Anda di halaman 1dari 4

Nama : Septian Pratama

NPM : 1988104004

Mata Kuliah :Wasail Al-Ta’lim Al-Lughah Al-Arabiyah

Latar Belakang Masalah


Sesorang yang ingin menguasai suatu bahasa, dirinya perlu menguasai beberapa
kemahiran dalam bahasa tersebut yang setidaknya terdapat empat kemahiran dalam
berbahasa, yaitu kemahiran mendengar (‫)مه ارة االس تماع‬, kemahiran berbicara (‫مه ارة‬
‫)الكالم‬, kemahiran membaca (‫)مهارة القرائة‬, dan kemahiran menulis (‫)مهارة الكتابة‬. Ketika
seseorang pelajar bahasa asing telah menguasai empat keterampilan ini, maka ia akan
dianggap sebagai seorang yang mahir dalam bahasa tersebut. Sebagian ahli telah
menambahkan kemahiran yang kelima yaitu kemahiran menerjemah (‫)مهارة الترجمة‬.

Kemahiran-kemahiran tersebut dipelajari secara bertahap mengikuti urutannya yang


telah disebutkan. Terlebih dahulu seorang pelajar bahasa harus membiasakan dirinya
dengan mendengar perkataan-perkataan dari bahasa yang ingin dipelajarinya,
sehingga dia tahu bagaimana cara mengucapkan perkataan tersebut dan menguasai
perbendaharaan kata dari bahasa tersebut. Setelah itu, pelajar tersebut harus melatih
dirinya untuk menyusun perbendaharaan kata yang dimiliki menjadi sebuah kalimat
yang dapat ia lafalkan dengan baik dan benar. Kemudian, pelajar tersebut harus
membiasakan dirinya untuk membaca berbagai tulisan dalam bahasa tersebut. Harus
difahami mahir di bidang kalam tidak menjadikannya secara otomatis mahir di
bidang qira’ah, begitu juga sebaliknya. Akan tetapi dua kemahiran tersebut perlu
dilatih dengan latihan yang memang mendukung pengemabangan dua kemahiran
tersebut. Setelah seseorang memperoleh banyak maklumat dari bacaannya, dia bisa
mengembangkan kemahiran menulis dan menerjemah.

STIT Darul Fattah, sebuah sekolah tinggi di bidang ilmu tarbiyah atau pendidikan
yang program studinya adalah pendidikan bahasa Arab. Salah satu dari mata kuliah
yang ada dalam program studi tersebut adalah mata kuliah Tarjamah wa Qira’atul
Kutub. Mata kuliah ini diajarkan kepada para mahasiswa dan mahasiswi di semester
6. Banyak dari mereka menganggap bahwa mata kuliah ini adalah mata kuliah yang
sangat sulit.

Tujuan dari mata kuliah Tarjamah wa Qira’atal Kutub adalah bagaimana para
mahasiswa dan mahasiswi mampu dan terbiasa membaca, menerjemahkan dan
memahami teks-teks dari kitab-kitab yang berbahasa Arab. Kitab yang digunakan di
dalam kelas untuk media pembelajaran mereka adalah kitab Audhohu Al-Masalik ilaa
Alfiyati Ibni Malik dan kitab Syarh Qotri An-Nadaa wa Balli Ash-Shadaa. Kedua
kitab ini adalah kitab nahwu atau gramatikal bahasa Arab karya Al-Imam Ibnu
Hisyam.

Dosen pengampu mata kuliah mengalami kesulitan dalam mengajarkan kedua kitab
ini karena beberapa mahasiswa memiliki dasar pengetahuan nahwu dan sharaf yang
masih lemah sehingga mereka sulit dalam membaca dan menerjemahkan teks di
dalam kedua kitab tersebut. Sebagian yang lain karena belum terbiasa dengan teks
bacaan seperti itu menjadi sulit untuk mengaplikasikan teori dan kaidah yang sudah
mereka pelajari sebelumnya. Oleh karena itu, maka jadilah mata kuliah Tarjamah wa
Qira’atul Kutub menjadi mata kuliah yang sulit di dalam persepsi mereka.

Fokus Penelitian
Subjek penelitian ini adalah para mahasiswa STIT Darul Fattah semester 6. Objek
penelitiannya adalah mata kuliah Tarjamah Wa Qira’atul Kutub. Fokus pengetahuan
yang digunakan adalah pengembangan keterampilan membaca dan menerjemah teks-
teks keislaman.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat di ambil rumusan masalah, yaitu:
Bagaimanakah desain pembelajaran Tarjamah Wa Qira’atul Kutub yang dapat
memudahkan pembelajaran para peserta didik?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah modul dan desain
pembelajaran Tarjamah Wa Qira’atul Kutub yang memudahkan pembelajaran dan
menarik minat para peserta didik.

Landasan Teori
Tarjamah adalah kegiatan memindahkan ide, gagasan atau informasi dari bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran. Hal ini senada dengan apa yang didefinisikan dalam
kamus Al-Munjid yang mendefinisikan tarjamah sebagai:

.‫ فسره بلسان أخر فهو تَرْ جُمان وتُرجمان‬: ‫ترجم الكالم‬

.‫ نقله إلى اللسان التركي‬: ‫ترجمه بالتركية‬

1
.‫ أوضح عنه‬: ‫ترجم عنه‬

Qira’atul Kutub adalah model pembelajaran keterampilan membaca (‫ )مهارة القراءة‬atau


pemahman terhadap teks-teks bahasa Arab (‫ )فهم المقروء‬melalui presentasi personal
peserta didik, di hadapan pengajar dan teman-temannya2. Di pesantren biasanya
metode pengajian kitab dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) Sorogan yang
merupakan sebuah model pembelajaran dimana santri berperan aktif dalam
pembelajaran, santri tersebut akan membaca dan menterjemahkannya dihadapan kyai,
sementara itu Kyai mendengarkan bacaan santrinya itu dan mengoreksi bacaan atau
terjemahannya jika diperlukan. (2) Bandongan atau wetonan adalah model
pembelajaran berfokus kepada pengajar di mana Kyai atau ustadz membacakan teks-
teks kitab yang berbahasa Arab, menerjemahkannya ke bahasa lokal, dan sekaligus
menjelaskan maksud yang terkandung dalam kitab tersebut, di sini para pelajar atau
santri menyimak dan mencatat apa yang disampaikan 3. Jadi Qira’atul Kutub adalah
sebuah pembelajaran yang memiliki tujuan kompetensi untuk memahami teks-teks

1
Louis Ma’luf Al-Yassu’i and Bernard Tottel Al-Yassu’i, Al-Munjid Fii Al-Lughoh Wa Al-A’alam
(Beyrouth: Dar El-Machreq Sarl, 2011).
2
Eman Sulaeman, ‘Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub Untuk Peningkatan Keterampilan Membaca
Kitab Tafsir’, Al-Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al- Qur’an Dan Tafsir, 1.2 (2016), 99–114
<https://doi.org/10.15575/al-bayan.v1i2.1595>.
3
Din Muhammad Zakariya, ‘Metode Pembelajaran Qiro’atul Kutub Di Pondok Pesantren
Karangsasem Lamongan’, Tadarus: Jurnal Pendidikan Islam, 8.1 (2019).
bahasa Arab dari struktur jabatan sebuah kata dalam kalimat (i’irab) dan memahami
makna keseluruhan dari kalimat tersebut.

Pengembangan model pembelajaran dilakukan sebagai langkah penyempurnaan suatu


program pembelajaran yang ada atau sedang dijalankan menjadi suatu program baru
yang lebih baik4. Modul pembelajaran adalah satuan program belajar mengajar yang
terkecil, yang dipelajari oleh peserta didik secara mandiri (self instructional). Modul
elektronik dikembangkan untuk memungkinkan peserta didik melakukan dan
meningkatkan hasil belajar secara mandiri5. Diharapkan dari pengembangan media
pembelajaran dapat memudahkan pembelajaran para peserta didik.

Metodologi Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian
pengembangan (research and development). Seperti yang dikemukakan oleh Borg
and Gall bahwa penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan
dan pembelajaran6.

Langkah-langkah dalam penelitian pengembangan: (1) mencari potensi atau masalah,


(2) mengumpulkan informasi, (3) mendesain produk, (4) validasi produk, (5)
perbaikan produk, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, dan (8) produksi masal.

4
Koderi, ‘Pengembangan Modul Elektronik Berbasis SAVI Untuk Pembelajaran Bahasa Arab’, Jurnal
Teknologi Pendidikan, 19.3 (2017), 206–23.
5
Ibid.
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, 23rd edn (Bandung: Alfabeta, 2016).

Anda mungkin juga menyukai