DOSEN PEMBIMBING
Makalah Ini Dibuat Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Nilai Tugas Mata Kuliah
Pemuliaan Tanaman
OLEH :
MUSTAMIRUDDIN
NPM 174110415
KELAS VI/A
FAKULTAS PERTANIAN
TH. 2020
2
A.dasar pemikiran
Pada akhir fase gamotogenesis pada suatu tanaman diploid, terbentuk gamet-gamet
penyerbukan silang yang terjadi dalam suatu populasi akan dapat menciptakan
diploid (2n). Dalam populasi tersebut, masing-masing gen dan genotipe mempunyai
frekuensi tertentu. Yang diturunkan oleh suatu genotipe kepada turunannya bukanlah
genotipe tetapi gamet. Hubungan antara frekuensi allel (gen) dan genotipe suatu populasi
dengan frekuensi allel dan genotipe anaknya, dan generasi selanjutnya perlu dipahami.
Hal ini ada kaitannya dengan seleksi alam atau seleksi buatan untuk tujuan tertentu. Yang
mengendalikan sifat-sifat kuantitatif adalah polygen, dimana gen-gen ini dapat berlokasi
dalam satu lokus atau beberapa lokus. Oleh karena itu, dalam topik ini akan dipelajari
hubungan tersebut pada satu lokus dengan 2 allel, satu lokus dengan allel jamak, dan dua
B.Hukum Hardy-Weinberg
fenotipe tanaman diploid ditentukan oleh gen yang berada pada satu lokus A dengan dua allel
yang berbeda pada lokus tersebut, A1 dan A2. Dengan demikian, genotipe yang dapat
dibentuk adalah kombinasi dari allel-allel tersebut, yaitu A1A1, A1A2 dan A2A2. Pada
waktu terjadi pembelahan sel meiosis, yaitu waktu pembentukan gamet (gametogenesis),
setiap genotipe tersebut akan menghasilkan gamet yang haploid. Misalnya, tanaman A1A2
akan menghasilkan gamet haploid yang memiliki allel A1 dan gamet haploid yang memiliki
kandungan allel A2. Selanjutnya, misalkan kita mempunyai satu populasi tanaman diploid
yang menyerbuk silang. Dalam populasi itu terdapat 100 tanaman yang terdiri atas 20
3
tanaman genotipe A1A1, 50 tanaman genotipe A1A2 dan 30 tanaman genotipe A2A2.
Bila terjadi pembungaan atau pembentukan gamet, setiap tanaman akan menghasilkan gamet-
(1) genotipe A1A1 akan menghasilkan gamet-gamet yang mempunyai allel A1 dan A1, atau
(2) genotipe A1A2 akan menghasilkan gamet-gamet yang memiliki allel A1 dan A2,
(3) genotipe A2A2 akan menghasilkan gamet-gamet yang mengandung allel A2 dan A2, atau
Dengan demikian,
allel A1.
(2) genotipe A1A2 dalam populasi akan menghasilkan sebanyak 50 tanaman x A1 = 50 allel
allel A2 .
Secara keseluruhan, populasi akan menghasilkan 200 gamet yang terdiri atas 90 A1 dan 110
A2. Frekuensi relatif allel dapat dihitung sebagai perbandingaan antara jumlah gamet yang
mengandung allel tertentu dengan jumlah keseluruhan gamet dalam populasi. Dengan
demikian, frekuensi allel A1 = (40 + 50)/200 = 0,45 dan frekuensi allel A2 = (50 + 60)/200 =
0,55. Frekuensi setiap allel dari setiap genotipe juga dapat dihitung sebagai berikut
4
(2) untuk genotipe A1A2, frekuensi allel A1 = 50/200 = 0,25 dan frekuensi allel A2 = 50/200
= 0,25
Angka-angka tersebut di atas lalu kita masukan dalam Tabel 4.1 Tabel 4.1. Jumlah dan
Frekuensi Genotipe dan Frekuensi Allel dalam Suatu Simulasi Populasi Tanaman Diploid
Menyerbuk Silang
Ketika terjadi pembungaan, kita biarkan tanaman tersebut menyerbuk silang secara acak.
Penyerbukan silang secara acak (panmixia = panmictic = panmiktik) artinya setiap individu
dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menyerbuki setiap tanaman dalam
populasi. Dengan persyaratan itu, kita ingin mengetahui berapa frekuensi genotipe dan
fenotipe allel dari populasi anak (progeny) dari populasi di atas (induk = parents). Dalam
penyerbukan panmiktik tersebut, semua genotipe akan menyerbuki diri sendiri dan genotipe
lainnya. Bila ada 3 genotipe induk, maka jumlah persilangan antar genotipe ada 32 = 9. Pada
populasi diatas, terdapat persilangan sebanyak 9, yaitu A1A1 x A1A1, A1A1 x A1A2, A1A1
x A2A2, A1A2 x A1A1, A1A2 x A1A2, A1A2 x A2A2, A2A2 x A1A1, A2A2 x A1A2,
A2A2 x A2A2. Karena pada dasarnya gamet dari tanamanlah yang melakukan penyerbukan,
maka konstitusi genetik (genotipe) zygot (tanaman) hasil persilangan antar gamet tergantung
pada allel-allel yang dikandung oleh setiap gamet. Frekuensi setiap genotipe yang terbentuk
sama dengan hasil perkalian dari frekuensi-frekuensi gamet yang membentuknya. Oleh
karena itu, persilangan, misalnya antara A1A1 (induk betina) dengan A1A2 (induk janta)
akan menghasilkan (0,20 A1 x 0,25 A1) = 0,050 A1A1 dan (0,20 A1 x 0,25 A2) = 0,050
Dari Tabel 4.2. dapat dihitung frekuensi dari setiap genotipe dalam populasi :
= 0,01 + 0,01 + 0,025 + 0,01 + 0,01 + 0,025 + 0,025 + 0,025 + 0,0625 = 0,2025
= 0,025 + 0,015 + 0,015 + 0,025 + 0,015 + 0,015 + 0,0625 + 0,0375 + 0,0375 + 0,025 +
= 0,4950
(0,4950/2) = 0,55 Kita melihat bahwa frekuensi allel A1 induk sama dengan frekuensi allel
A1 anak, dan frekuensi allel A2 induk sama dengan frekuensi allel A2 anak. Frekuensi
keseluruhan Genotipe anak (A1A1, A1A2 dan A2A2) = 0,2025 + 0,4950 + 0,3025 = 1.
Sekarang kita bandingkan frekuensi genotipe anak terhadap induk. Terlihat bahwa frekuensi
masing-masing genotipe induk tidak sama dengan anak. Dalam keadaan seperti ini, populasi
Bagaimana kalau populasi anak tersebut dibiarkan menyerbuk silang secara acak? Bila kita
hitung frekuensi