PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
CAHYALTI DIK 19 A
(2193121046)
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya harapkan
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang bersangkutan dalam
pembuatan makalah ini. Semoga Allah senantiasa memberkati segala usaha yang kita lakukan.
Amin.
Medan,Maret 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang CBR
Psikologi pendidikan merupakan bahan ajar yang dapat digunakan untuk membantu
untuk mengembangkan kompetensi pedagogik bagi profesinal guru, terutama dalam
menguasai konsep untuk memahami perilaku dan proses kognitif di dalam proses
belajar dan pembelajaran. Kompetensi ini dibangun melalui proses belajar, sehingga
hasilnya diperoleh berupa pembaharuan pengetahuan, kemampuan untuk mengemas
perasaan, pembahasan sikap, kecakapan dalam bertindak dan tumbuhnya kesadaran
untuk bertanggung jawab.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi Pendidikan", Untuk memperluas wawasan
dan pengetahuan tentang psikologi pendidikan dan untuk mengetahui kelemahan dan
kelemahan buku utama dan buku pembanding.
Buku Pembanding 1
1. JUDUL : Strategi Belajar Mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. RINGKASAN BUKU UTAMA
Bab I : Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Kejiwaan
Psikologi berasal dari 2 kata bahasa yunani, yaitu psyche yang bebarti jiwa dan logos yang
berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa. Pada umumnya para ilmuan
membagi psikologi menjadi 2 golongan, yaitu: Psikologi Metafisika, yang menyelidiki hakekat
jiwa. Psikologi Empiri, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan
menggunakan pengamatan, percobaan dan pengumpulan berbagai macam datayang ada
hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.
Adapun mengenai pendidikan ada beberapa pendapat yang dituliskan diantaranya adalah
bahwa pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan. Sehingga psikologi pendidikan dapat didefenisikan ilmu pengetahuan yang
menyelidiki gejala-gejala kejiwaan individu atau tingkah lakunya di dalam situasi pendidikan.
Pada dasarnya ilmu jiwa pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus
mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses
pendidikan yang meliputi tingkah laku belajar, tingkah laku mengajar, dan tingkah laku belajar
mengajar. Inti persoalan psikologi pendidikan dengan tanpa mengabaikan psikologi guru
terletak pada siswa. Secara garis besar psikologi pendidikan banyak ilmuan membatasi dalam 3
pokok bahasan, yaitu pokok bahasan mengenai (1) belajar, (2) proses belajar dan (3) situasi
belajar.
Para pendidik diharapkan memiliki pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai
agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan
berhasil guna. Pengetahuan ini akan berguna mempelajari gejala kejiwaan anak, perkembangan
anak, minat dan bakatnya, cara belajar dan membimbingnya serta bagaiman mengawasi hasil
belajarnya yang tepat.
Menurut Lindgren manfaat psikologi pendidikan adalah untuk membantu para guru dalam
mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan prosesnya.
Sementara itu, Chaplin menitikberatkan manfaat psikologi pendidikan untuk memecahkan
masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara menggunakan metode-
metode yang telah disusun rapi dan sistematis. Dari dua macam pendapat tersebut, secara
umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara
pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan
prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dpat dijadikan landasan berpikir dan
bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar.
Dalam Bab ini dijelaskan dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan muncul pula
berbagai aliran psikologi pendidikan yaitu (1) psikologi behavoristik, (2) psikologi kognitif, (3)
psikologi humansitik. Dalam setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut, mulcullah
teori-teori tentang belajar, yaitu: Teori belajar psikologi behavioristik, yang berendapat bahwa
tingkah laku siswa merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkunganmereka pada masa lalu dan
masa sekarang dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Bahwa tingkah laku
manusia dikendalikan oleh ganjaran (reword) dan penguatan (reinforcement). Teori – teori ini
dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson dan Guthrie.
Teori belajar psikologi kognitif, yang berpendapat bahwa tingkah laku seseorang senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku
itu terjadi. Dalam situasi belajar seseorang terlibat langsung dalm situasi itu dan memperoleh
“insight” untuk pemecahan masalah. Insight itu sering dihubungkan dengan pernyataan
spontan seperti “aha”, “oh”, “I see now”. Teori – teori ini dipelopori oleh Gestalt, Mex
Wertheimer, Lewin, Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler.
Teori belajar psikologi Humanistis, yang orientasinya utamanya tertuju pada masalah
bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang
mereka hubungkan dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Tujuannya adalah untuk
membantu siswa mengembangkan dirinya, mengenal dirinya sendiri sebagai mausia yang unik
dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Ada dua bagian kondisional pribadi manusia baik secara jasmaniah maupun secara rohaniah,
yaitu (1) bagian pribadi materil yang kuantitatif dan (2) bagian pribadi fungsional yang kualitatif.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil sesuatu sebagai
akibat dari adanya pengaruh lingkungan, sedangkan bagian pribadi fungsinal yang kualitatif
mengalami perkembangan.
1. Pertumbuhan
2. Perkembangan
Setiap individu lahir dengan membawa hereditas tertentu, ini berarti bahwa karakteristik
individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya dan selebihnya dari nenek dan
moyangnya. Warisan atau keturunan memiliki peranan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Para ahli meyakini bahwa hokum mendel mengenai pewarisan sifat
berlaku juga untuk manusia.
Secara fisiologis, lingkugan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh
seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, system saraf, darah, kelenjar-kelenjer indoktrin dan
lain-lain. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima individumulai
sejak dalam konsesi kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya berupa sifat-sifat gen,
selera, keinginan, minat, emosi, perasaan, kebutuhan, kapasitas intelektual, dan lain-lain.
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak mengembangkan potensinya
semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat menguntungkan bagi anak maupun
bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat untuk mencari sumber
“bekal” yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua memandang sekolah sebagai
tempat dimana anaknyaakan mengembangkan kemampuannya. Bimbingan merupakan
sebagian dari pendidikan yang menolong anak mengenal diri serta kemampuannya dan juga
dunia di sekitarnya.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang inteligensi yaitu (1) teori “uni-factor”,
yaitu yang memandang bahwa inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum, (2)
teori “two factor”, yaitu teori inteligensi yang dikembangkan berdasarkan suatu factor
mental umum yang diberi kode “g” serta factor-faktor spesifik yang diberi tanda “s”, (3)
teori “multi-factor”, yaitu bahwa inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural
antara stimulus dan respon, (4) teori “ primary-mental-abilities”, yang menjelaskan bahwa
inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan pribadi / kemampuan primer (5) teori
“sampling”, yaitu teori yang menjelaskan bahwa inteligensi merupakan berbagai
kemampuan sampel.
Dari uraian pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan
perubahan; dalam tingkah laku, yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, relative mantap,
dan perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah/berpikir keterampilan, kecakapan,
kebiasaan atau sikap.Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama
yang bertalian dengan pemecahan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah (1) sikap,
(2) inhibisi, (3) apresiasi, (5)tingkah laku afektif. Selain itu juga dijelaskan tentang aktivitas
belajar yang meliputi mendengarkan, memandang, meraba, membau dan mencicipi, menulis
dan mencatatnya, (6) membaca, (7) membuat iktisar atau ragkuma, (7) mengamati table-tabel,
digram dan bagan, (8) menysun kertas kerja,paper danlain-lain.
Keanekaragaman jenis belajar muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan-
kebutuhan kehidupan manusia yang bermacam-macam. Tipe-tipe belajar tersebut antara laian:
(1) belajar abstrak, (2) belajar keterampilan, (3) belajar social, (4) belajar pemecahan masalah,
(5) belajar rasional, (6) belajar kebisaan, (7) belajar apresiasi dan (8) belajar pengetahuan
Aktivitas belajar setiap individu tidak selamanya berlangsung secara wajar. Dalamm keadaan
siswa tidak dapat belajar sebagimana mestinya disebut sebagai kesulitan belajar. Kesulitan
belajar dipengaruhi oleh: (1) factor dari diri manusia sendiri (fisiologi dan psikologi), (2) factor
eksternal (factor nonssial, dan (3) factor karena cacat tubuh, (4) factor keluarga
Beberapa gejala sebagai pertanda ada kesulitan belajar pada diri siswa adalah:
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan
B. Kekurangan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran