Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FARMASI KOMUNITAS

PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI

Dosen : Jenny Pontoan, M.Pharm Apt

Disusun oleh :

Antonius Kiswanta
( 19344149 )

PROGRAM
STUDI PROFESI
APOTEKER
INSTITUT SAINS
DAN
TEKNOLOGI
NASIONAL
JAKARTA 2020

1. Apa yang Anda ketahui tentang Sediaan Farmasi, berikan contoh (cantumkan
Referensi).
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika (Undang-
Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan)Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
diproduksi dan/atau diedarkan harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan
kemanfaatan ( PP RI No. 72 tahun 1998 BAB II Pasal 2) Secara umum sediaan farmasi
mengandung dua atau lebih bahan obat dan eksipien, kombinasi dua bahan aktif atau
lebih dan juga dengan eksipien dapat menyebabkan terjadinya transformasidan interaksi
padat-padat secara fisika maupun kimiawi

( Referensi : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI
APOTEK )

2. Jelaskan secara detail/terinci dan sistematis mekanisme pengelolaan Sediaan


Farmasi di Apotek, mulai dari:
a. Perencanaan,
b. Pengadaan,
c. Penerimaan,
d. Penyimpanan,
e. Pemusnahan,
f. Pengendalian,
g. Pencatatan dan Pelaporan (cantumkan Referensi).

a. Perencanaan

Berdasarkan Permenkes No. 58 tahun 2014, perencanaan kebutuhan merupakan


kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan menggunakan


metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:


1.anggaran yang tersedia;
2.penetapan prioritas;
3.sisa persediaan;
4.data pemakaian periode yang lalu;
5.waktu tunggu pemesanan; dan
6.rencana pengembangan.
b. Pengadaan

Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di rumah sakit


dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok eksternal
melaluipembelian dari manufaktur, distributor, atau pedagang besar farmasi. Pengadaan
bertujuan untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu
yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar, dan tidak
Memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.

Proses pengadaan merupakan kegiatan untuk merelisasikan kebutuhan yang telah


direncanakan dan disetujui, melalui:
1. Pembelian
2. Produksi atau pembuatan sediaan farmasi
3. Sumbangan/drooping atau hibah

Pembelian dengan penawaran yang kompetitif( tender) merupakan suatu metode penting
untuk mencapau keseimbangan yang tepat antara mutu dan harga, apabila ada dua atau
lebih pemasok, apoteker harus mendasarkan pada criteria berikut :
mutu produk, reputasi produsen, harga, berbagai syarat, ketepatan waktu pengiriman,
mutu pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan tentang barang yang dikembalikan,
dan pengemasan.

c. Penerimaan

Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau
sumbangan.
Penerimaan perbekalan farmasi harus dulakukan oleh petugas yang bertanggung jawab.
Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik dalam tanggung jawab dan
tugas mereka, serta harus mengerti sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim
penerimaan harus ada tenaga farmasi.
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai
kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan
Perbekalan farmasi yang di terima harus sesuai dengan spesifikasi kontrak yang telah
ditetapkan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerimaan :
1. Harus mempunyai Material, Safety, Data, Sheet(MSDS), untuk bahan berbahaya.
2. Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai serticate of origin.
3. Sertifikat analisa produk
d. Penyimpanan

Tujuan penyimpanan adalah :


a.Memelihara mutu sediaan farmasi
b.Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c.Menjaga ketersediaan
d.Memudahkan pencarian dan pengawasan

Penumpukan stok barang yang kadaluwarsa dan rusak dapat dihindari dengan pengaturan
sistem penyimpanan seperti fisrt expired fisrt out (FEFO) dan fisrt in fisrt out (FIFO).
Sistem FEFO adalah dimana obat yang memiliki waktu kadaluwarsa lebih pendek keluar
terlebih dahulu, sedangkan dalam sistem FIFO obat yang pertama kali masuk adalah obat
yang pertama kali keluar .

Obat-obatan sebaiknya disimpan sesuai dengan syarat kondisi penyimpanan masing-


masing obat. Kondisi penyimpanan yang dimaksud antara lain adalah temperatur/suhu
sekitar 20-250C, kelembaban dan atau paparan cahaya. Tempat penyimpanan yang
digunakan dapat berupa ruang atau gedung yang terpisah, lemari, lemari terkunci, lemari
es, freezer, atau ruangan sejuk. Tempat penyimpanan tergantung pada sifat atau
karakteristik masing-masing obat

Dalam proses penyimpanan harus memperhatikan hal -hal sebagai berikut :


1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru.
Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya
yang menyebabkan kontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi
Obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In
First Out

e. Pemusnahan

Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak


terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat
usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur
yang berlaku.

Tujuan penghapusan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak
memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan
mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi risiko terjadi penggunaan obat
yang sub standar
Prosedur Tetap Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
a. Melaksanakan inventarisasi terhadap sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang
akan dimusnahkan,
b. Menyiapkan adminstrasi (berupa laporan dan berita acara pemusnahan),
c. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait,
d. Menyiapkan tempat pemusnahan,
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan,
f. Membuat laporan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan, sekurang-kurangnya
memuat:
1) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan,
2) Nama dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan,
3) Nama apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan,
4) Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan,
5) Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan ditandatangani oleh
apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan.

f. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai


kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan
dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual
atau elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya memuat nama Obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

g. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan
(kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan
dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan
yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya

( Referensi : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI
APOTEK )

3. Sebutkan minimal 5 jenis obat dan minimal 2 vaksin yang digunakan dalam
terapi Pasien Covid-19, jelaskan dengan lengkap mekanisme kerja dan efek
samping (cantumkan Referensi).

A. ANTIVIRUS

1. LOPINAVIR + RITONAVIR
Tablet 200/50 mg dan 100/25 mg

a) Indikasi
-Sebagai Obat terdaftar: Terapi lini kedua HIV/AIDS dalam kombinasi dengan antivirus
lain
-Sebagai Obat Uji: Terapi COVID-19.

b) Kontraindikasi
-Hipersensitivitas terhadap lopinavir, ritonavir, maupun komponen obat.

c) Mekanisme Kerja
Lopinavir adalah peptidomimetik penghambat protease dari HIV-1 dan HIV-2, yang
secara selektif menghambat pemotongan poliprotein Gag dan Gag-Pol sehingga
mencegah pematangan Virus (immature) dan tidak menular (non-infectious).56,57
Ritonavir adalah peptidomimetik penghambat protease HIV yang mengganggu siklus
reproduktif HIV . Ritonavir dihambat kuat oleh protein-protein 58serum, tetapi
meningkatkan efek penghambat protease lain melalui penghambatan degradasi oleh
enzim sitokrom P450

2. FAVIPIRAVIR

Tablet 200 mg

a) Indikasi Sebagai Obat Uji:

Indikasi yang diketahui untuk obat ini adalah infeksi virus influensa pandemik baru
atau yang kambuh kembali (terbatas digunakan untuk pengobatan pada kasus
dimana obat antivirus lainnya tidak atau kurang efektif). Uji klinik favipiravir untuk
obat COVID-19 di Jepang dan Tiongkok hasil sementara menunjukkan efektifitas
yang baik.

b) Kontraindikasi:

1. Tidak boleh digunakan pada wanita hamil trimester pertama atau yang
merencanakan kehamilan.
2. Hipersensitivitas terhadap semua komponen dalam tablet favipiravir
c) Mekanisme Kerja:

Favipiravir menghambat secara selektif RNA- dependent RNA polimerase (RdRp)


dari virus influensa. Favipiravir adalah prodruk yang mengalami ribosilasi dan
fosforilasi intraseluler serta dikonversi menjadi bentuk ribofuranosil fosfat (favipiravir-
RTP) dalam sel dan dikenali sebagai substrat oleh RNA polimerase virus sehingga
menghambat aktivitas RNA polimerase dan menghambat proses replikasi virus

B. OBAT ANTIVIRUS PADA PENGGUNAAN EMERGENSI

1. KLOROKUIN FOSFAT
Tablet 250 mg

a) Indikasi pada penggunaan emergensi/terbatas

Penggunaan terbatas pada kondisi emergensi pandemik COVID-19 untuk


pengobatan pasien COVID-19 dewasa dan remaja yang memiliki berat badan 50 kg
atau lebih yang dirawat di rumah sakit. Catatan
: Indikasi dapat berubah apabila ada data terbaru terkait khasiat dan keamanan obat
pada pasien COVID-19].

b) Kontraindikasi:

-Pasien dengan perubahan retina atau penglihatan dengan etiologi apapun.


-Pasien yang hipersensitif terhadap senyawa 4-aminokuinolin.
-Pasien dengan perpanjangan interval QT pada baseline atau mengalami peningkatan
risiko aritmia.

c) Mekanisme Kerja:

Klorokuin sebagai antivirus melakukan alkalinisasi fagolisosom, sehingga menghambat


tahapan replikasi virus yang tergantung pada pH rendah, termasuk tahap fusion dan
uncoating. Melihat mekanisme kerjanya, klorokuin bekerja pada tahap awal infeksi
dengan menghambat masuknya virus ke dalam sel inang. Klorokuin juga memiliki
aktivitas imunomodulator, yang dapat berkontribusi dalam respons antiinflamasi

C. ANTIBIOTIKA

AZITROMISIN

Kapsul salut selaput 250 mg


Tablet salut selaput 500 mg
Sirup kering 200 mg/ 5 mL
Larutan infus 500 mg/10 mL
a) Indikasi:

Azitromisin diindikasikan untuk pengobatan pasien dengan infeksi ringan sampai


sedang yang disebabkan oleh galur mikroorganisme yang peka, seperti infeksi saluran
napas atas (tonsillitis, faringitis), infeksi saluran napas bawah (eksaserbasi bakterial
akut, penyakit paru obstruktif kronik, pneumonia komunitas), infeksi kulit dan jaringan
lunak, penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual (Sexually Transmitted
Disease), uretritis, servisitis yang berkaitan dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma
urealyticum dan Neisseria gonorrhoea.

b) Kontraindikasi:

Hipersensitivitas terhadap antibiotik golongan makrolida (misal azitromisin,


eritromisin) atau golongan ketolid, dan bahan lain dalam sediaan obat ini.

D. ANALGESIK NON-OPIOID

PARASETAMOL (ASETAMINOFEN)
Tablet 100 mg, 125 mg, 325 mg, 500 mg, 600
mg, dan 650 mg
Kaplet 500 mg, 600 mg, 650 mg
Kaplet Salut Selaput 500 mg
Suppositoria 80 mg, 125 mg, 160 mg, 240 mg,
250 mg
Drop 60 mg/0,6 mL, 80 mg/0,8 mL, 100 mg/mL
Sirup 100 mg/mL, 120 mg/5 mL, 120 mg, 125mg, 160 mg/5 mL, 250 mg/5 mL
Infus 10 mg/mL

a) Indikasi:
-Untuk menurunkan demam yang menyertai flu;dan demam setelah imunisasi.
- Meringankan rasa nyeri pada nyeri ringan seperti sakit kepala, sakit gigi dan sakit pada
otot.

b) Kontraindikasi:

Jangan digunakan pada penderita yang menderita kerusakan hati hipersensitif terhadap
parasetamol.

E. AGONIS ADRENOSEPTOR BETA-2 SELEKTIF

Dalam kasus pasien COVID-19, albuterol (salbutamol) digunakan sebagai supporting


terapi untuk pasien yang membutuhkan terapi bronkodilator, termasuk untuk pasien
COVID-19 dengan indikasi penyakit lain seperti asma, PPOK atau mengalami reaksi
bronkospastik. Bentuk sediaan yang digunakan adalah inhaler (Metered Dose
Inhalers/MDI) sebagai pengganti nebuliser untuk mencegah penularan
SALBUTAMOL SULFAT

Tablet 2 mg dan 4 mg
Kaplet 2 mg dan 4 mg
Kapsul 2 mg dan 4 mg
Sirup 2 mg/5 mL

Aerosol 100 mcg


Cairan inhalasi 100 mcg
Cairan injeksi 500 mcg/mL
Serbuk inhalasi 200 mcg

a) Indikasi:

Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial, bronkitis kronis dan emfisema.
Pengelolaan rutin bronkospasma kronis yang tidak responsif terhadap terapi
konvensional. Pengobatan asma berat yang akut (status asthmaticus).

b) Kontraindikasi:

Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.

F. OBAT SISTEM SARAF PUSAT-GOLONGAN BENZODIAZEPIN

MIDAZOLAM

Midazolam Cairan Injeksi 1 mg/mL, 5 mg/mL

a) Indikasi:

-Premedikasi sebelum induksi anestesi (pemberian IM)


-Sedasi basal sebelum tindakan diagnostik atau tindakan bedah dilakukan melalui
anestesi lokal (pemberian IV)
-Induksi dari conscious anesthesia. Sebagai zat penginduksi pada anestesi inhalasi
atau suatu komponen penginduksi tidur dalam kombinasi anestesi, termasuk anestesi
total (injeksi IV) .

b) Kontraindikasi:

Pasien hipersensitif terhadap benzodiazepin, insufisiensi paru akut, depresi pernapasan.

Untuk saat ini vaksin untuk penanganan COVID 19 masih dalam tahap pengembangan

( Referensi : INFORMATORIUM OBAT COVID-19 DI INDONESIA BADAN


PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA ISBN 978-602-415-
009-9 )

Anda mungkin juga menyukai