DIABETES MELLITUS
Disusun Oleh:
P17211174034
JURUSAN KEPERAWATAN
April 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA
DIABETES MELLITUS
A. Konsep Keluarga
I. Definisi Keluarga
Menurut UU No.10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami – istri, atau suami – istri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Sedangkan menurut WHO, keluarga adalah
anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau
perkawinan. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling berbagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional,
serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman,
2010).
Menurut Sudiharto (2012), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan. Sedangkan menurut Harmoko (2012),
keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
sama lain.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit
terkecil yang berupa dua atau lebih individu yang terdiri dari kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disatu atap yang tergabung karena
adanya ikatan berupa hubungan darah, perkawinan, atau adopsi untuk saling berbagi
pengalaman dan melakukan pendekatan emosional serta mengidentifikasikan diri
sebagai bagian dari anggota keluarga yang selalu berinteraksi satu sama lain.
A. Konsep Medis
I. Definisi
Menurut Kemenkes RI (2019), menyebutkan bahwa diabetes mellitus atau
yang biasa disebut kencing manis merupakan penyakit gangguan metabolik menahun
akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif.
Diabetes mellitus juga disebut sebagai suatu keadaan dimana didapatkan
peningkatan kadar gula darah yang kronik sebagai akibat dari gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan kekurangan hormon insulin.
Sedangkan menurut Wabster Gandy (2019), menyebutkan diabetes mellitus
merupakan gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia kronik dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat kerusakan sekresi
insulin.
Sehingga dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa diabetes mellitus
merupakan penyakit sistemik dimana ditandai dengan kadar gula darah tinggi
atauhiperglikemi, disebakan kerusakan sekresi insulin, kegagalan fungsi insulin, atau
keduanya yang mengganggu metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
Menurut American Diabetes Association (2009), diagnosis diabetes mellitus
dapat diperoleh dari hasil pemeriksaan gula darah, sebagai berikut :
1. Kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl.
2. Kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl
3. Kadar gula darah ≥ 200 mg/dl pada 2 jam setelah beban glukosa 75 gr pada tes
toleransi glukosa.
II. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association (2009), diabetes mellitus terbagi
menjadi empat, diantaranya adalah :
1. Diabetes Mellitus Tipe I
DM tipe I merupakan kondisi dimana tubuh tidak memiliki insulin (kegagalan sel
beta dalam pankreas memproduksi insulin). Pasien – pasien ini tergantung pada
insulin yang diberikan melalui suntikan. Diabetes jenis ini umumnya diderita
sejak awal kehidupan (anak – anak ataupun remaja). Jika mereka tidak mendapat
insulin dari luar maka akan berisiko diabetes ketoasidosis.
2. Diabetes Mellitus Tipe II
DM tipe II adalah kondisi medis ditandai dengan ketidakcukupan atau gangguan
fungsi insulin. Insulin sendiri berfungsi sebagai pengatur glukosa. DM tipe II ini
sering ditemukan pada orang – orang yang kelebihan berat badan karena kadar
lemak tinggi terutama pada daerah perut.
3. Diabetes Mellitus Kehamilan (Gestasional)
DM kehamilan adalah keadaan intoleransi terhadap glukosa yang terjadi selama
kehamilan. Anak yang dilahirkan dari ibu yang menderita DM gestasional
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami obesitas dan diabetes saat dewasa.
Hal ini karena bayi dari ibu mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang
pertumbuhan bayi dan makrosomnia.
4. Diabetes Mellitus Tipe Lain
Pada diabetes tipe lain, individu mengalami hiperglikemia yang disebabkan
kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit
chusing akvomegali), penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta
(dilantin), penggunaan obat yang mengganggu kerja insuin, dan infeksi sindrom
genetik.
III. Patofisiologi
A. Etiologi
Etiologi pada penyakit diabetes mellitus terbagi menjadi dua, yaitu
diabetes mellitus tergantung insulin dan diabetes tidak tergantung insulin.
1. Diabetes mellitus tergantung insulin
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya
diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang
memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi Pada diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah – olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β
pancreas.
2. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, adalah :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun).
b. Obesitas.
c. Riwayat keluarga.
d. Kelompok etnis.
Produksi Antibodi oleh sel Beta Retensi Urin Terjadi Kelainan Ikatan
dengan Reseptor
Terbentuk Ikatan HLA (Human Leukosit Intrinsik
Antigen) dan Diabetes Mellitus Tipe I
Ikatan Abnormal antara Komplek
Memberi Kode pada Protein dalam Reseptor Insulin dan Sistem
Interaksi Monosit Limfosit Transpor Glukosa
Diabetes Mellitus
Hiperglikemia Berat
V. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian hiperglikemik oral maupun injeksi.
2. Pemberian Insulin, jika terdapat indikator sebagai berikut :
Ada penurunan berat badan secara drastic.
Hiperglikemi berat.
Munculnya ketoasidosis diabetikum.
Gangguan pada organ ginjal atau hati
3. Pembedahan
Pada penderita ulkus diabetes mellitus dapat juga dilakukan pembedahan
yang bertujuan untuk mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih
sehat, tindakan yang dilakukan antara lain :
Debridement adalah pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus
diabetikum.
Neucrotomi.
Amputasi.
B. Penetalaksanaan Keperawatan
1. Pengontrolan Diet
Diet yang diperoleh atau disarankan kepada pasien harus diperhatikan guna
tetap menjaga kestabilan gula darah.
2. KIE Latihan
Latihan pada penderita diabetes mellitus dapat dilakukan seperti olahraga
kecil, jalan – jalan sore, dan senam diabetik untuk mencegah ulkus.
Harapannya dengan adanya latihan ini sirkulasi darah ke ujung – ujung
bagian tubuh dapat terjangkau.
3. Terapi Insuin
Terapi insulin dapat diberikan setiap hari pada waktu sebelum makan dan
pada malam hari sebelum tidur.
4. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan dengan tujuan sebagai edukasi bagi
penderita ulkus diabetes mellitus agar pasien mampu mengetahui tanda gejala
komplikasi pada dirinya dan mampu menghindarinya.
5. Nutrisi
Nutrisi berperan penting terutama untuk penyembuhan luka karena asupan
nutrisi yang cukup mampu mengontrol energi yang dikeluarkan.
6. Stress Mekanik
Untuk meminimalkan derajat ulkus, modifikasi yang dapat dilakukan antara
lain bedrest dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan pemeriksaan dan
perawatan untuk mengetahui perkembangan penyembuhan luka.
7. Kolaborasi Tindakan Pembedahan
Pembedahan ini dilakukan jika terjadi luka yang berisiko menjalar ke jaringan
lain yang lebih sehat. Dalam pembedahan juga tergantung dari derajat luka,
yaitu :
Derajat 0, yaitu perawatan lokal secara khusus tidak dilakukan atau tidak
ada.
Derajat I – IV, yaitu dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis dan
dilakukan perawatan dalam jangka panjang sampai dengan luka terkontrol
dengan baik.
VI. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Data subjektif
a) Biodata :
Nama pasien, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pekerjaan, no. register, status pernikahan, pendidikan terakhir, alamat, agama,
dan TB/ BB.
b) Keluhan utama atau MRS
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan pasien sehingga
mendorong pasien untuk mencari pertolongan medis.
c) Riwayat penyakit sekarang
Menggambarkan keluhan saat dilakukan pengkajian serta menggambarkan
kejadian sampai terjadi penyakit saat ini, dengan menggunakan konsep PQRST.
d) Riwayat penyakit dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu, apakah pasien pernah menderita penyakit yang
sama atau perlu dikaji apakah pasien pernah mengalami penyakit yang berat atau
suatu penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan
sekarang, misalnya hipertensi dan diabetes mellitus.
e) Riwayat alergi
Kaji dengan menggunakan genogram, adakah anggota keluarga yang mempunyai
penyakit serupa dengan pasien atau penyakit keturunan seperti hipertensi,
diabetes mellitus, stroke, dan penyakit jantung lainnya.
- Data objektif
a. Pengkajian ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure)
1. Airway (Jalan Nafas)
Prioritas intervensi tertinggi dalam primary survey adalah mempertahankan
kepatenan jalan nafas.
2. Breathing (Pernapasan)
Setelahh jalan nafas aman, breathing menjadi prioritas berikutnya dalam
primary survey. Fokusnya adalah pada aukskultasi bunyi nafas dan evaluasi
ekspansi dada, usaha respirasi, serta adanya bukti trauma dinding dada atau
abnormalitas fisik.
3. Circulation (Sirkulasi)
Intervensi ditargetkan untuk memperbaiki sirkulasi yang efektif melalui
resusitasi kardiopulmoner, kontrol perdarahan, akses intravena dengan
penatalaksanaan cairan, dan darah jika diperlukan dan obat – obatan.
4. Disability (Kemampuan)
Pengkajian disability memberikan pengkajian dasar cepat status neurologis.
Pengkajian tingkat kesadaran yang mengukur obyektif adalah GCS.
5. Exposure (Paparan)
Seluruh pakaian harus dibuka untuk memudahkan pengkajian menyeluruh.
Pada situasi resusitasi, pakaian harus digunting untuk mencapai akses cepat
ke bagian tubuh.
b. Keadaan Umum :
Keadaan umum adalah gambaran kondisi klien yang terobservasi oleh perawat
seperti tingkat ketegangan atau kelelahan, warna kulit, tingkat kesadaran
kualitatif maupun kuantitatif dengan penilaian skor Glasgow Coma Scale (GCS),
pola napas, posisi klien, dan respons verbal klien.
c. Tanda – Tanda Vital :
Pemeriksaan dilakukan mulali tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
d. Pemeriksan Head To Toe
e. Pemeriksaan penunjang :
Glukosa darah : meningkat 200 mg/dl atau lebih.
Keton : positif secara mencolok.
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 303 mosm/l.
Elektrolit : natrium dapat normal, meningkat atau menurun, kalium dapat
normalatau peningkatan semu selanjutnya kana menurun, fosfor lebih sering
menurun.
Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal yang
menandakan kontrol diabetes kurang selama 4 bulan terakhir.
BGA : menunjukkan pH rendah dan penurunan HCO (asidosis metabolik).
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi).
Ureum atau Kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau
penurunan fungsi ginjal).
Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (diabetes mellitus tipe I) atau
normal (diabetes mellitus II).
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah atau kebutuhan insulin.
Urine : gula dan aseton positif, berat jenis, dan osmolalitas meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. D.0027 Ketidakseimbangan kadar glukosa darah b.d. disfungsi pankreas d.d. kadar
glukosa darah rendah/ tinggi, gemetar, kesadaran menurun, berkeringat, jumlah urin
meningkat, mudah lelah, mengeluh lapar, haus meningkat, dan mulut kering.
b. D.0111 Defisit pengetahuan b.d. kurang terpapar informasi d.d. menunjukkan
perilaku tidak sesuai, menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, dan menunjukkan
perilaku berlebihan.
c. D.0115 Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d. kompleksitas program
perawatan/ pengobatan d.d. gejala penyakit anggota keluarga memberat, aktivitas
keluarga dalam menangani masalah kesehatan tidak tepat, dan gagal melakukan
tindakan untuk mengurangi faktor resiko.
3. Rencana Keperawatan
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2019. Pharmaceutical Care Untuk
Penyakit Diabetes Mellitus. Departemen Kesehatan RI.
Guyton A.C., Hall J.E. 2017. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.