Penyediaan Bahan Baku & Proses Pembuatan Semen Portland Pada Pabrik
Semen PT. Indocement
- Batu Kapur
Batu Kapur ini sebagai sumber Calsium Oksida yang persentasenya terdapat dalam batu
kapur sebesar 50%. Sedangkan penggunaan tanah liat sendiri di dalam bahan baku secara
keseluruhan adalah sebanyak 80%.
- Batu Silika
Bahan ini digunakan sebagai sumber silisium Oksida dan Alumunium Oksidan dan
Oksida besi. Bahan ini mengandung 65% oksida silisium, 13% oksida alumunium
dan 7% oksida besi. Kebutuhan bahan ini dalam bahan pengolahan bahan dasar
adalah + 10%
- Tanah Merah
Digunakan sebagai sumber Alumunium Oksida (29%) dan Oksida besi (10%).
Kebutuhan secara keseluruhan + 10%. Hal yang menyulitkan di dalam pemakaian
bahan ini adalah kandungan air (30%) dan batu (3%).
Bahan Mentah Tambahan :
- Pasir Besi
Untuk membuat semen Portland yang berwarna lebih gelap maka perlu ditambahkan bahan
mentah pasir besi yang didatangkan dari cilacap. Bahan ini mengandung oksida besi sekitar
83% dan dipakai sebanyak + 2 %. Kegunaan sebagai flux dalam pembakaran dan
mempengaruhi warna semen.
- Gypsum
Merupakan bahan mentah tambahan dalam industri semen yang kegunaannya untuk
meperbaiki sifat-sifat semen.
2) Proses Pembuatan Semen
Secara umum proses pembuatan semen dibedakan atas dua proses yaitu proses basah (wet
process) dan proses kering (dry process).
a. Proses Basah
Proses ini yaitu dengan penambahan air sewaktu penggilingan bahan mentah, sehingga hasil
gilingan mentah berupa lumpur yang disebut slurry dengan kadar air sekitar 30 – 36 %.
b. Proses Kering
Proses ini dengan pengaringan bahan mentah sejalan dengan penggilingannya, sehingga hasil
gilingan bahan mentah berupa tepung/bubuk yang disebut raw mix (raw meal), dengan kadar
airnya < 1 %.
Tahapan Proses
Secara umum proses pembuatan semen dapat dibagi menjadi 4 (empat) tahapan, yaitu:
Semen Portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak/clinker yang mengandung senyawa kalsium silikat yang ditambah
dengan gypsum. Disebut hidrolik karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen
dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat baru yang bersifat perekat terhadap batuan.
Semen memiliki sifat sebagai berikut :
Proses pembuatan semen di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant 12 terbagi menjadi
beberapa tahap, yaitu:
3. Pengepakan (packing)
1. Pembersihan (clearing)
2. Pelucutan (stripping)
3. Pengeboran (drilling)
4. Peledakan (blasting)
5. Pemuatan (loading)
6. Penghancuran (crushing)
7. Pengiriman (conveying)
Untuk material clay, laterite dan silica, pekerjaan penambangan dilakukan dengan cara
pengerukan biasa. Penambangan tanah liat dan pasir besi dilakukan beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Loosening (pengerukkan)
2. Loading
3. Pengecilan ukuran
4. Pengiriman
Material yang dibawa ke storage dikumpulkan oleh tripper yang berkapasitas 2300 ton/jam
(kondisi kering). Tripper mengatur material dengan berjalan bolak-balik membentuk
tumpukan secara longitudinal dimana material ditumpuk menjadi beberapa tumpukan yang
terdiri dari banyak alur paralel. Pada saat dituangkan dari alat pengangkut ke
dalam storage terjadi penyeragaman awal komposisi kimia dan ukuran butir. Selama
pengambilan, pemotongan dilakukan secara melintang terhadap alur penyimpanan sehingga
terjadi proses homogenisasi. Material ditimbang dengan menggunakan belt scale.
Dari storage, material dikumpulkan dan dibawa ke dozing house dengan
menggunakan reclaimer (tipe bridge yang berkapasitas 700 ton/jam) dan belt conveyor.
Untuk pure limestone dibawa oleh belt conveyor dan selanjutnya dikumpulkan
oleh tripper yang berkapasitas 1800 ton/jam (pada kondisi kering) pada storage.
Dari storage, material dibawa ke bin dengan menggunakan reclaimer tipe semibridge dengan
kapasitas 200 ton/jam. Bahan baku yang lain adalah laterite dan silica yang dibawa oleh belt
conveyor serta tripper dengan kapasitas 500 ton/jam.
Di atas belt conveyor ditambahkan peralatan magnetic separator dan metal detector yang
berfungsi untuk menarik potongan-potongan logam yang terdapat dalam material
menggunakan magnet agar tidak ikut terbawa dan mempengaruhi proses. Dalam
pembuatan portland cement, supaya semen tidak cepat mengeras perlu
ditambahkan gypsum ke dalam clinker.
b) Proses Produksi
Pada dasarnya proses atau teknologi pembuatan semen dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. Proses Basah
Dalam proses basah, raw material dihancurkan kemudian digiling dalam raw mill sambil
diiringi penambahan air sehingga kadar airnya menjadi 25-40% dari total material. Selama
penggilingan berlangsung, bahan baku yang telah berbentuk slurry dicampur hingga dicapai
komposisi yang memenuhi pabrik. Setelah itu, slurry tersebut dimasukkan ke
dalam silo untuk kemudian dibakar. Adapun keuntungan dari proses basah adalah sebagai
berikut :
Pencampuran dari komposisi slurry lebih mudah karena berupa luluhan.
Kadar alkali tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam saluran
Debu yang dihasilkan relatif sedikit.
Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah mencampur dan
mengkoreksinya.
Dalam proses semi basah, umpan dalam bentuk cake. Penyediaan umpan kiln sama
dengan proses basah, hanya umpan kiln disaring terlebih dahulu. Selanjutnya cake yang
digunakan sebagai umpan kiln disyaratkan memiliki kandungan air antara 17-27%.
Dalam proses semi kering, umpan dalam bentuk butiran. Bahan baku yang telah
dihancurkan, digiling dalam raw mill. Selanjutnya dibentuk
butiran-butiran dalam inti granulasi dan dicampur untuk mencapai homogenitas. Kadar air
yang disyaratkan dalam umpan kiln sekitar 10-15%. Setelah homogen baru diumpankan
ke kiln. Di dalam kiln, umpan dibakar hingga membentuk clinker. Setelah dingin, digiling
ke cement mill bersama gypsum hingga terbentuk semen.
4. Proses Kering
Pada proses kering, bahan baku dipecah dan digiling sampai kadar air maksimal 1%. Bahan
baku yang telah digiling, dicampur dalam blending silo untuk mendapatkan campuran yang
homogen dengan menggunakan udara tekan. Tepung baku yang telah homogen ini
diumpankan ke kiln selanjutnya didinginkan dan dicampur dengan gypsum dengan
kadar gypsum sebanyak 4% untuk kemudian digiling dalam finish mill hingga menjadi
semen. Keuntungan dari proses kering :
Kiln yang digunakan relatif pendek.
Heat comsumption rendah sehingga bahan bakar yang digunakan relatif lebih sedikit.
Kapasitas produksi besar.
Biaya operasi rendah.
Material dari raw mill ditransportasikan dengan udara panas dari suspension preheater dan
hisapan dari electrostatic precipitator menuju separator. Material hasil penggilingan yang
masih kasar akan dipisahkan oleh separator dan dijatuhkan kembali ke meja penggiling,
kemudian terlempar dari meja penggiling karena gaya sentrifugal, dikumpulkan
oleh scraper dan dijatuhkan ke bucket elevator dan oleh bucket elevator material dibawa
ke separator untuk dijatuhkan kembali dan digiling, sedangkan material yang sudah halus
dihisap oleh electrostatic precipitator. Material product yang keluar dari raw mill sudah
seperti tepung dan disebut raw meal.
Homogenisasi material di dalam blending silo tidak dilakukan dengan pengadukan secara
fisik melainkan dengan cara dihembus menggunakan blower untuk mendapatkan efek
pencampuran. Sistem pengeluaran menggunakan multifeeding yang diharapkan bisa
memperoleh lapisan yang seragam di sepanjang permukaan blending silo. Proses
percampuran dilakukan bersamaan dengan pengeluaran material. Jalur yang dipakai untuk
mengalirkan material keluar diaktifkan oleh aerasi di bagian bawah silo secara bergantian
dengan menggunakan 6 buah saluran. Sistem homogenisasi semacam ini memiliki efisiensi
percampuran tinggi dengan konsumsi energi yang cukup rendah, sehingga material yang
masuk ke dalam kiln juga akan seragam.
2. Pembakaran dan Pendinginan Clinker (Burnining and Cooling)
Dari blending silo, raw meal yang sudah dihomogenkan ditransportasikan ke sistem
pengumpan kiln menggunakan air slide dan bucket elevator dan diumpankan ke cyclon
preheater. Untuk mengatur kontinuitas dan jumlah material yang akan dimasukkan ke dalam
sistem pembakaran di kiln, material ditampung di dalam sebuah bin penampung sementara
yang dilengkapi dengan penimbang. Diharapkan aliran material ke sistem
pengumpan kiln selalu stabil agar proses operasi juga stabil. Level material di feed bin dijaga
konstan dengan mengatur keluaran dari blending silo. Penimbang (load cell) di feed
bin memberikan signal ke katup keluaran blending agar bukaan katup atau valve tersebut
disesuaikan pada level bin tertentu (90 ton). Material mengalir keluar secara rutin
dikalibrasikan dengan penurunan berat di bin.
Proses pembentukan clinker tidak seluruhnya terjadi di rotary kiln, tetapi di dalam dua unit
yaitu suspension preheater dimana tepung baku (raw meal) mengalami proses penguapan air,
pemanasan awal dan sebagian proses kalsinasi. Sedangkan pada kiln terjadi proses kalsinasi
lanjutan, sintering dan pendinginan clinker. Adanya suspension preheater memberikan
beberapa keuntungan diantaranya :
Rotary kiln lebih pendek
Gas panas yang keluar dari suspension preheater dapat digunakan sebagai pemanas di raw
mill dan coal mill.
Penghematan bahan bakar.
Kiln merupakan salah satu alat utama dalam pabrik semen yang berfungsi sebagai tempat
pembentukan clinker yang merupakan produk setengah jadi dalam pembuatan semen.
Penggunaan suspension preheater yang dilengkapi calsiner merupakan pilihan yang tepat
untuk memperoleh konsumsi panas yang kecil dan meningkatkan kapasitas produksi kiln.
Selain itu, beban kiln menjadi berkurang, karena kalsinasi sudah mulai terjadi di suspension
preheater (calsiner).
Tahapan reaksi yang terjadi pada proses pembentukan clinker dari umpan baku (raw meal):
Proses penguapan ini terjadi pada suhu sampai 1000C, umpan baku (raw meal) yang masuk
ke kiln dari blending silo memiliki suhu > 750C.
Proses ini terjadi pada temperatur sekitar 5000C dan terletak di siklon stage 2.
Al2SiO7H2O Al2O3 + 2SiO2 + xH2O
4. Tahap penguapan CO2 dari limestone dan mulai kalsinasi (600 – 800 0C)
CaCO3 CaO + CO2
MgCO3 MgO +CO2
Proses pembentukan garam kalsium aluminat dan ferrit ini terjadi pada suhu 1095-1205oC
3CaO + Al2O3 3CaOAl2O3 atau C3A
4CaO + Al2O3 + Fe2O3 4CaO Al2O3 Fe2O3 atau C4AF
Proses pembentukan garam silikat ini terjadi pada temperatur 1260-1455oC. C3S terbentuk
sedangkan C2 S mulai turun persentasinya. 2CaOSiO2 + CaO
3CaOSiO2 atau C3S
Bagian dari CaO yang tidak bereaksi dengan oksida-oksida aluminium besi dan silika
biasanya berupa senyawa CaO bebas atau free lime. Free lime ini dalam hasil
produksi clinker dibatasi antara 0,5 – 1,2 %.
3. Penggilingan Akhir (Cement Mill)
Clinker merupakan produk setengah jadi yang dihasilkan oleh kiln. Clinker sudah
mempunyai nilai ekonomis. Hanya saja, clinker belum bisa digunakan secara langsung
karena bentuknya yang masih besar dan juga perlu ditambahkan gypsum agar tidak cepat
mengeras dan akhirnya akan pecah. Alat penggiling akhir ini dibagi menjadi dua alat utama
yaitu pregrinder yang berfungsi untuk menurunkan ukuran dari diameter 3 cm ke blaine 1000
dan tube mill yang berfungsi menurunkan ukuran lagi sehingga menjadi semen yang siap
dipakai yaitu blaine-nya 3200.
Pada penggilingan akhir atau finish mill dilakukan penambahan zat aditif sehingga menjadi
semen yang memenuhi syarat kehalusan. Zat aditif dalam proses pembuatan semen antara
lain :
Gypsum, merupakan suatu bahan retarder yang berfungsi untuk memperlambat
pengerasan/pengeringan semen. Gypsum dari appron conveyor yang partikelnya sudah halus
diangkut oleh belt conveyor menuju hopper, sedangkan gypsum yang kasar akan masuk
ke crusher (penghancur) untuk dihaluskan terlebih dahulu. Penambahan gypsum pada
umumnya adalah 3-5 % dari massa semen yang akan dihasilkan.
Limestone
Trass
Fly Ash
Pada penambahan bahan aditif semen, harus diperhatikan syarat dari kuat tekan semen harus
tetap terpenuhi meski dilakukan penambahan bahan dalam proses ini.
c) Pengepakan
Dari 3 unit cement silo, semen ditransportasikan menggunakan air
slide menuju bucket elevator, kemudian masuk ke dalam vibrating screen untuk menyaring
material yang terbawa ke dalam produk semen. Pada cement silo ini terjadi fluidisasi antara
semen dan udara blower. Dengan adanya gravitasi bumi, semen jatuh ke bawah dan oleh air
slide dibawa ke bucket elevator.
Produk yang berupa material halus dimasukkan ke dalam hopper untuk dialirkan ke
dalam packer. Aliran massa semen terbagi menjadi dua, yaitu massa semen yang setelah
ditimbang di weigh bridge menuju truck loader untuk pembelian dalam bentuk semen curah
(bulk cement) dan massa semen yang menuju rotary packer untuk pengemasan semen dalam
bentuk kantong (sack). Semen yang terbuang pada saat pengantongan ditangkap dengan dust
collector jenis bag filter untuk mencegah polusi udara.
Packing produk menggunakan 5 unit mesin rotary packer dengan kapasitas masing-masing
110 ton per jam. Semen kemudian ditransport ke kapal atau truk untuk dipasarkan baik dalam
bentuk bulk cement maupun semen kantong