Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Model Mengajar Dalam Pembelajaran

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Sanggam R.I. Manalu, M.Pd

19620424 198803 003

Disusun Oleh Kelompok V

1. Aditya 6. Riki Subalgia


2. Edwin V. 7. Samsul
3. I Ketut Sintaro 8. Seprianson
4. Maldrin 9. Stevan Hervianus
5. Risyanto 10. Yohanes C. T. Krisno

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
Nya yang diberikan kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini yang
bertemakan “Model Mengajar Dalam Pembelajaran”.

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan sedemikian mungkin kami berusaha, dan
dengan bantuan berbagai pihak sehingga bisa mempelancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna, baik itu dari susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu kami bersedia
untuk menerima masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami
dapat termotivasi untuk memperbaiki makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dan
benar.

Akhir kata kami minta makalah ini agar dapat diterima dengan segala kekurangan dan
kelebihannya dan juga dapat bermanfaat bagi semua pihak, kami ucapkan terima kasih.

Palangka Raya, April 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………1

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Arti Model Mengajar dalam Pembelajaran……………………………………2

2.2 Pendekatan Dalam Model Belajar……………………………………………..8

2.3 Menggunakan Berbagai Metode dalam Proses Belajar Mengajar…………..9

2.4 Strategi dalam Model Mengajar……………………………………………….13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………16

3.2 Saran……………………………………………………………………………..16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang menunjang


keberhasilan proses pembelajaran. Ketepatan pemilihan model pembelajaran akan
berdampak pada keberhasilan belajar siswa serta tercapainya tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran merupakan suatu desain pembelajaran yang dirancang untuk memperlancar
proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Suprijono (2012: 46) yang
mengemukakan bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.Dari pengertian model
pembelajaran tersebut, model pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu desain, pola
atau rancangan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas.Hal itu dilakukan untuk menciptakan suasana yang menunjang agar siswa merasa
bebas untuk merespon secara alami dan teratur, dan tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik. Karena itu, pengkajian pemilihan model pembelajaran yang tepat menjadi
hal yang perlu dilakukan, agar sesuai dengan karakteristik siswa dan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.

Model dan proses pembelajaran akan menjelaskan makna kegiatan-kegiatan yang


dilakukan oleh pendidik selama pembelajaran berlangsung. Setiap pengajar atau pendidik
akan alasan-alasan mengapa ia melakukan kegiatan dalam pembelajaran dengan
menentukan sikap tertentu. Rooijakkers (2003:13) mengemukakan bilamana pengajar
tidak mengetahui apa yang sebenarnya yang terjadi dalam pikiran peserta didiknya untuk
mengerti sesuatu, kiranya dia pun tidak akan dapat memberi dorongan yang tepat kepada
mereka yang sedang belajar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi model pembelajaran ?
2. Apa macam-macam pendekatan dalam model pembelajaran ?
3. Apa saja macam-macam model pembelajaran ?

1.3 Tujuan Penulisan


2. Mengetahui definisi model pembelajaran.
3. Mengethui macam-macam pendekatan dalam model pembelajaran.
4. Mengetahui macam-macam model pembelajaran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Arti Model Mengajar Dalam Pembelajaran

2.1.1 Problematika dan Kasus Model-Model Pengajaran

Sering ditemukan waktu kontak antara guru dengan murid tidak dimanfaatkan
secara baik, guru lebih suka memaksakan kehendaknya dalam belajar muridnya sesuai
keinginannya.Sedangkan guru yang bersangkutan istirahat di ruang guru atau duduk di
kelas asik dengan kegiatan sendiri.Model mengajar seperti itu tentu saja dipandang tidak
mendidik seperti ketentuan A. S. Neil (1973).Neil menuturkan bahwa “memaksimalkan
apapun dengan kekuasaan adalah salah, seorang anak seharusnya tidak melakukan
apapun sesuai ia mampu berpendapat dengan mengemukakan pendapatnya sendiri”
(Hobson dalam Palmer, 2003:1).Pendapat Neil ini memberi gambaran bahwa para siswa
diminta untuk berpikir dan belajar tanpa tekanan, tetapi bimbingan dan arahan yang
menganut prinsip-prinsip kemerdekaan dan demokrasi.

Dari segi pemanfaatan sumberdaya, seringkali saran dan prasarana proses belajar
dengan berbagai alas an belum dimanfatkan secara baik. Masalah lainnya adalah kepala
sekolah tidak memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melakukan evaluasi program
pembelajaran, kepala sekolah tersebut membiarkan para guru menggunakan model
mengajar yang telah lama dilaksanakan atau bersifat rutin belaka, sehingga kepala
sekolah tidak mengetahui mana yang harus diperbaiki dan mana yang harus
dikembangkan dalam program pembelajaran.

Seharusnya kepala sekolah mendorong para guru menggunakan model-model


mengajar yang dapat memberikan jaminan bahwa pembelajaran dilaksanakan atas dasar
prisip-prinsip pedagogik. Dukungan ini diwujudkan dalam bentuk menyediakan fasilitas
yang di perlukan untuk program pembelajaran, sejaan dengan pendapat tersebut, pijakan
utama bagi prakte pembelajaran yang bijak dari seorang pendidik yang terlatih menurut
Susan Issac (1948) adalah memberikan sesuatu kerangka kerja yang kokoh untuk kontrol
dan rutin serta bantuan nyata sesuai aturan-aturan sosial namun tetapi dengan kebebaan
pribadi yang luas (Hinshelwood dalam Palmer, 2003:11) artinya keterampilan guru dalam
menggunakan sarana dan prasarana belajar secara optimal adalah penting.

2.1.2 Arti dan Makna Model-Model Pengajaran

Dalam mengatasi berbagai problematika untuk pelaksanaan pembelajaran


diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru
melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajr peserta didik.Model diartikan

2
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan.

Model dapat dipahami sebagai:

 Tipe atau desain


 Deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses fisualisasi
sesuatu yang tidak dapat langsung diamati
 Sistem asumsi, data, dan inferensi yang digunakan untuk menggambarkan
secara matematis suatu objek atau peristiwa
 Konsep yang di sederhanakan dari suatu sistem kerja
 Deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imaginer
 Penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukan sifat
bentuk aslinya

Model mengajar menurut Joyce dan Weil (2000:13) merupakan deskripsi dari
lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain
unit-unit pelajaran dan pembelajaran, program multimedia, dan bantuan belajar melalui
program komputer.Joyce dan Weil mengemukakan ada empat kategori yang penting
dalam model mengajar yaitu model informasi, model personal, model interaksi, dan
model tingkah laku. Kemudian model tersebut dikembangkan dan di tes keberlakuannya
oleh para pakar pendidikan dengan klasifikasi model pembelajaran pada empat kelompok
yaitu:

1. Model pemprosesan informasi (information processing models)


2. Model personal (personal family)
3. Model social (social family)
4. Model sistem peilaku dalam pembelajaran (behavioral model of teaching)

Model pengajaran ini menuntut biaya yang tinggi, tetapi memungkinkan


pengajaran dilaksanakan secara individual, sehingga beberapa prinsip pengajaran yang
baik hamper seluruhnya dapat dilaksanakan. Beberapa prinsip pengajaran yang baik
menurut Ibraham dan Nana Syaodih (1996:53) yaitu penyesuaian pengajaran dengan
beberapa individual siswa, maju berkelanjutan, kenaikan kelas secara otomatis,belajar
tuntas, program pengayaan dan program perbaikan. Dalam model ini, guru dapat memilih
topik atau kegiatan yang akan disajikan di kelas, tetapi tidak dapat mengubah dan
menyesuaikannya dengan keadaan lingkungannya.

a. Pendekatan atau Model Interaksi sosial

3
Ada beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar antara lain sebagaimana
dikemukakan oleh Richard Anderson (1959:201) mengajukan dua pendekatan yang
berorientasi kepada guru atau disebut teacher centered dan pendekatan yang berorientasi
kepada siswa atau disebut student centered. Pendekatan pertama disebut pula tipe
otokratis karena pendekatannya satu arah dari guru dan pendekatan kedua disebut tipe
demokratis karena guru memberi peluang murid mengajukan pendapatnya.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Massialas (1975:21) yang mengajukan dua
pendekatan yakni pendekatan ekspositori dan pendekatan inquiry.Pendekatan interaksi
social hampir memiliki persamaan dengan pendekatan inquiry terutama “social
inquiry”.Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara individu/siswa yang
satu dengan siswa yang lainnya sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadi hubungan
sosial individe dengan masyarakat. Oleh sebab itu proses belajar mengajar hendaknya
mengembangkan kemampuan dan kesanggupan siswa untuk mengadakan hubungan
dengan orang lain/siswa lain, mengembangkan sikap dan perilaku yang demokratis, serta
menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar siswa.

b. Model Pembelajaran Alam Sekitar


Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan anak sekitarnya adalah
gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain adalah Fr. Finger (1808-
1888) di Jerman dengan ”heimatkunde” (pengajaran alam sekitar), dan J. Lighart (1859-
1916) di Belanda dengan “Het Volle Leven”(kehidupan senyatanya).beberapa prinsip
gerakan “heimatkunde” adalah :
 Dengan pengajaran alam sekitar itu, guru dapat memperagakan secara
langsung sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-dasar pengajaran.
 Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar
anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, dan catat saja.
 Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran
totalitas.
Pokok-pokok pendapat pengajaran alam sekitar telah banyak dilakukan disekolah,
baik dengan peragaan, penggunaan bahan local dalam pengajaran dan lain-lain.mengaju
pada konsep pendidikan alam sekitarTirtarahardja dan Sula (2000:202) berpendapat
bahwa beberapa tahun terakhir ini telah diterapkan adanya materi pembelajaran muatan
local dalam kurikulum, termasuk penggunaan alam sekitar. Dengan kurikulum muatan
lokal tersebut diharapkan anak semakin dekat dengan alam sekitar dan masyarakat
dilingkungannya.Di samping alam sekitar sebagai isi bahan ajar, alam sekitar juga
menjadi kajian empirik melalui percobaan, studi banding, dan sebagainya. Dengan
memanfaatkan sumber-sumber dari alam sekitardalam kegiatan belajar dan mengajar,
dimungkinkan anak akan lebih menghargai, mencintai, dan melestarikan lingkungan
alam sekitar sebagai sumber kehidupannya.

4
c. Model Pembelajaran Pusar Perhatian
Pengajaran pusat perhatian di rintis oleh Ovide Decroly (1871-1932) dari Belgia
dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat (Centres d’interet), di samping
pendapatnya tentang pengajaran global.Pendidikan menurut Decroly berdasar pada
semboyan “Ecole pout la vie” (sekolah untuk hidup dan oleh hidup).Anak harus di didik
untuk dapat hidup dalam masyarakat dan di persiapkan dalam masyarakat, anak harus di
arahkan kepada pembentukan individu dan anggota masyarakat.Karena nya, anak harus
pengetahuan terhadap diri sendiri seperti hasrat dan cita-citanya, kemudian pengetahuan
tentang dunianya seperti lingkungannya dan tempat hidup di hari depannya.Menurut
Declory dunua ini terdiri dari alam dan kebudayaan, dan dunia itu harus hidup yang
dapat mengembangkan kemampuan untuk mencapai cita-cita.

Hasil penelitian yang mendalam oleh Ovide Declory menyumbangkan dua


pendapat yang berguna bagi pendidikan dan pengajaran yaitu:
 Metode Global (keseluruhan), hasil yang di peroleh dari observasi dan tes,
menunjukkan bahwa anak mengamati dan mengingat secara global
(keseluruhan). Megingat keseluruhan lebih dulu baru bagian-bagian sama
dengan prinsip psikologi Gestalt. Dalam mengajarkan membaca dan menulis
ternyata mengajarka kalimat lebih mudah dari pada kata-kata lepas, sedangkan
kata lebih mudah di ajarkan ketimbang huruf-huruf secara mandiri.
 Centred’intered (pusat-pusat minat). Hasil penelitian psikologiknya
menunjukkan bahwa anak-anak mempunyai minat yang spontan (sewajarnya).

d. Model Pembelajaran Sekolah Kerja


Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-
pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan tokoh
pendidikan sekolah kerja ini adalah G. kerschenteiner (1854:1931) dengan konsep
“Arbeitschule”-nya (sekolah kerja) di Jerman.Sekolah kerja ini bertolak dari pandangan
bahwa pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu, tetapi juga demi kepentingan
masyarakat. Dengan kata lain sekolah berkewajiban menyiapkan warga Negara yang
baik yaitu:
 Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan.
 Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara.
 Dalam menjalankan kedua poin diatas haruslah selalu diusahakan
kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tip warga Negara ikut membantu
mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan kerja.

Tujuan sekolah kerja ini menurut G. Kerschensteiner adalah:


 Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku
ataupun orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri

5
 Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu.
 Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam
mengabdi bagi negara.

Dengan banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, maka sekolah
kerja dibagi menjadi tiga golongan besar antara lain:
 Sekolah perindustrian seperti tukang cukur, tukang cetak, tukang kayu, tukang
daging, masinis, dll.
 Sekolah-sekolah perdagangan seperti makanan, pakaian, bank, asuransi,
pemegang buku, porselin, pisau, gunting, dll.
 Sekolah-sekolah rumah tangga bertujuan mendidik para calon ibu yang
diharapkan akan menghasilkan warga negara yang baik.

e. Model Pembelajaran Individual


Pembelajaran secara individual tampak pada perilaku atau kegiatan guru dalam
mengajar yang menitik beratkan pada pemberian bantuan dan bimbingan belajar kepada
masing-masing siswa secara individual.Susuan suatu tujuan belajar yang didesain untuk
belajar mandiri harus disesuaikan dengan karakteristik individual dan kebutuhan tiap
siswa. Bentuk-bentuk belajar mandiri antara lain adalah:
 Self instruction
 Independent study
 Individualized prescribed instruction
 Self pacet learning

Pada model pembelajaran secara individual, guru memberikan bantuan belajar


kepada masing-masing siswa sesuai mata peajaran yang diajarkan guru tersebut. Dalam
perilaku pembelajaan individual ini guru akan memberikan kesempatan dan keleluasaan
kepada masing-masing individu untuk dapat belajar sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.

Dalam pembelajaran secara individual, masong-masing siswa menyusun program


belajarnya sendiri, siswa mempunyai keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan
sendiri, mempunyai kedudukan yang bersifat sentral atau menjadi pusat pelayanan dalam
pembelajaran.Posisi guru dalam model pembelajaran individual adalah membantu siswa
membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa.

f. Model Pembelajaran Klasikalal


Pembelajaran klasikal mencerminkan kemampuan utama guru, karena
pembelajaran klasikal ini merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang tergolong

6
efisien pembelajaran secara klasikal ini memberi arti bahwa seorang guru melakukan dua
kegiatan sekaligus yaitu mengelola kelas dan mengelola pembelajaran.Pengelolaan kelas
adalah menciptakan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan
pembelajaran secara baik dan menyenangkan yang dilakukan didalam kelas diikuti
sejumlah siswa yang dibimbing oleh seorang guru.Dalam hal ini guru dituntut
kemampuannya menggunakan teknik-teknik penguatan dalam pembelajaran agar
keterlibatan belajar dapat diwujudkan.

Pengajaran klasikal dirasa lebih sesuai dengan kurikulum yang seragam, yang
dinilai melalui ujia yang seragam pula.Hasil penelitian J. H. Pestalozzi (1746-1827)
mengajarkan berbagai macam-macam mata pelajaran pertukaran disekolahnya.

g. Model Konstruktivis dalam Mengajar


Prinsip yang paling umum dan paling esensial yang dapat diturunkandari
konstruktivisme, ialah bahwa anak-anak memperoleh banyak pengetahuan di luar
sekolah, dan pebdidikan seharusnya memperrhatikan hal itu da menunjang proses
alamiah ini. Model konstruktivisme yang dikemukakan piaget ini memberi arahak kepada
guruuntuk membangkitkan kemampuan berpikir anak dalam belajar, adapun prinsip-
prinsip yang perlu diperhatikan ialah:
 Menyiapkan Benda-Benda Nyata untuk Digunakan Siswa
Berbuat pada benda-benda dan melihat bagaimana benda-benda itu
bereaksi.
 Memperhatikan Empat Cara Berbuat Terhadap Benda-benda
Berbuat terhadap benda-benda dan melihat bagaimana benda tersebut
bereaksi, berbuat terhadap benda-benda untuk menghasilkan suatu efek yang
diinginkan, menjadi sadar bagaimana seseorang menghasilkan efek yang
diinginkan, dan menjelaskan mengenai pendekatan ketika Piaget
mengemukakan bahwa disekitar umur 4 atau 5 tahun anak-anak dapat
melakukan banyak hal pada tingkat inteligensi praktis, tetapi mereka tidak
menyadari bagaimana menghasilkan sesuatu yang diinginkan itu.
 Memperkenalka Kegiatan
Menurut Susan Issacs (1946) kerangka ini merupakan koreksi terhadap ide
bahwa seorang anak takan akan pernah belajar jika ia tidak dibentak atau
dipukul.
 Menciptakan Pertanyaan, Masalah-masalah dan Pemecahannya
Perumus pertanyaan-pertanyan merupakan salah satu dari bagian-bagian
yang paling penting dan paling kreatif dari sains yang diabaikan dalam
pendidikan sains.
 Siswa Saling Berinteraksi

7
Menurut Piaget, pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk
perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara
langsung, perkembangannya dapat distimulasi oleh konfrontasi kritis,
khususnya dengan teman-teman setingkat.Adakalanya guru menganjurkan
para siswa untuk membandingkan berbagai gagasan.
 Hindari Istilah Teknis Tekankan Bepikir
Kerapkali kata-kata dan istilah-istilah teknis merintangi berpikir, oleh
karena itu guru hendaknya dapat membangkitkan gagasan-gagasan untuk
melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Adakalanya siswa-
siswa membandingkan hal-hal yang salah, walaupun mereka harus dianjurkan
untuk berpikir dengan cara mereka sendiri.
 Memperkenalkan Kembali Materi Kegiatan
Anak yang sama jika melihat mobil atau benda lain ataupun peristiwa,
tidak akan melihat kenyataan yang sama pada umur 6, 10, dan 14 tahun.
Alasannya karena anak yang lebih tua mengasimilasikan benda-benda
kedalam pengetahuan terstruktur yang lebih baik daripada anak yang lebi
muda.Jadi, menurut Piaget pengurutan ketat dari isi tidak perlu.

h. Model Pengembangan Sistem Pengajaran


 Merumuskan tujuan institusional khusus
 Pengembangan kegiatan pembelajaran
 Pelaksanaan
 Evaluasi kemajuan belajar

2.2 Pendekatan dalam Model Mengajar

2.2.1 Pendekatan Inquiry/Discovery atau Model Personal

Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek
dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai
kemampuan yang dimilikinya.Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan
sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan pemasalahan dengan bimbingan
guru.Peranan guru dalam pendekatan inquiry adalah pembimbing belajar dan fasilitator
belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu di lontarkan kepada kelas
untuk dipecahkan oleh siswa sendiri

Pendekatan inquiry dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut:

1. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk di ajukan kepada
kelas dan sesuai dengan daya nalar siswa.

8
2. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan
situasi belajar yang menyenangkan.
3. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup.
4. Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi.
5. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar.
6. Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.

2.2.2 Pendekatan Tingkah Laku (Behavioral Models)

Pendekatan ini menekakan pada teori tingkah laku sebagai aplikasi dari teori
belajar behaviorisme.Tingkah laku individu pada dasarnya dikontrol oleh stimulus dan
respon yang diberikan individu. Penguatan hubungan stimulus dengan respon
merupakan proses belajar yang menyebabkan perubahan tingkah laku. Teori ini dimulai
oleh Pavlov dengan teori klasikal conditioning, Throndike dengan teori instrumental
conditioning dan dikembangkan oleh Skinner dengan teori operant conditioning.
Paradigma utama dalam proses belajar adalah stimulus-respon. Dalam pendekatan ini
langkah guru dalam mengajar adalah:

1. Guru memberikan stimulus belajar pada siswa


2. Mengamati tingkah laku siswa dalam menanggapi stimulus yang diberikan
oleh guru
3. Memberi latihan-latihan kepada siswa dalam memberikan respon terhadap
stimulus
4. Memperkuat respon siswa yang dipandang paling tepat terhadap jawaban dari
stimulus

Tahapan instriksional ini mengacu pada tujuan intruksional, yaitu rumusan


pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang diharapkan dimiliki atau
dikuasai siswa.Untuk itu dalam penekatannya diperlukan adanya hubungan atau pertautan
antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.Dalam pendekatan tingkah
laku dimulai dari menyusun tahapan mengajar (strategi) yang digunakan dalam
pembelajaran. Strategi ini dimulai dari prainstruksioanl yaitu persiapan dan perencanaan
pembelajaran pada satu mata pelajaran yaitu bagaimana siswa dapat mengikuti pelajaran
dan apa saja yang mungkin dapat dilakukan sebelumnya sudah direncanakan dan
dipertimbangkan.

2.3 Menggunakan Berbagai Metode dalam Proses Belajar Mengajar

a. Model Mengajar Menggunakan Metode Ceramah

9
Ceramah adalah penuturan lisan dari guru kepada peserta didik, ceramah juga
sebagai kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata sering mengaburkan dan
kadang-kadang ditafsirkan salah.Peranan siswa dalam metode cerama adalah
mendengarkan dengan teliti mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh guru.
Agar ceramah itu menjadi metode yang baik yaitu dengan metode ceramah digunakan
jika jumlah khalayak cukup banyak, metode ceramah dipakai jika guru akan
memperkenalkan materi pelajaran baru, metode ceramah dipakai khalayaknya telah
mampu menerima informasi melalui kata-kata, dan ceramah diselingi oleh penjelasan
melalui gambar dan alat-alat visual lainnya.

b. Model Mengajar Menggunakan Metode Tanya Jawab (respons)


Pertanyaan merupakan pembangkit motivasi yang dapat merangsang peseta didik
untuk berpikir. Melalui pertanyaan peserta didik didorong untuk mencari dan
menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan. Dalam mencari dan menemukan itu ia
berpikir menghubung-hubungkanbagian pengetahuan yang ada pada dirinya dengan isi
pertanyaan itu. Jawaban yang segera dapat diperoleh jika isi pertanyaan banyak kaitannya
dengan pengetahuan yang ada pada dirinya.Jika jawaban yang diminta belum siap
dimilikinya, maka hal ini mendorong untuk menemukannya.Ia akan menjelajahi data-data
jawaban melalui berbagai cara yang tepat. Proses yang dilakukan adalah dengan
membaca, meneliti atau diskusi. Membaca informasi dari berbagai sumber adalah salah
satu teknik untuk menemukan jawaban. Penelitian di laoratorium, di lapangan, di
museum atau di tempat-tempat lainnya juga merupakan cara untukmenemukan jawaban.
Jika pencarian jawaban dilakukan melalui penelitian atau membaca informasi atau
berbagai sumber sebanyak-banyaknya maka guru telah berhasil mevciptakan suasana
belajar yang baik.Kegiatan belajar seperti ini sangat membantu dalam membin manusia
seutuhnya.

c. Metode Belajar Menggunakan Metode Diskusi


Diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat
yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis pemunculan ide-ide dan
pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam
kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk
mencari kebenaran. Manfaat diskusi yaitu peserta didik memperoleh kesempatan
berpikir, peserta didik mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, peserta didik belajar
bersikap toleran terhadap teman-temannya, diskusi dapat menumbuhkan partisipasi aktif
dikalangan peserta didik, diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dan dengan
diskusi pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat.

d. Model Mengajar Mengunakan Metode Demonstrasi


Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan
kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat
10
mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Dalam metode demonstrasi murid
mengamati dengan teliti serta dengan penuh perhatian dan partisipasi. Tujuan pengajaran
menggunakan metode demonstari adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu
peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh
siswa dalam pengajaran kelas.

Kelebihan dari metode ini ialah dapat membimbing peserta didik kea rah berpikir
yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. Sedangkan kelemahannya ialah
memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum.

e. Model Mengajar Menggunakan Metode Sosiodrama


Sosiodrama (role playing) berasal dari kata sosio dan drama.Sosio berarti sosial
menunjuk pada objeknya yatu masyarakat menunjukkan pada kegiatan-kegiatan sosial,
dan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Metode
sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan dan
mempertontonkan atau mendraamatisasikan cara tingkah laku dalam hubngan sosial. Jadi
sosiodrama adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat
tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu
masalah, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu
situasi sosial.

Kelebihan dari metode ini ialah bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa
yang baik agar mudah dipahami orang lain. Sedangkan kelemahannya ialahbanyak
memakan waktu, baik wakt persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran
maupun pada pelaksanaan pertunjukan.

f. Model Mengajar Menggunakan Metode Karyawisata


Karyawisata (field trip) ialah pesiar (ekskursi) yang dilakukan oleh para peserta
didik untukmelengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari
kurikulum sekolah. Kendati pun karyawisata menurut Rusyan (1993:82) banyak memiliki
nilai non akademis, tetapi tujuan umum pendidikan dapat dicapai, terutama mengenai
wawasan dan pengalaman tentang dunia luar seperti kunjungan ketempat-tempat situs
bersejarah, museum, peternakan yang sistematis, dan sebagainya.

Kelebihan dari metode ini yaitu anak didik dapat menghayati pengalaman-
pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan.Sedangkan
kelemahannya yaitu memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.

g. Model Mengajar Menggunakan Metode Kerja Kelompok

11
Istilah kerja kelompok dipakai untuk merangkum pengertian dimana anak didik
dalam satu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, untuk mencari satu
tujuan pelajaran yang tentu dengan bergotong royong.

Kelebihan dari metode ini ialah membiasakan siswa bekerja sama menurut paham
demokrasi, memberikan kesempatan kepada mereka untukmengembangkan sikap
musyawarah dan bertanggung jawab. Sedangkan kelemahannya ialah dalam belajar
bersama kadang-kadang tidak terkendali sehinggga menyimpang dari rencana yang
berlarut-larut.

h. Model Mengajar Menggunakan Metode Latihan


Metode latihan (drill) atau metode training merupakan suatu cara mengajar yang
baik untuk menanamkan keiasaan-kebiasaan tertentu. Metode latihan pada umumnya
digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah
dipelajari.

Kelebihan dari metode ini ialahpemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak


memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya.Sedangkan kelemahannya ialah
dapat menimbulkan verbalisme karena murid-murid lebih banyak dilatih menghapal soal-
soal dan menjawabnya secara otomatis.

i. Model Mengajar Mengguakan Metode Pemberian Tugas


Tugas yang diberikan oleh gurudapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat
pula mengecek bahan yang telah dipelajari.Tugas tersebut merangsang anak untuk aktif
belajar baik secara individual maupun kelompok.

Kelebihan dari metode ini ialah siswa berkesempatan memupuk perkembangan


dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri. Sedangkan
kelemahannya ialah seringkali siswa melakukan penipua diri di mana mereka hanya
meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mengalami peristuwa belajar.

j. Model Mengajar Menggunakan Metode Eksperimen


Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
tentang suatu objek, serta mengamati keadaan atau proses sesuatu.

Kelebihan dari metode ini ialah dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan
studi eksploratori tentang sains dan teknologi.Sedangkan kelemahannya ialah sangat
menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir.

12
2.4 Strategi Dalam Mengajar

a. Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar


Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak
dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan.Dikaitkan dengan belajar
mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Newman dan Mogan, strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah
masing-masing yaitu:
 Mengidentifikasi, menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah
laku kepribadian peserta didik yang bagaimana yang diharapkan.
 Memilih sistem pendidikan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
 Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat, efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para
guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
 Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriterian dan
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.

b. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar


Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan.Tujuan itu
bertahap dan berjenjang, mulai dari yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan
pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran umum, tujuan kurikuler, tujun nasional,
sampai pada tujuan yang bersifat universal. Belajar mengajar selaku suatu sistem
instruksional mengacukepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling
bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem belajar mengajar
meliputi sejumlah komponen antara lain tujuan pelajaran, bahan ajar, siswa yang
menerima pelayanan belajar, guru, metode dan pendekatan, situasi, dan evaluasi
kemajuan belajar.

c. Tahapan Mengajar
Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi
mengajar yaitu tahapan mengajar, penggunaan model atau pendekatan mengajar, dan
penggunaan prinsip mengajar. Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar
yaitu:

1) Tahap Praintruksional

13
Tahap ini adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses
belajar dan mengajar. Kegiatannya yaitu sebagai berikut:
 Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa saja yang tidak
hadir.
 Bertanya kepada siswa.
 Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas.
 Member kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
 Mengulang kembali bahan pelajarandebelumnya.

2) Tahap Instruksional
Tahap ini adalah tahap pengajaran atau tahap inti yakni tahapan memberikan
bahan pengajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Kegiatannya yaitu
sebagai berikut:
 Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
 Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari
sumber buku yang telah disiapkan sebelumnya.
 Membahas poko materi yang telah dituliskan tadi.
 Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-
contoh konkret.
 Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan
setiap pokok materi.
 Menyimpulkan hasil pembahasan pokok dari materi.

3) Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut


Tahap ini adalah tahap penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan
pembelajaran.Tujuan tahapan ini ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dari tahap instruksional. Kegiatannya yaitu sebagai berikut:
 Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa siswa
mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahap
instruksional.
 Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa
kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang
belum dikuasai siswa.
 Memberikan tugas pekerjaan rumah.
 Akhiri pelajaran dengan menjelaskan pokok materi yang akan dibahas
pada pelajaran berikutnya.

Kedua tahap yang telah dibahas merupakan satu rangkaian kegiatan yang
terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat
mengatur waktu kegiatan secara fleksibel, sehingga kedua rangkaian tersebut diterima
secara utuh oleh siswa.
14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

15
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa
senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam
mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran
sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.Model-model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada
penerapannya dikelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai
acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan
pelajaran kepada siswa untuk siswa mengerti.

3.2 Saran
Dengan mempelajari model-model pembelajaran, maka harus diterapkan guna
tercapainya proses pembelajaran yang aktif.

DAFTAR PUSTAKA

Sagala, syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

16
17

Anda mungkin juga menyukai