Anda di halaman 1dari 2

4. A.

Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukan bahwa bahasa Melayu sudah berubah menjadi bahasa
Indonesia. Pada masa itu terjadinya krisis terhadapan keberadaan bahasa Indonesia. Kaum penjajah
Belanda, berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia. Sehingga jumlah pakar bahasa Indonesia
sepakat untuk mengadakan Kongres I bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Surakarta (Solo) pada
tanggal 25-28 Juni 1938.

Dari hasil Kongres tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh kaum cendikiwan dan budayawan Indonesia saat itu.
Kongres ini berarti pula sebagai pencetus kesadaran akan perlunya pembinaan yang lebih mantap
terhadap bahasa Indonesia.

Peristiwa-peristiwa atau fase-fase penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia
menjadi bahasa nasional antara lain :

a)      Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober- 2 November 1954 salah satu
perwujudan tekat bangsa Indonesia untuk terus menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang
diangkat sebagai bahas kebangsaan dan di tetapkan sebgai bahasa Negara.

b)      Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia H.M. Soeharto, meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ( EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan
siding DPR yang dikuatkan pula dengan keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.

c)      Pada tanggal 13 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di
seluruh wilayah Indonesia ( Wawasan Nusantara).

d)     Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober- 2 November
1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam
rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke 50 ini. Selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan
dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia.

e)      Kongres bahasa Indonesia IV yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26 November 1983.
Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam
keputusannya disebutkan bahwa pembinaaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus di tingkatkan
sehingga amanat yang tercantum didalam Garis-garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada
semua warga Negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat
tercapai semaksimal mungkin.
f)       Kongres bahasa Indonesia ke V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober-3 November 1988. Dihadiri
kurang lebih tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, dan peserta tamu dari Negara
sahabat seperti Brunei Darusalam, Malaysia,Singapura ,Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ini
ditandatangani dengan dipersembahkan karya besar pusat pembinaandan pengembangan bahasa
kepada pecinta bahasa Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Indonesia

g)      Kongres bahasa Indonesia ke VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1993. Peserta
sebanyak 770 pakar bahasa Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei
Darusalam,Jerman, Hongkong,India, Italia,Jepang, Rusia, Singapura,Korea Selatan dan Amerika serikat.
Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia di tingkatkan
statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-undang Bahasa
Indonesia.

Pada tahun 1953 ,Kamus Bahasa Indonesia muncul untuk pertama kalinya disusun oleh
Poerwodarminta. Di kamus tersebut tercatat jumlah kata dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000
kata. Pada tahun 1976 Pusat Bahasa Indonesia menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia dan terdapat
penambahan 1.000 kata baru. Pada tahun 1980-an ketika terjadi peledakan ekonomi luar biasa, saat
produk asing berupa porperti masuk ke kantoran dan pusat pembelanjaan,banyak istilah asing masuk ke
Indonesia. Istilah asing banyak digunakan dan sehingga membuat Pemerintah menjadi khawatir. Pada
tahun 1955 terjadi perencanaan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Nama-nama gedung,
perumahan, dan pusat perbelanjaan yang menggunakan bahasa asing, diganti dengan menggunakan
bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai