami isi kandungannya,


menghayati, dan mengamalkan ajarannya, menyelami rahasia dan hikmah
disyariatkannya suatu hukum.

4. Sejarah Perkembangan Ulumul Qur'an

Masa Rasul : Saat itu Rasulullah SAW tidak mengizinkan mereka mempercayai sesuatu
dari dia selain Qur'an, karena ia percaya Qur'an akan tercampur dengan yang lain.

Masa Khalifah Abu Bakar : Pengumpulan al-Quran dan Penulisan Al-Quran(Mushaf Abu
Bakar).

Masa Umar bin Khattab : Al-Quran disebarkan luaskan.

Masa Usman bin Affan : Usman membentuk tim untuk menyalin kembali mushaf.
Menjadi Mushaf Utsmani. Muncul dasar Ulumul Qur’an yang disebut Rasm Al-Qur’an
atau Ilmu al- Rasm al- Utsmani.

Masa Ali bin Ali Thalib : Ali menyuruh Abu al-Aswad alDuali untuk menyusun kaidah-
kaidah bahasa Arab. Khalifah Ali ini dianggap sebagai perintis ilmu I’rab al-Qur’an.
Masa Bani Umayyah : Penyebaran ilmu-ilmu Al-Qur’an melalui jalan periwayatan dan
pengajaran secara lisan, bukan melalui tulisan atau catatn. Kegiatan-kegiatan ini
dipandang sebagai persiapan bagi masa pembukuannya.Malik bin Anas dari generasi
tabi’it tabi’in, mereka semuanya dianggap sebagai peletak batu pertama bagi apa yang
disebut ilmu tafsir, ilmu asban al-nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu gharib al- Qur’an
dan lainnya.

Abad ke 2 H : ulumul Qur'an memasuki masa pembukuan. Prioritasnya adalah tafsir.

Abad ke 3 H : a) Ali bin al Madini (wafat 234 H) guru Bukhari, menyusun ilmu asbabun
nuzul. b) Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam (wafat 224 H) menulis tentang nasikh mansukh
dan qira'at. c)Ibnu Qutaibah (wafat 276 H) menyusun musykilatul quran.

Abad ke 4 H : a)Muhammad bin Khalaf bin Marzaban (wafat 309 H) menyusun al- Hawi
fa 'Ulumil Qur'an. b)Abu Muhammad bin Qasim al Anbari (wafat 751 H) menulis ilmu-
ilmu qur'an. c)Abu Bakar as Sijistani (wafat 330 H) menyusun Gharibul Qur'an.
d)Muhammad bin Ali bin al-Adfawi (wafat 388) menyusun al Istigna' fi 'Ulumil Qur'an.

Abad ke 5 H : a) Abu Bakar al Baqilani (wafat 403 H) menyusun I'jazul Qur'an, b) Ali bin
Ibrahim bin Sa'id al Hufi (wafat 430)menulis I'rabul Qur'an. c) Al Mawardi (wafat 450 H)
amtsalul Qur'an. d) Al Izz bin Abdussalam (wafat 660 H) tentang majaz dalam Qur'an.e)
Alamuddin Iskhawi (wafat 643 H) menulis mengenai ilmu Qira'at (cara membaca Qur'an)
dan Aqsamul Qur'an.

Abad ke 6 H : a)Abu al-Qasim Abd Rahman al-Suhaili (lmu mubhamatul qur’an). b)Ibn al-
Jauzi (Fununul Afnan fi ‘Ajaibi Ulumil Qur’an dan al-Mujtaba fi Ulumin Tata’allaqu bil
Qur’an)

Abad ke 7 H : a) Ibn Abd Salam yang dikenal dengan “al-Izz” mengarang kitab Majazul
Qur’an. b) Alamuddin al-Sakhawi menulis kitab Hidayatul Murtab fil Mutasyabihi, yang
dikenal dengan al-Sakhawiah. c) Abu Syamah Abd Rahman ibn Ismail al-Maqdisi menulis
kitab al-Mursyidul Wajiz fi ma Yata’allaqu bil Qur’anil Aziz.
Abad ke 8 H : a) Ibn Qayyim menulis tentang Aqsamul Qur’an. b) Najmuddin at-Tufi
menulis Hujajul Qur’an. c) Badruddin Zarkasyi menyusun kitab al- Burhan fi Ulumil
Qur’an.

Abad ke 9 H : a) Jalaluddin al-Bulqini mengarang kitab Mawaqiul Ulumi min Mawaqi’in


Nujumi. b) Muhammad Ibn Sulaiman al-Kafiaji menulis tentang At-Tafsir fi Qawaidit
Tafsir. c) Burhanuddin al-Buqa’I (885 H), Nudhumud Durar fi Tanasubi Ayati was Suwar

Abad ke 10 H : Jalaluddin as-Suyuthi (911H) menulis kitab At-Tahbir fi Ulumit Tafsir ,Al-
Itqan fi Ululmil Qur’an, Lubabun nuqun fi asbabin nuzul, dll. Setelah lahirnya karya
monumental as-Suyuthi perkembangan ulumul qur’an mengalami kevacuman hingga
abad 13.

5. Lahirnya Ulumul Qur'an

a. Menurut Subhi as-Salih, orang yang pertama kali menggunakan istilah ulumul qur’an
adalah Ibn al-Marzuban (3 H) dengan kitabnya Al-Hawi fi Ulumil Quran.

b. . Az-Zarqani berpendapat lahirnya istilah ulumul qur’an seiring dengan dikarangnya


kitab al-Burhan fi Ulumil Qur’an karya Ali ibn Ibrahim ibn Sa’id yang dikenal dengan
sebutan al-Hufi. Berdasarkan ini istilah ulumul qur’an lahir pada abad ke-5 H.

c. Jumhur Ulama, Istilah ulumul qur’an digunakan pertama kali pada abad ke-7 H oleh
Ibn al- jauzi (Fununul Afnan fi ‘Ajaibi Ulumil Qur’an dan al-Mujtaba fi Ulumin
Tata’allaqu bil Qur’an).

Sampai sekarang Ulumul Qur'an masih terus berkembang.

Ilmu Nuzul Al- Qur'an

1. Pengertian
Nuzul Al-Qur’an adalah proses pemberitahuan dan pemberian pemahaman tentang Al-
Qur’an dari Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril.

2. Tahapan

Tahap Pertama Turun Di Lauh Mahfudz . Kedua, di Baitul Izzah. Ketiga, dari Baitul
Izzah di langit dunia langsung kepada nabi Muhammad.

3. Hikmah diturunkannya Al-qur'an

a. Mengukuhkan dan meneguhkan hati Nabi SAW. Agar Al-Qur’an mudah dihafal dan
dipahami oleh kaum muslimin.

b. Menetapkan hokum secara bertahap.

c. Untuk mengetahui mana ayat yang Mansukh dan nasikh.

d. Penurunan secara berangsur-angsur lebih akurat daripada sekaligus untuk


menegaskan kemukjizatan Al-Qur’an.

e. Memperkuat keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah benar dari Allah.

4. Pemeliharaan Al-Qur'an

Masa Nabi : upaya pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Nabi Saw. mulai dilakukan, baik
secara hafalan seperti yang dilakukan oleh nabi sendiri dan diikuti juga para sahabatnya,
maupun secara penulisan yang dilakukan oleh para sahabat pilihan atas perintah Nabi
Muhammad SAW.

Masa Khulafaurrasyidin : Pemeliharaan Al- Qur'an pada masa ini terbagi menjadi dua
tahap , yaitu tahap pengumpulan pada periode Abu Bakar dan tahap modifikasi pada
masa Utsman bin Affan .

5. Penyempurnaan Pemeliharaan Al-Qur'an Setelah Masa Khulafaurrasyidin


Setelah periode paska khulafaurosyidin kaum muslimin melakukan pemeliharaan al-
qur’an secara terus menerus dari generasi ke generasi.Di antara yang di lakukan dalam
rangka memelihara al-qu’an adalah sebagai berikut :

a. Memperindah Tulisan

b. Mencetak Al- Qur'an

c. Menghafal dan mendirikan lembaga Lajnah

Asbab Al- Nuzul

1. Pengertian Asbab al-nuzul

Asbab al-nuzul `Am: Asbab al-nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
Nabi, yang ayat-ayat tersebut mengandung hukumnya atau maknanya dari peristiwa-
peristiwa tersebut

Asbab al-Nuzul Khas : Asbab al-nuzul ialah situasi dan kondisi.

2. Macam-macam Asbab Al-nuzul

a. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbab an- nuzul
:

1) Sarih (jelas)

2) Muhtamilah (masih kemungkinan/belum pasti)

b. Dilihat dari sudut pandang terbilangnya asbabun nuzul :

1) ‫تعدد< االسبب و النازل واحد‬

2) ‫تعدد< النازل و السبب واحد‬


c. Dilihat dari segi bentuk turunnya ayat:

1) Berbentuk peristiwa

2) Berbentuk pertanyaan

3. Penjelasan ‫ تعدداالسباب والنازل واحد‬# ‫تعددالنازل والسبب واحد‬

‫تعدد االسباب والنازل واحد‬

Maksudnya ialah Terkadang, terdapat beberapa riwayat sebab turunnya suatu ayat,
padahal ayatnya cuma satu.

‫تعدد النازل والسبب واحد‬

Maksudnya ialah Terkadang sebaliknya, terdapat beberapa ayat yang diturunkan untuk
satu sebab turunnya ayat.

4. Penjelasan ‫ العبرة بعموم اللفظ ال بخصوص السبب‬# ‫العبرة بخصوص السبب ال بعموم اللفظ‬

‫العبرة بعموم اللفظ ال بخصوص السبب‬

Maksudnya ialah memahami ayat Al-Qur’an berdasarkan lafadznya yang umum, bukan
karena kekhususan sebab turunnya,dalam hal ini bermaksud juga membuat ayat Al-
Qur’an berlaku secara umum

‫العبرة بخصوص السبب ال بعموم اللفظ‬

Maksudnya memahami ayat Al-Qur’an berdasarkan sebab-sebab penurunan yang


bersifat khusus, bukan lafadz yang bersifat umum.

5. Arti Pentingnya Asbab an-nuzul dalam Penafsiran Al- Qur'an

Seorang tidak akan mengetahui tafsir (maksud) dari suatu ayat tanpa berpegang pada
peristiwa dan konteks turunnya ayat. (Jalalud Din as-Syuyuti, Lubâb an-Nuqûl fî Asbâbin
Nuzûl, Beirut: Darl al-Kutub al Ilmiah, 1971, hal. 3)
Asbab an-nuzul mempunyai arti penting dalan menafsirkan al-qur’an, karena Seseorang
tidak akan mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami riwayat asbab an-nuzul
suatu ayat. Al-Wahidi (W.468H/1075M.)

Ilmu Al- Makky wa Al- Madaniy

1. Pengertian ayat Makiyah dan Madaniyah serta dasar2 penetapannya

a. Pengertian

Makiyyah adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah di Makkah
atau bagian Al-Qur’an yang diturunkan sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah,
meskipun diturunkan diluar wilayah kota Makkah.

Madaniyyah adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah di


Madinah atau bagian Al-Qur’an yang diturunkan setelah Rasulullah hijrah ke
Madinah, meskipun diturunkan dikota Makkah.

b. Dasar-dasar penetapan

1) Dasar aghlabiyah (mayoritas)

Jika suatu surat itu mayoritas atau kebanyakan ayat-ayatnya Makiyyah, maka
disebut sebagai surat Makkiyah. Begitu juga sebaliknya dengan surat
Madaniyyah, jika ayat-ayatnya mayoritas Madaniyyah maka disebut sebagai surat
Madaniyyah.

2) Dasar taba’iyah (kontinuitas)

permulaan suatu surat didahului dengan ayat yang turun di Makkah atau turun
sebelum Nabi hijrah maka surat tersebut berstatus sebagai surat Makkiyah. Begitu
juga sebaliknya jika suatu ayat turun di Madinah atau turun setelah Nabi hijrah
maka termasuk dalam surat Madaniyyah.
2. Tanda-tanda surat Makiyah dan Madaniyah

a. Tanda tanda khusus surat Makkiyah.

1) Mengandung ayat sajdah.

2) Surat-suratnya dimulai dari huruf at-tahajji kecuali surat Al-Baqarah dan Ali
Imran. Mengenai surat Ar-Ra’d ada dua pendapat, jika dilihat dari segi uslub
dan temanya maka dia lebih tepat dikatakan surat makkiyah dan sebaguian
ulama lain mengatakan madaniyyah.

3) Terdapat lafal kalla.

4) Terdapat seruan dengan ُ َّ‫يَآيُّ َهاالن‬dan tidak terdapat ‫يَآايُّ َهاالَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوآ‬
‫اس‬
terkecuali surat Al-Hajj.

5) Mengandung kisah Nabi dan umat yang telah lalu, kecuali surat Al-Baqarah.

6) Terdapat kisah Nabi Adam dan Idris kecuali surat Al-Baqarah.

b. Tanda-tanda umum surat Makkiyah.

1) Ayat dan surat-suratnya pendek serta nada perkataannya keras dan agak
bersajak.

2) Mengandung seruan pokok-pokok iman kepada Allah, hari akhir dan


menggambarkan keadaan surga dan neraka.

3) Menyeru manusia berperangai mulia dan berjalan lempeng diatas jalan


kebaijikan.

4) Mendebat orang-orang musyrik dan menerangkan kesalahan-kesalahan


pendirian mereka.

5) Banyak terdapat lafal sumpah.

c. Tanda-tanda khusus surat Madaniyyah.


1) Didalamnya ada izin berperang atau ada penerangan tentang hal perang dan
penjelasan tentang hukum-hukumnya.

2) Terdapat penjelasan bagi hukuman-hukuman tindak pidana, fara’id, hak-hak


perdata, peraturan-peraturan yang bersangkkut paut dengan bidang
keperdataan, kemasyarakatan dan kenegaraan.Disebutkan tentang orang-
orang munafik, kecuali surat Al-Ankabut yang diturunkan di Makkah.

3) Di dalamnya terdapat sebelas ayat yang pertama adalah ayat-ayat


Madaniyyah, didalam ayat-ayat itu disebut tentang orang munafik.

4) Didalamnya didebat para ahli kitab dan mereka diajak untuk tidak berlebih-
lebihan dalam beragama, seperti terdapat dalam surat Al-Baqarah, An-Nisa’,
Ali Imran, At-Taubah, dll.

d. Tanda-tanda umum surat Madaniyyah.

1) Suratnya panjang-panjang, sebagian ayatnya pun panjang serta jelas


menerangkan hukum dengan mempergunakan uslub yang terang.

2) Menjelaskan keterangan-keterangan dan dalil-dalil yang menunjukkan


kepada hakikat-hakikat keagamaan

3. Macam-macam surat Makiyah dan Madaniyah

a. Macam-macam surat Makiyah

No Nama Surat No Nama Surat

1 Al-Fatihah 44 Al-Qalam

2 Al-An’am 45 Al-Haqah

3 Al-A’raf 46 Al-Ma’arij

4 Yunus 47 Nuh

5 Hud 48 Al-Jin

6 Yusuf 49 Al-Muzammil
No Nama Surat No Nama Surat

7 Ibrahim 50 Al-Muddatsir

8 Al-Hijr 51 Al-Qiyamah

9 An-Nahl 52 Al-Mursalat

10 Al-Isra’ 53 An-Naba’

11 Al-Kahfi 54 An-Nazi’at

12 Maryam 55 ‘Abasa

13 Thaha 56 At-Takwir

14 Al-Anbiya’ 57 Al-Infithar

15 Al-Mukminun 58 Al-Muthaffifin

16 Al-Furqan 59 Al-Insyiqaq

17 Asy-Syu’ara’ 60 Al-Buruj

18 An-Naml 61 Ath-Thariq

19 Al-Qashash 62 Al-‘Ala

20 Al-‘Ankabut 63 Al-Ghasyiyah

21 Ar-Rum 64 Al-Fajr

22 Luqman 65 Al-Balad

23 As-Sajdah 66 Asy-Syams

24 Saba’ 67 Al-Lail

25 Fathir 68 Adh-Dhuha

26 Yasin 69 Al-Insyirah

27 Ash-Shaffat 70 At-Tin

28 Shad 71 Al-‘Alaq

29 Az-Zumar 72 Al-Qadar

30 Al-Mukmin 73 Al-Adiyat

31 Fushilat 74 Al-Qari’ah

32 Asy-Syura 75 At-Takatsur
No Nama Surat No Nama Surat

33 Az-Zukhruf 76 Al-Ashr

34 Ad-Dukhan 77 Al-Humazah

35 Al-Jatsiyah 78 Al-Fil

36 Al-Ahqaf 79 Al-Quraisy

37 Qaf 80 Al-Ma’un

38 Adz-Dzariyat 81 Al-Kautsar

39 Ath-Thur 82 Al-Kafirun

40 An-Najm 83 Al-Lahab

41 Al-Qamar 84 Al-Ikhlas

42 Al-Waqi’ah 85 Al-Falaq

43 Al-Mulk 86 An-Nas

b. Macam- macam surat Madaniyah

No Nama Surat No Nama Surat

1 Al-Baqarah 15 Al-Hadid

2 Ali Imran 16 Al-Mujadilah

3 An-Nisa’ 17 Al-Hasyr

4 Al-Ma’idah 18 Al-Mumtahanah

5 Al-Anfal 19 Ash-Shaf

6 At-Taubah 20 Al-Jum’ah

7 Ar-Ra’d 21 Al-Munafiqun

8 Al-Hajj 22 At-Taghabun

9 An-Nur 23 Ath-Thalaq

10 Al-Ahzab 24 At-Tahrim
No Nama Surat No Nama Surat

11 Muhammad 25 Al-Insan

12 Al-Fath 26 Al-Bayyinah

13 Al-Hujurat 27 Az-Zalzalah

14 Ar-Rahman 28 An-Nashr

4. Manfaat mempelajari Ilmu Al- Makky wa Al- Madaniy

a. Mengetahui surat mana yang diturunkan lebih dahulu dan mana yang kemudian.

b. Mengetahui nasikh (ayat yang menghapus) dan mansukh (ayat yang dihapus).
Khususnya bila ada dua ayat yang menerangkan hukum nsuatu masalah, tetapi
ketetapan hukumnya bertentangan antar yang satu dengan yang lainnya. Dalam
hal itu harus dicari ayat mana yang turun terlebih dahulu, yaitu mana yang
Makkiyah sehingga mungkin ayat itulah yang telah dihapus dan diganti hukum
atau bacaannya olehayat yang turun kemudian atau Madaniyyah sebagai nasikh
atau penghapus/penggantinya.

c. Meresapi gaya bahasa al-Qur’an dengan menghayati peristiwa-peristiwa yang


melatarbelakangi turunnya ayat al-Qur’an (asbabun nuzul) dan realita kehidupan
kaum Muslim pada setiap periode sejarah.

d. Menghayati perjalanan hidup Rasulullah melalui ayat-ayat al-Qur’an.

e. Mengetahui hikmah disyariatkannya suatu hukum sehingga dapat dapat diketahui


mengapa suatu hukum itu disyariatkan demikian.

f. Meningkatkan keyakinan orang terhadap kesucian, kemurnian, dan keaslian Al-


Qur’an. Melihat bahwa hukum-hukum ajaran maupun tulisan dan kata-kata serta
kalimatnya masih tetap orisinil, tidak berkurang atau bertambah satu huruf pun.

Anda mungkin juga menyukai