MEMPRODUKSI IKLAN”
Disusun oleh :
153170072
Jl. Babarsari Jl. Tambak Bayan No.2, Janti, Caturtunggal, Kec. Depok,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
BAGAIMANA BIRO IKLAN MEMPRODUKSI IKLAN
Tidak banyak biro iklan di Indonesia yang memiliki deoartemen ini. Biasanya
mereka meminta bantuan pihak ketiga untuk melalukan riset dan monitoring bagi
upaya kampanye periklanannya. Ini bisa dipahami karena biaya untuk pekerjaan
riset dan pemantauan ( monitoring ) ini tergolong mahal dan sistem kerjanya
menggunakan metodologi yang melibatkan sumber daya manusia yang terlatih
secara khusus.
Departemen ini memastikan kerja tiap departemen lain dengan klien maksimal dan
lancar.
1.6 Subdepartemen Bagian Produksi ( Production Departement )
Bagian produksi yang berada dibaah departemen Kreatif, ada juga yang dibawah
departemen Keuangan. Tugasnya tentu saja sebagai kepanjangan tangan dari
departemen kreatif. Tidak semua pekerjaan kreatif dikerjakan sendiri oleh
Departemen Kreatif. Bahkan lebih banyak yang memerlukan pihak ketiga, seperti
perusahaan percetakan untuk barang-barang cetakan yang tidak untuk dipasang di
media cetak, seperti brosur, pamflet, leaflet, Company Profile, Annual Report, dan
lain sebagainya.
Klien merupakan nyawa dari biro iklan yang dipengaruhi oleh 2 faktor :
1. Ada tidaknya kepercayaan klien pada kemampuan dan “integritas” biro iklan
tersebut sebagai mitra kerja dalam upaya pemasaran dan periklanan produk-
peroduknya.
2. Tersedia atau tidaknya dana promosi yang cukup di pihak klien untuk membuat
iklan. Dana tersebut yang nantinya akan diolah dan memberikan presentase
keuntungan bagi biro iklan untuk menjalankan bisnis.
Dengan demikian perusahaan iklan akan berusaha mencari banyak klien dengan
dana promosi yang besar untuk menjamin kelangsungan hidup biro iklan tersebut.
Media Cetak :
- Informasinya berupa umum dan bisa juga khusus seperti majalah profesi,
bulletin keilmuan,dsb)
- Sasaran atau pembaca harus aktif dengan kata lain mau membaca
Kelebihan :
Kekurangan :
Iklan itu bagus bila headline dan visualnya terpadu (integrated), merupakan
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Artinya, bila sudah dikatakan (dalam
headline) tidak perlu digambarkan (dalam visual). Begitu juga sebaliknya headline
dan visual harus saling mendukung.
- Pernyataan (statement)
- Membangkitkan rasa keingintahuan atau membuat penasara (curiosity)
- Pertanyaan (question)
- Menggoda (intriguing)
- Mengejutkan (shocking)
- Retorika (rhetoric)
- Bujukan (perusasion)
- Dll
Advertorial adalah iklan, namun ditulis dengan gaya editorial. Isi pesan dan
gaya tulisanya lebih serius. Untuk meningkatka kepercayaan terhadap apa yang kita
paparkan dalam advertorial, sebaiknya kita menampilkan angka-angka hasil riset,
statistik, reference ilmiah, makalah yang ditulis oleh seorang atau lembaga
profesional di bidang yang berkaitan.
Dalam menyunting naskah buatlah naskah itu menjadi lebih sederhana agar
lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan. Hindarkan menulis angka
dalam teks. Jangan tulis ½ tapi tulis “setengah”.
BAB 10
MENCIPTAKAN KONSEP KREATIF
BAB 11
POSITIONING
BAB 12
MERUMUSKAN STRATEGI KREATIF
BAB 13
EKSEKUSI KONSEP KREATIF
c. Membuat Baseline
setelah mencantumkan headline, visual, dan bodycopynya serta
ukuran sesuai ketentuan dari bagian media, jangan lupa mencantumkan oleh
siapa pesan iklan itu disampaikan. Memang ada kalanya klien merasa tidak
perlu mencantumkan nama perusahaannya. Dia merasa cukup dengan
mencantumkan nama atau merek produk saja. Namun, adakah hal-hal
khusus atau mandatory yang wajib digunakan sebagai identitas pengirim
pesan tersebut? Merek atau brand sudah tentu harus disebutkan dalam
headline atau bodycopy, bahkan dalam visualnya. Jika mau diulangi dalam
baseline, boleh-boleh saja dan hal-hal ini biasanya dicantumkan dibagian
paling bawah dari sebuah iklan. Bila ada logo atau slogan untuk produk atau
perusahaan produsennya, di baseline inilah tempatnya. Baseline ini bisa
diumpamakan tanda tangan atau signature dari sebuah iklan. Seperti halnya
merek, logo, dan slogan ini biasanya sudah dibakukan oleh produsen dan
tidak boleh diubah-ubah, baik bentuk, tipe huruf, warna dan letak-letaknya.
d. Mandatory
mandataory dalam iklan adalah unsure-unsur yang harus selalu
tampil dalam iklan dan tidak boleh diubah, misalnya seperti merek dan
gambar produk, nama atau logo perusahaan aau prosuden, slogan, dan
sejenisnya. Seperti iklan IBM, typeface nya harus Bodoni dan tidak boleh
memakai missal nya tipe Helvetica, Garamond, atau yang lain. Oleh karena
itu, dalam membuat iklan untuk produk-produk yang sudah menduinia,
seperti IBM, coca cola, Mitsubishi, Mobile Oil, dan sebagainya, kita harus
memperhatikan komunikasi pemasaran, khususnya periklanan, mandatories
ini biasanya telah dibakukan oleh klien dalam buku panduan yang biasa
disebut blue book.
e. Membuat Caption
Caption adalah tulisan pendek yang merupakan catatan atau
penjelasan singkat tentang gambar atau foto tamabahn (disamping visual
utama). Visual utama biasanya tidak memerlukan caption, karena visual
utama merupakan bagian integral dari headline. Jangan sekali-kali membuat
atau menunjukkan gambar tambahan atau sisipan atau insert tanpa
penjelasan atau caption, sebab dengan demikian informasi kita belum
lengkap. Kecuali bila gambar itu sudah begitu jelas dan “bicara sendiri”.
f. Penggunaan Model
Menggunakan model, khususnya selebriti atau public figure untuk
sebuah iklan, harus hati-hati, teruatam dalam iklan testimonial, selain
biayanya mahal, model bisa menjadi boomerang bagi kepercayaan
konsumen terhadap produk. Atau orang ingat dengan model nya tapi lupa
dengan produknya. Model juga bisa “membunuh” produk yang diiklankan.
Figure yang saat ini mempunyai nama dan reputasi baik, suatu waktu bisa
saja menjadi buronan polisi. Atau, justru orang tidak percaya bahwa model
tersebut menggunakan produk yang diiklankan. Fungsi model hanyalah
sebagai endorser bagi sebuah pesan iklan. Jangan lupakan factor
believability.
Dalam memilih model harus diperhatikan bagian mana dari
tubuhnya yang akan ditonjolkan. Bila tangannya akan memegang produk
dan diambil secara close up, telitilah tangan dan jari-jarinya. Kalau ada pose
atau acting tertentu, khusunya untuk iklan televise, mintalah model itu
berakting sesuai script yang kita buat. Hal-hal tersebut bisa kita lakukan
pada waktu casti8ng, yaitu tahap pencarian dan pemilihan model, khususnya
untuk iklan audio visual.
b. Pre-Production
Storyboard harus didiskusikan dlam pertemuan dengan tim dari
production house, terutama dengan film director. Pertemuan semacam ini
disebut pre production meeting. Dalam pre-pro meeting, tim kreatif iklan
menjelaskan secara rinci storyboard , khususnya konsep kreatifnya,
sekaligus meminta film director untuk meminta komentar dan membuat
shooting treatment, yaitu penjelasan secara teknis bagaimana film itu mau
dibuat. Biasanya menulis treatment, film director juga menyertakan
shooting board, yaitu penjelasan teknis frame by frame mengenai
pelaksanaan shooting yang akan dilakukannya. Dalam memberi penjelasan
teknis, film director atau sutradara biasa menggunakan istilah-istilah
sinematografis, seperti MS ( Medium Shot), LS (Long Shot), CU (Close
Up), SCU (Super Close UP), TS (Tight Shot), Wide Angle, Aerial atau
Chopper Shot, Freeze Frame, dan banyak lagi.
c. Production
Tahap production adalah tahap diaman film itu dibuat, yaitu
shooting itu sendiri, inilah bagian tugas yang sangat menarik bagi tim
kreatif, sekalipun melelahkan, lebih-lebih bila shooting dilakukan di lokasi.
Keberadaan wakil agency. Yaotu creative director, copywriter, dan/atau art
director di lokasi atau studio adalah untuk mengantisipasi timbulnya
masalah atau mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
konsep kreatif yang sering diajukan oleh film director atau cameramen.
d. Post Production
Setelah selesai shooting, kita masuk kedalam tahap yang disebut
post production. Bila shooting dibuat dalam film 35mm atau celluloid, maka
sebelum dilakukan penyuntingan, film negatifnya harus diproses dulu
dilabolatorium film. Film hasil hooting pertama harus dipindahkan dulu ke
tape untuk dapat dikerjakan dikomputer telecine untuk color grading.
Editing yang pertama ini disebut offline editing yang pada dasarnya hanya
memilih dan menyusun gambar-gambar hasil shooting sesuai dengan
ukuran storyboard, serta rekayasa sederhana dan penyesuaian warna pada
gambar hasil shooting. Jenis computer yang biasa dipakai untuk offline
editing adalah avid computer. Sedangkan untuk online editing, yaitu untuk
merekayasa gambar, ada bermacam-macam. Kita bisa memilihnya sesuai
keperluan atau jenis film yang kita buat.