Anda di halaman 1dari 2

Sekolah sebagai ruang reproduksi sumber daya manusia berperan penting dalam pembangunan

bangsa.Di lembaga pendidikan bernama “sekolah” lah banyak orang menggantungkan masa
depannya.Dengan demikian sekolah haruslah mampu membangun harapan masa depan yang
cerah bagi peserta didik, agar memiliki motivasi dan pandangan hidup yang barbasis pada
“culture of hope” positif untuk menjalankan kehidupan selanjutnya. Sekolah diharapkan dapat
“membaca” masa depan di mana para siswa nantinya mampu berperan di masyarakat, sehingga
apa yang ditanamkan saat ini memiliki dampak positif bagi kebermanfaatan siswa di masa
mendatang.
Penguatan literasi, penguatan karakter, sesuai dengan Konsep Merdeka Belajar yang di gaungkan
oleh Mas Mentri Nadiem, hal ini sejalan dengan harus dimilikinya kemampuan 4 C (creativity,
critical thinking, collaboration, and communication) yang di paparkan oleh Anies baswedan, ke
dua hal ini dapat dijadikan barometer bagi sekolah agar dapat menghasilkan generasi yang siap
menghadapi masa depan.
Dalam konteks pendidikan moral di sekolah, agar pendidikan moral tidak terjebak ke dalam
proses indoktrinasi, pendidikan moral perlu menumbuhkan sikap kritis dan reflektif dalam diri
anak. Pendidikan moral perlu memuat pendidikan nurani dan melatih anak berkomitmen
menghayati nilai-nilai moral yang telah dikenal dan disadari pentingnya itu. Di sini, pelatihan
moral menjadi penting untuk membentuk sikap hati dan melatih kehendak anak untuk
membiasakan diri bertindak sesuai dengan prinsip, norma, dan aturan moral yang berlaku dalam
masyarakatnya. Pendidikan moral mesti mengolah dimensi kognitif, afektif, dan konatif secara
balance dan elegan.
Hal lain yang sangat penting untuk mendukung kesuksesan praktik pendidikan moral di sekolah
adalah keteladanan dari para pendidik dan pemberian semangat bahwa dengan pendidikan,
mereka dapat menata masa depan yang lebih baik lagi.

1. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang
utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara
keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat. Karena bagi individu,
pendidikan memiliki fungsi:
Ø Sebagai sarana untuk mengembangkan potensi yang dibawa sejak lahir. Melalui
pendidikan seseorang akan dapat mengasah bakat bawaannya. Orang yang cerdas adalah
orang yang memiliki bakat cerdas dan bakat cerdasnya tersebut telah terasah melalui
proses yang disebut dengan pendidikan. Demikian halnya dengan orang yang terampil
dalam bidang tertentu, ia menjadi terampil bukan semata-mata karena bakat, melainkan
bakat yang dibawa sejak lahir tersebut telah diasah melalui latihan, dimana latihan
merupakan bagian dari pendidikan.
2. Berkaitan dengan hal tersebut maka para pengelola pendidikan – khususnya guru dan
kepala sekolah – harus mampu memfasilitasi kegiatan belajar para siswa, sedemikian
rupa sehingga para siswa dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya masing-masing
semaksimal mungkin dan berupaya mengantarkan mereka untuk menjadi individu yang
bermartabat yang dapat keluar dari jerat kemiskinan.
3. Sebagai sarana untuk mengubah perilaku. Perilaku merupakan representasi dari fikiran
dan perbuatan seseorang. Seseorang akan dikatakan berperilaku baik jika fikiran dan
perbuatannya baik. Pendidikan memiliki peran penting dalam mengubah perilaku
seseorang dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Melalui pendidikan yang baik
seseorang akan dilatih untuk hanya berfikir dan berbuat hal-hal yang prositif, oleh karena
itu pendidikan memiliki arti yang sangat penting dalam mengubah perilaku seseorang.
Implikasinya adalah bahwa para pengelola dan pelaksana pendidikan harus mampu
memfasilitasi peserta didik agar dapat memiliki perilaku yang baik. Adapun wujud
fasilitasi yang dapat dilakukan oleh guru dan kepala sekolah adalah melalui keteladanan
dan pembiasaan.
4. Sebagai sarana untuk mengembangkan fisik, mental dan sipiritual seseorang. Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang dapat memfasilitasi perkembangan fisik, mental dan
spiritual peserta didik secara seimbang. Dengan demikian, kepala sekolah dan guru
dituntut untuk dapat mendidik para peserta didik bukan saja dari sisi kemampuan
intelektualnya saja, melainkan mereka harus dapat membimbing para siswa untuk dapat
mengembangkan fisiknya dan ketajaman sipiritualnya, diantaranya dengan memberikan
ruang belajar, tempat bermain, sarana bersosialisasi, fasilitas dan pembiasaan untuk
beribadah dan lain-lain, yang memadai.
5. Sebagai sarana untuk mempersiapkan masa depan. Melalui pendidikan yang baik, yang
dapat mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal, baik intelektual,
psikomotorik maupun spiritualnya, akan memungkinkan bagi peserta didik untuk lebih
siap dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, guru dan kepala sekolah harus
dapat memfasilitasi peserta didik dengan pendidikan berupa bekal kecakapan hidup.
6. Membantu seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Orang yang
terdidik dengan baik(bedakan dengan berpendidikan tinggi), akan memungkinkan
baginya untuk memiliki kemampuan adaptasi terhadap perubahan yang lebih baik
dibandingkan dengan orang yang tidak terdidik, karena kemapuan intelektual dan
kecakapan hidupnya memungkinkan bagi dirinya untuk dapat memecahkan persoalan-
persoalan yang dihadapinya. Implikasinya bagi para guru dan kepala sekolah adalah
bahwa sudah selayaknya kegiatan pembelajaran senantiasa diarahkan kepada pendekatan-
pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk berlatih memecahkan
permasalahan, seperti pembelajaran dengan pendekatan problem based learning, project
based learning, product based learning, discovery learning dan inquiry learning.

Anda mungkin juga menyukai