Anda di halaman 1dari 3

Adelia Prasanti

Nim 1201419081

MKU Pendidikan Pancasila - Review Bab IV

PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR

KEHIDUPAN BANGSA

DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dalam pemaparan materi yang ada di bab empat, dijelaskan mengenai beberapa hal tentang Pancasila
sebagai nilai dasar, mulai dari pengertian nilai dasar secara umum, Pancasila sebagai nilai dasar dan
makna yang terkandung di dalamnya, serta bagaimana Pancasila sebagai sistem filsafat.

Dimulai dengan kalimat berupa pendapat dari tokoh tentang pengertian nilai secara umum. Menurut
Notonagoro, nilai merupakan suatu kualitas yang melekat pada suatu hal (objek) sehingga halnya
mengandung harga, manfaat atau guna. Disediakan juga contoh untuk memperjelas materi yang
dibahas, yaitu nilai material yang berupa "meja", sehingga meja itu mengandung nilai, mengandung
kualitas yang berupa manfaat. Dalam arti meja itu mengandung nilai manfaat atau berguna untuk
menulis, untuk tempat menaruh makanan, dan lain sebagainya. Kemudian dibahas secara singkat
mengenai pembagian nilai menjadi 3 (tiga) macam menurut Notonagoro, yaitu (a) nilai material: adalah
suatu nilai yang melekat pada hal benda atau objek materi sehingga mengandung manfaat bagi
manusia, (b) nilai vital: adalah suatu nilai yang dianggap sangat urgen oleh manusia, sangat penting bagi
manusia, (c) nilai kerokhanian: adalah suatu nilai yang sifatnya abstrak, namun sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia dalam membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pada sub pembahasan pertama mengenai nilai dasar. Disajikan kalimat bahwa nilai memiliki tingkatan
tertentu, dan sesuai dengan tingkatan itu disebut nilai dasar (nilai fundamental), nilai instrumental, dan
nilai praksis. Disebutkan bahwa nilai dasar adalah nilainyang mendasari nilai instrumental yang bersifat
sangat fundamental. Dengan pengertian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam konteks
kehidupan bangsa Indonesia nilai dasar Pancasila telah menjadi dasar, pandangan hidup, dan ideologi
bangsa, maka keberadaannya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan harus diyakini keberadaannya.

Sedangkan nilai instrumental merupakan manivestasi dari nilai dasar, dan ini berupa pasal-pasal UUD
1945, perundang-undangan, ketetapan-ketetapan, dan peraturan-peraturan lainnya yang berfungsi
menjadi pedoman, kaidah, petunjuk kepada masyarakat untuk mentaatinya. Serta nilai praksis
merupakan penjabaran dari instrumental dan nilai praksis ini berkaitan langsung dengan kehidupan
nyata yaitu suatu kehidupan yang penuh diwarnai oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Dalam sub bab kedua, dijelaskan bagaimana Pancasila sebagai nilai dasar dan apa saja makna yang
terkandung di dalamnya. Bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mengharuskan kita sebagai
bangsa untuk mentransformasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam sikap dan perilaku nyata baik dalam
perilaku hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menurut saya catatan terpenting disub bab
ini adalah Pancasila hanya sebuah nama tanpa makna, apabila tidak adanya transformasi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan nyata. Akibatnya Pancasila hanya dijadikan hiasan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Berikut ini adalah penjabaran transformasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan, yaitu:

1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa


Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan kebebasan kepada pemeluk agama sesuai
dengan keyakinannya, tak ada paksaan, dan anyara penganut agama yang berbeda harus
saling hormat menghormati dan bekerjasama. Sejalan dengan pasal 29 UUD 1945 ayat (2)
yang berbunyi "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
2. Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Yang perlu diperhatikan dan merupakan dasar hubungan semua unat manusia dalam
mewujudkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah, pengakuan hak asasi
manusia. Manusia harus diakui dan diperlakukan sesuai harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban
asasinya.
3. Nilai Persatuan Indonesia
Semua warga negara Indonesia baik yang asli maupun keturunan asing dan dari berbagai
suku bangsa dapat menjalin kerjasama yang erat dalam wujud gotongroyong, kebersamaan.
Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung adanya perbedaan-perbedaan yang mana harus
dapat menjadi daya tarik ke arah kerjasama, resultante/sintesa yang lebih harmonis. Hal ini
sesuai dengan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika"
4. Nikai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Himmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai sila keempat mengandung makna : suatu pemerintahaan rakyat dengan cara melalui
badan-badan tertentu yang dalam menetapkan sesuatu peraturan ditempuh dengan jalan
musyawarah untuk mufakat atas dasar kebenaran dari Tuhan dan putusan akal sesuai
dengan rasa kemanusiaan yang memperhatikan dan mempertimbangkan kehendak rakyat
untuk mencapai kabaikan hidup bersama.
5. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Makna yang terkandung dalam nilai sila kelima ini adalah, suatu tata masyarakat adil dan
makmur sejahtera lahiriah batiniah, yang setiap warga negara mendapat segala sesuatu
yang telah menjadi haknya sesuai dengan esensi adil dan beradab. Dalam wujud
pelaksanaannya adalah setiap warga harus mengembangkan sikap adil terhadap sesama,
menjaga keseimbangan, keserasian, antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak
orang lain.
Pada sub bab terakhir, disajikan penjelasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat. Dalam sub
tersebut dibagi menjadi tiga point penting yaitu:

1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus Subjectivus


Genetivus Objectivus artinya Filsafat Pancasila sebagai cabang filsafat, Pancasila dikaji dari
struktur ilmu filsafat. Sedangkan Pancasila sebagai Genetivus Subjectivus artinya Pancasila
dipergunakan sebagai sudut pandang kajian terhadap segala hal.
2. Pengertian Sistem dan Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat berarti bahwa Pancasila merupakan kesatuan pemikiran yang
mendasar yang membawakan kebenaran yang substansial atau hakiki. Dalam konteks
ontologis, Pancasila sebagai sistem filsafat bahwa keberadaan nilai-nilai Pancasika itu ada
dalam adat istiadat budaya dan religi bangsa Indonesia sejak dulu kala. Artinya mempunyai
kedudukan yang benar-benar kuat tak mudah digoyahkan. Dalam konteks epistemologis,
Pancasila sebagai sistem filsafat bahwa keberadaannya diproses dengan menggunakan metode
analitiko sintesa atau induksi (penyimpulan dari hal-hal khusus ke umum) oleh Notonegoro.
Dengan menggunakan metode ini menjadikan Pancasila dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah mempunyai sifat universal dan obyektif. Dalam konteks aksiologis, Pancasila sebagai
sistem filsafat mengandung nilai manfaat yaitu untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang
beraneka ragam suku bangsa, sebagai acuan moral bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dijadikan cita-cita bersama sebagai ideologi
bangsa dan negara. Dalam konteks antropologis, Pancasila sebagai sistem filsafat bertitik tolak
pada hakekat kodrat manusia yang "monopluralis" yaitu terdiri dari susunan kodrat monodualis
jiwa-raga; kedudukan kodrat monodualis makhluk berdiri sendiri-makhkuk Tuhan; sifat kodrat
monodualis makhluk individu sosial.
3. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Sebagai satu kesatuan yang utuh, berarti kelima sila dari sila I s/d sila V merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Memisahkan satu sila berarti menghilangkan arti Pancasila
itu sendiri. Ada hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, berarti sila I s/d sila
V ada hubungan keterkaitan dan ketergantungan yang menjadi lima sita itu bulat utuh.

Anda mungkin juga menyukai