Anda di halaman 1dari 46

i

MAKALAH
DEPRESI POSTPARTUM

Disusun Oleh :
RINA SETIANI NIM 2019082024034
AGUSTINA LALIN NIM 2019082024050

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Depresi Post Partum.

Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Diyah Astuti Nurfaizah


S.Kep.Ns.M.Kep selaku dosen mata kuliah ini dan juga kepada teman teman kami, tak
lupa kepada keluarga kami yang telah membantu sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah tersebut masih banyak kekurangan, karena nya
segala kritik dan saran sangat kami harapkan.

Jayapura, 8 Februari 2020

Penyusun

ii
iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................ii

BAB I

I. Latar Belakang...................................................................1
II. RumusanMasalah...............................................................2
III. Tujuan..............................................................................3
IV. Manfaat..............................................................................3

BAB I

I. Konsep Depresi.............................................................4
DefinisiDepresi….........................................................4
Jenis jenis depresi…………………………………………5
Etiologi Depresi……………………………………………7
Faktor pencetus depresi……………………………………9
Derajad depresi dan penegakan diagnosis………………..10
Penatalaksanaan depresi……………………………….....11
2. Konsep Postpartum......................................................14
Definisi Postpartum ……………………………..............14
Prubahan fisiologi postpartum…………………………... 15
Prubahan vulva vagina……………………………………16
Perubahan system pencernaan…………………………....16
Perubahan system perkemihan…………………………...17
Perubahan psikologi post partum ………………………..17
Tanda dan bahaya postpartum……………………………18
Perawatan postpartum…………………………………...19

iii
iv

BAB II

Konsep depresi postpartum………………………………21

Definisi depresi post partum…………………………………21

Batasan depresi postpartum…………………………………21

Etiologi depresi post partum…………………………….22

Patofisiologi depresi postpartum………………………..25

Pathway depresi postpartum……………………………..26

Manifestasi klinis depresi postpartum……………………27

Komplikasi depresi postpartum…………………………..29

Pemeriksaan diagnostic…………………………………..29

Penatalaksanaan………………………………………….30

Pengkajian………………………………………………..31

Diagnosa dan intervensi keperawatan……………………32

BAB III

Penutup…………………………………………………..40

Daftar Pustaka…………………………………………………….41

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Setiap manusia di dalam kehidupan nya tidak terlepas dari berbagai


masalah, baik yang sederhana sampai yang kopleks. Semua itu membutuhkan
kesiapan mental untuk menghadapi nya. Begitu pun dengan seorang ibu,
kehamilan dan melahirkan merupakan suatu peristiwa kompleks yang
berpengaruh, yang mana semua nya termasuk aspek fisik dan psikologial.
Perubahan ini dapat menyebabkan gangguan psikologis ibu, yang mana dapat
menjadi suatu depresi setelah melahirkan yang dinamakan depresi pasca
melahirkan atau yang di sebut depresi post partum.

Gangguan psikologis pasca melahirkan dapat bersifat ringan yang biasa di


sebut baby blues. Bila tidak di lakukan penanganan secara cepat dan tepat dapat
berlanjuut menjadi depresi post partum. Pada beberapa kasus dapat berkembang
menjadi psikosis post partum(Fairus dan Widiyanti,2014)

Depresi biasa nya terjadi saat stress yang di alami oleh seseorang yang tak
kunjung reda. Penggunaan koping emosional selama kehamilan telah di temukan
sebagai prediktor yang signifikan terhadap tingkat depresi selama kehamilan.
Strategi koping di pengaruhi oleh bebrapa aspek yang berbeda, seperti status
sosial ekonomi, gaya koping, optimisme, keterkaitan antar penyebab stress dan
pengendalian stressor(Monzani et al.,2015).Depresi post partum dapat terjadi
mulai dari setelah ,melahirkan sampai satu bulan sesudah nya, bahkan sampai satu
tahun(Muchange et al., 2017).

Selama periode pasca melahirkan,gangguan mood biasa di alami wanita


hingga 85%, meskipun hanya 10-15% ibu yang mengalami gejala klinis yang
signifikan(Sylven et al., 2017). Namun pada 10-15% ibu yang mengalaami gejala
lanjutan dan sampai memburuk di diagnosa menderita depresi pasca
persalinan(Cirik et al.,2016).

Menurut data dari WHO(World Health Organization,2017) jumlah total


orang yang hidup dengan depresi di dunia adalah 322 juta penduduk dan hampir

1
2

dari setengah ornag tersebut tinggal di wilayah Asia Tenggara dan wilayah Pasifik
Barat. Prevalensi depresi di wilayah Asia Tenggara yaitu sebesar 27%, sedangkan
di Indonesia prevalensi depresi sebesar 3,7% dan menempati urutan ke dua setelah
India sebesar 4,5%.

Menurut data dari Centres for Disease Control dari tahun 2004-2012
prevalensi depresi post partum sebesar 11,5% dari 27 negara(Rockhill et
al.,2017). Angka kejadian depresi post partum di Asia cukup tinggi dan bervariasi
antara 3,5% sampai 63,3%(Muhamad Yusuf et al., 2015). Prevalensi depresi post
partum di negara berpenghasilan menengah ke bawah yaitu dari1,9% sampai
82,1% dan di negara berpenghasilan tinggi yaitu 5,2% sampai 74% (Tikmani et
al., 2016).

Riwayat depresi, masalah pernikahan, kurangnya dukungan keluarga, stres


dan status sosial ekonomi yang rendah adalah prediktor yang paling menjadi
penyebab tinggi nya kejadian depresi postpartum (Cirik et al.,2016). Hubungan
perkawinan yang buruk, depresi prenatal, sakit pada anak, tingkat pendidikan
rendah, kehamilan tidak di inginkan, obesitas, riwayat depresi postpartum
sebelum nya, komplikasi selama kehamilan adalah merupakan faktor penentu
depresi postpartum (Tikmani et al., 2016).

Menurut Borra, Iacovou dan Sevilla, 2015 menyatakan bahwa depresi


postpartum memiliki dampak langsung pada ibu dan beresiko jangka panjang
terhadap kesehatan mental ibu. Selain itu juga memiliki dampak negatif terhadap
perkembangan fisik, sosial, dan kognotif pada anak.

Berdasarkan latar belakang itulah, penyusun merasa tertarik untuk


mengambil topik Depresi Post Partum.

2
3

II. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana konsep teori depresi ?


b. Bagaimana konsep teori post partum ?
c. Bagaimana konsep depresi post partum ?
d. Apa batasan depresi post partum ?
e. Bagaimanakah etiologi depresi post partum ?
f. Bagaimana patofisiologi depresi post partum ?
g. Apa saja manifestasi klinis depresi post partum ?
h. Apa saja kah pemeriksaan diagnostic pada depresi post partum ?
i. Apakah komplikasi pada depresi post partum ?
j. Bagaimana penatalaksanaan pada depresi post partum ?
k. Bagaimana kah asuhan keperawatan pada pasien depresi postpartum ?

III. TUJUAN

a. Mengetahui konsep teori depresi


b. Mengetahui konsep teori post partum
c. Mengetahui definisi depresi post partum
d. Mengetahui batasan depresi post partum
e. Mengetahui etiologi depresi post patum.
f. Mengetahui patofisiologi depresi postpartum
g. Mengetahui manifestasi klinis depresi postpartum
h. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada pasien post partum
i. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada pasien depresi post partum
j. Mengetahui penatalaksanaan pada depresi post partum
k. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien depresi post partum

IV. MANFAAT

a. Sebagai masukan untuk pertimbangan perlu nya diadakan penyuluhan


tentang depresi post partum
b. Sebagai pembelanjaran kepada mahasiswa agar mengetahui bagaimana
penanganan pagi pasien depresi post partum.

3
4

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. KONSEP DEPRESI
Definisi Depresi

Depresi merupakan suatu keadaan meluas nya perasaan tidak


berdaya, yang disebabkan kerena meningkat nya penekanan pada sendiri,
kemandirian, dan individualisme, serta menurun nya penekanan hubungan
pada hubungan dengan orang lain, keluarga dan agama. (Seligman, 2008).

Depresi adalah suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang


berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan
mental seseorang. Depresi juga merupakan suatu masa terganggunya
fungsi utama yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, anhedonia, rasa putus asa, rasa tidak berdaya,
serta bunuh diri. Depresi juga bisa di definisikan sebagai salah satu
gangguan mood yang ditandai oleh hilang nya perasaan kendali dan
pengalaman subyektif serta ada nya penderitaan berat (Kaplan, 2010).

Depresi merupakan kondisi emosional yang biasa nya ditandai


dengan kesedihan yang teramat sangat, perasaan tidak berarti dan
bersalah , menarik diri dari orang lain, tidak dapat tidur , kehilangan selera
makan dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan.
(Davison, Neale, dan King, 2012)

Depresi merupakan gangguan yang sering tidak di sadari baik oleh


penderita maupun orang orang yang di sekitar nya, depresi juga bisa di sebut
sebagai gangguan yang tak terlihat dan invisible desease (Jaka Arya Perdana,
2016)

4
5

Jenis jenis depresi

Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18-26)


adalah :

1) Menurut gejala nya


 Depresi neurotic
Biasa nya terjadi setelah mengalami peristiwa yang
menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasa
nya. Penderita nya biasa nya seringkali di penuhi trauma
emosional yang mendahului penyakit missal nya
kehilangan orang yang di cintai, pekerjaan, milik
berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita
depresi neurotic bisa merasa gelisah, cemas dan
sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria
atau ketakutan yang abnormal seperti agrofobia, tetapi
mereka tidak menderita delusi atau halusinasi.
 Depresi psikotic
Istilah psikotic harus di pakai untuk penyakit depresi
yang berkaitan dengan delusi, halusinasi atau kedua nya.
 Psikotik depresi manic
Depresi manic biasa nya merupakan penyakit yang
kambuh kembali di sertai gangguan suasana hati yang
berat. Orang yang mengalami gangguan ini
menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapai
kadang-kadang hal ini dapat di ganti dengan perasaan
gembira, gairah, dan aktifitas secara berlebihan
gambaran ini di sebut mania.
 Pemisahan di antara kedua nya.
Para dokter membedakan antara depresi neurotic dan
psikotic tidak hanya berdasarkan gejala lain yang ada
dan seberapa terganggu nya prilaku orang tersebut.

5
6

2) Menurut penyebab nya


 Depresi reaktif
Gejala nya di perkirakan akibat stress luar seperti
kehilangan seseorang/pekerjaan.
 Depresi endogenus
Gejala nya terjadi tanpa di pengaruhi oleh faktor lain.
 Depresi primer dan sekunder
Tujuan penggolangan ini adalah untuk memisahkan
depresi yang disebabkan penyakit fisik atau psiatrik atau
kecanduan obat atau alcohol (depresi sekunder) dengan
depresi yang tidak mempunyai penyebab-penyebab ini
(depresi primer). Penggolongan ini lebih banyak di
gunakan untuk penelitian tujuan perawatan.
3) Menurut arah penyakit
 Depresi tersembunyi
Depresi ini di anggap mendasari gangguan fisik dan
mental yang tidak dapat diterangkan, missal nya rasa
sakit yang lama tanpa sebab yang nyata atau hipokondria
atau sebalik nya perilaku yang tidak dapat diterangkan
seperti wanita lanjut usia yang suka mengutil.
 Berduka
Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu
menerinma kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit
akibat kesedihan yang menimpa, menderita putus nya
hubungan dengan orang yang dicintai dan penyesuaian
kembali.
 Depresi pasca lahir
Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode
gangguan emosioanal dalam 10 hari pertama setelah

6
7

melahirkan bayi ketika emosi mereka masih labil dan


mereka merasa sedih dan suka menangis. Seringkali hal
itu berlangsung selama 1 atau 2 hari kemudian berlalu.

 Depresi manula
Usia tua merupakan saat meningktkan kerentanan
terhadpa depresi. Namun, kadang-kadang depresi pada
manula di tutupi oleh penyakit fisik dan catat tubuh,
seperti penglihatan/pendengaran yang terganggu. Oleh
karena itu sangatlah penting untuk mengingat
kemungkinan terjadi nya penyakit depresi pada orang
tua.

Sumber : https://id.scribd.com/doc/292324643/MAKALAH-DEPRESI

Etiologi depresi

Menurut Kaplan (2010) penyebab depresi yaitu :

 Faktor biologi
Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah
serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat
mencetuskan depresi , dan pada pasien bunuh diri, beberapa
pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran
mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam
patofisiologi depresi (Kaplan, 2010). Hipersekresi CRH
(corticotropin releasing hormone) merupakan gangguan aksis
HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi.
Hipersekresi yang terjadi di duga akibat ada nya defek pada
system umpan balik kortisol di system limpik atau ada nya
kelainan pada system monoaminogenik dan neuro modulator
yang mengatur CRH (corticotropin releasing hormone)
(Kaplan, 2010). Sekresi CRH (corticotropin releasing hormone)

7
8

di pengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan


marah berhubungan dengan paraventriculer nucleus(PVN),
yang merupakan organ utama pada system endokrin dan fungsi
nya di atur oleh system limbic. Emosi mempengaruhi CRH di
PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH (Landefeld,
2004).
 Faktor Genetik
Penelitian genetic dan kelurga menunjukkan bahwa angka
resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu
yang menderita depresi berat (unipolar) di perkirakan 2-3x
dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan
sekitar 11% pada kembar zigot dan 40% pada kembar
monozigot. (Devies,1999). Pengaruh genetic terhadap depresi
tidak di sebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa
terdapat penurunan dalam ketahan dan kemampuan dalam
menghadapi stress.
 Faktor psikososial
Menurut Frued pada teori psikodinamika nya, penyebab depersi
adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Faktor
psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi : peristiwa
kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika,
kegagalan yang berulang, kegagalan yang berulang, teori
kognitif dan dukungan social (Kaplan, 2010). Stressor
psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan ornag yang di
cintai, atau stressor kronis missal nya kekurangan finansial yang
berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman
keamanan dapat menimbulkan depresi. (Hardywinoto, 1999).
 Faktor kepribadian
Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu,
seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionic, di duga
mempunyai resiko tinggi untuk terjadi nya depresi. Sedangkan
kepribadian antisosial dan paranoid ( kepribadian yang memakai

8
9

proyeksi sebagai mekanisme defensive) mempunyai resiko yang


rendah ( Kaplan, 2010).
 Faktor psikodinamika
Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa
kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi
(Kaplan, 2010). Dalam upaya untuk mengerti depresi, Sigmud
Freud sebagai mana di kutip Kaplan, 2010 mendalihkan suatu
hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia
menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi di
arahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang
hilang.
 Faktor kognitif
Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu menyebabkan
distorsi pikiran menjadi negative tentang pengalaman hidup,
penilaian diri yang negative, pesimisme dan keputusasan.
Pandangan yang tersebut menyebabkan perasaan depresi,
(Kaplan, 2010).

Faktor pencetus
Ada empat sumber utama stressor yang dapat mencetuskan
gangguan alam perasan (Sundeen, stuart, 1998, 260), yaitu :
 Kehilangan keterikatan
 Peristiwa besar dalam kehidupan
 Peran dan ketegangan peran
 Perubahan fisiologik

Gambaran klinis
Menurut Evans, 2000 gajala klinis depresi meliputi :
 Perubahan fisik
- Penurunan nafsu makan
- Gangguan tidur
- Kelelahan dan kurang energy
- Agitasi

9
10

- Nyeri, sakit kepala, otot kram dan nyeri tanpa penyebab fisik.

 Perubahan pikiran
- Merasa bingung, lambat dalam berfikir,
- penurunan konsentrasi dan sulit mengingat informasi.
- Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar.
- Kurang percaya diri
- Merasa bersalah dan tidak mau di kritik
- Pada kasus berat sering di jumpai ada nya halusinasi atau
pun delusi.
- Ada nya pikiran untuk bunuh diri
 Perubahan perasaan
- Penurunan ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan
hubungan suami istri
- Merasa bersalah tak berdaya
- Tidak adanya perasaan
- Merasa sedih
- Sering menangis tanpa alasan yang jelas
- Iritabilitas, marah dan agresif
 Perubahan pada kebiasaan sehari hari
- Menjauhkan diri dari liangkungan social, pekerjaan
- Menhindari membuat keputusan
- Menunda pekerjaan rumah
- Penurunan aktifitas fisik dan latihan
- Penurunan terhadap diri sendiri
- Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang

Derajad depresi dan penegakan diagnosis


Menurut Maslim (2000) gangguan depresi dapat dibedakan dalam depresi
berat, sedang dan ringan sesuai dengan banyak dan berat nya gejala serta
dampak nya terhadap fungsi kesehatan seseorang.
 Gejala utama

10
11

- Perasan depresif
- Hilang nya minat dan semangat
- Mudah lelah dan tenaga hilang
 Gejala lain
- Konsentrasi dan perhatian menurun
- Harga diri dan kepercayaan didi menurun
- Perasaan bersalah dan tidak berguna
- Pesimis terhadap masa depan
- Gagasan membahyakan diri atau bunuh diri
- Ganggun tidur
- Gangguan nafsu makan
- Menurun nya libido

Berikut adalah penggolongan depresi menurut ICD-10 (Soejono,


dkk.2007)

Tingkat Gejala Gejala lain Fungsi Keterangan


depresi umum
Ringan 2 2 Baik -
Sedang 2 3-4 Terganggu Nampak stres
Berat 3 Lebih dari 4 Sangat Sangat
terganggu distress

Penatalaksanaan
 Perawatan rumah sakit
Indikasi dilakukan nya rawat inap pada pasien depresi
adalah perlu dilakukannya prosedur diagnostic, ada nya
riwayat gejala depresi yang di alami berkembang secara
cepat, dan tidak ada nya lingkungan yang dapat mendukung
pasien.
 Psikoterapi
Terapi yang di lakukan untuk menghilangkan keluhan
keluhan dan mencegah kambuh nya gangguan psikologik
atau pola perilaku maladaptive.

11
12

- Terapi kognitif
Berlangsung +/- 12-16 sesi dengan tiga fase :
Fase awal (sesi1-4): membentuk hubungan
teraupetik dengan pasien
Fase pertengahan (sesi 5-12): mengubah secara
berangsur angsur kepercayaan yang salah
Fase akhir (13-16 sesi): menyiapkan pasien untuk
terminasi dan memprediksi situasi beresiko tinggi
yang relevan untuk kekambuhan dan
mengkonsolidasi pembelajaran melalui tugas tugas
terapi sendiri.
- Terapi prilaku
Terapi ini sering di gunakan bersama sama terapi
kognitif. Tujuan nya adalah meningkatkan aktifitas
pasien, mengikuti pasien dalam tugas-tugas yang
dapat meningkatkan perasaan yang menyenangkan.
- Terapi supportif
Tujuan nya adalah memberikan kehangatan,
empaty, pengertian dan optimisme.
- Psikoterapi psikodinamik
Perhatian pada terapi ini adalah deficit psikologik
yang menyeluruh yang di duga mendasari gangguan
depresi
- Psikoterapi dinamik singkat ( brief dynamic
psychotherapy)
Tujuan nya menciptakan lingkungan yang aman
buat pasien
- Terapi kelompok
Keuntungan terapi kelompok adalah biaya lebih
murah, ada destigmatisasi dalam memandang orang
lain dengan problem yang sama, memberikan
kesempatan yang sama untuk memainkan peran dan
mempraktekkan keterampilan perilaku interpersonal

12
13

yang baru, membantu pasien mengaplikasikan


keterampilan baru. Terapi kelompok ini sangat
efektif untuk depresi ringan, untuk depresi yang
lebih berat terapi individu lebih efektif.

 Farmakoterapi
Saat merencanakan intervensi pengobatan, penting untuk
menekankan kepada penderita bahwa ada beberpa fase
pengobatan sesuai dengan perjalanan gangguan depresif :
- Fase acute bertujuan untuk meredakan gejala
- Fase kelanjutan untuk mencegah relaps
- Fase pemeliharaan atau rumatan untuk mencegah
rekuren

Sumber : https://id.scribd.com/doc/204808920/penalaksanaan-depresi

13
14

2. KONSEP POSTPARTUM

Definisi

Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikut nya, di sertai dengan pulih
nya kembali organ organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaaan dan lain sebagai nya yang berkaitan saat
melahirkan(Suherni 2009).

Menurut Bobak, 2010 mengatakan bahwa post partum adalah masa


6(enam) minggu setelah bayi lahir sampai organ organ reproduksi kembali ke
keadaan normal seperti saat sebelum kehamilan.

Sedangkan menurut Anggraini, 2010 masa nifas atau post partum di sebut
juga peurperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “peur” yang berarti
bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas di mulai setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil.

Tahapan-tahapan postpartum

Menurut Bobak (2004) masa nifas di bagi menjadi beberapa tahapan,


yaitu:

 Peurperium dini (immediate peurperium)


Waktu nya 0-24 jam postpartum, artinya masa kepulihan dimana ibu
diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan jalan.
 Peurperium intermedial (earlypuerperium)
Waktu 1-7 hari postpartum, yaitu masa kepulihan menyeluruh dari
organ-organ reproduksi selama < 6-8 minggu.
 Remote peurperium (later peurperium)

14
15

Waktu 1-6 minggu postpartum, artinya waktu yang diperlukan untuk


pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu apabila
selam hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

Perubahan fisiologis masa postpartum

Perubahan sistem reproduksi masa nifas menurut Bobak et all (2005)


adalah :
 Involusi uterus
Di sebut juga pengerutan uterus merupakan suatu proses kembali nya
uterus ke keadaan sebelum hamil.
 Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontriksi vascular dan
thrombosis menurunkan tampat plasenta ke suatu area yang meninggi
dan bernodul tidak teratur.
 Serviks (mulut Rahim)
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan 18 jam setelah
pasca partum, serviks memendek dan konsistensi nya menjadi padat
dan kembali ke bentuk semula.
 Lochea
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluar
nya discharge vagina dalam jumlah bervariasi. Pengeluaran lochea
menurut Chunningham Gary,et all (2006) dapat di bagi berdasarkan
waktu dan warna nya, di antara nya :
a. Lochea rubra atau merah (kruenta)
Mengandung darah dan debris desidua serta debris
trofoblastik. Aliran menyambur, menjadi merah muda
atau coklat setelah 3-4 hari (Bobak et all,2005)
b. Lochea serosa
Muncul sekitar 10 hari setelah bayi lahir. Mengandung
darah lama (old blood), serum, leukosit, dan debris

15
16

jaringan. Warna cairan ini menjadi kuning sanpai putih.


(Bobak, et all 2005)
c. Lochea alba
Muncul setelah 10 hari masa nifas. Akibat cairan
leukosit dan berkurang nya kandungan cairan, lokia
menjadi berwarna putih atau putih kekuningan.
( Chunningham, Gery et all 2006)

Perubahan vulva, vagina dan perineum

Vula dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat


besar selama proses melahirkan bayi, dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali ke keadaan tidak hamil. Segera setelah
melahirkan, perineum menjadi kendur setelah sebelum nya menjadi terenggang
oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Perubahan pada perimnrum
pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan, pada
postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonus
nya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan
( Marmi, 2012).

Perubahan system pencernaan

Sistem pencernaan selama kehamilan dipengaruhi oleh oleh beberapa hal


di antaranya tinggi nya kadar progesterone yang dapat mengganggu cairan
tubuh. Pasca melahirkan, kadar progesterone juga mengalami penurunan. Faal
usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Sistem pencernaan
masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur angsur untuk kembali normal.
Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan
perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor faktor tersebut
mendukung terjadi konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. (Marni,
2012).

16
17

Perubahan system perkemihan

Buang kering kecil sering sulit selama 24 jam post melahirkan


kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli buli sesudah
bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan. Urin dalam jumlah besar akan dihasilakan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan setelah plasenta di lahirkan, kadar hormone estrogen yang
bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
waktu 6 minggu.

Perubahan psikologi masa postpartum

Perubahan system reproduksi masa nifas menurut Marni (2012) yaitu masa
nifas adalah masa 2 jam setelah lahir nya plasenta sampai 6 minggu berikut
nya. Waktu yang tepat dalam rangka pemulihan postpartum adalah 2-6 jam, 2
jam-6 hari, 2 jam-6 minggu ( atau boleh juga di sebut 6 jam 6 hari 6 minggu ).
Menjadi orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa transisi.
Menurut Marni (2012) masa transisi pada masa postpartum yang harus
diperhatikan adalah :
 Phase honeymoon
Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak yang lama antara
ibu, ayah dan anak, dimana saling memperhatikan anak nya dan
menciptakan hubungan baru.
 Ikatan kasih (bonding and attachment)
Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu, ayah dan
anak dan tetap dalam ikatan kasih.
 Phase pada masa nifas
Penyesuaian psikologis pada masa nifas menurut Reva Rubbin 1960
dalam Chunningham, et all 2006 di bagi dalam 3 tahap, yaitu :
 Takking In (1-2 hari postpartum)
Fase ini di kenal dengan sebutan fase ketergantungan dimana
wanita menjadi sangat pasif dan sangat tegantung serta berfokus

17
18

pada diri nya sendiri. Untuk pemulihan ibu perlu istirahat/tidur


untuk mencegah gejala kurang tidur.
 Taking hold (2-4 hari postpartum)
Fase ini di kenal dengan fase ketergantungan dan tidak
ketergantungan. Pada tahap ini ibu khawatir akan kemampuan
nya merawat bayi nya dan khawatir tidak mampu
bertanggungjawab untuk merawat bayi nya. Pada tahap ini ibu
sangat sensitive akan ketidakmampuan nya dan mudah
tersinggung.
 Letting go
Tahap ini di mulai pada minggu ke 5 sampai minggu ke 6, dan
pada fase ini keluarga telah menyesuaikan diri dengan bayi. Ibu
merawat bayi nya dengan kegiatan sehari hari yang telah
kembali.

Masalah psikososial ibu postpartum


Perubahan emosional pada ibu postpartum menurut Bobak,(2005)
yaitu :

 Baby blues
Baby blues pasca salin, karena perubahan yang tiba-tiba dalam
kehidupan merasa cemas dan takut dengan ketidakmampuan merawat
bayi nya dan merasa bersalah. Perubahan emosi ini dapat membaik
dalam beberapa hari setelah ibu dapat merawat diri dan bayi nya serta
mendapat dukungan keluarga.
 Depresi pascapartum
Adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan
kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido
(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Kriteria
untuk mengklasifikasi depresi pascapartum bervariasi tetapi sering pada
sindrom afektif/emosi yang terjadi selama 6 bulan setelah melahirkan.
Namun pengalaman depresi yang di alami juga menunjukkan
konsentrasi buruk perasaan bersalah, kehilangan energy dan aktifitas
sehari-hari.

18
19

 Psikosis pascapartum
Adalah krisis psikiatri yang paling parah. Gejala nya sering kali
bermula dengan postpartum blues atau depresi pasca partum. Waham,
halusinasi, konfusi dan panik bisa timbul. Wanita tersebut dapat
memperlihatkan gejala yang menyerupai skizoprenia atau kerusakan
psikoafektif. Perawatan di rumah sakit selama beberapa bulan
diperlukan. Bunuh diri atau bahaya pada bayi, atau kedua nya
merupakan bahaya psikosis terbesar.

Tanda tanda bahaya postpartum

 Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak


 Pengeluaran vagina yang menusuk
 Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
 Sakit kepala terus menerus, nyeri ulu hati atau masalah penglihatan
 Pembengkakan di wajah atau tangan
 Demam, muntah, rasa sakit saat BAK, merasa tidak enak badan
 Payudara yang berubah menjadi merah, panas atau terasa sakit
 Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
 Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di kaki
 Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayi nya/diri
sendiri
 Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.

Sumber : https://id.scribd.com/doc/98167262/LP-Post-Partum
Perawatan postpartum
Perawatan post partum di mulai sejak kala uri dengan
menghindarkan ada nya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi.
Bila ada laserasi jalan lahir atau luka episiotomy, lakukan penjahitan dan
perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang
kurang nya 1 jam postpartum, untuk mengatasi kemungkinan terjadi nya
perdarahan postpartum. Delpan jam postpartum tidur telentang untuk
mencegah perdarahan postpartum. Sesudah 8 jam pasien boleh miring ke
kanan atau ke kiri untuk trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan

19
20

dalam satu kamar. Pada hari seterus nya dapat duduk dan berjalan. Diet
yang di berikan hatus cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-
buahan. Miksi dan berkemih harus secepat nya dapat dilakukan sendiri,
bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaik nya dilakukan
kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari postpartum, bila ada obstipasi
atau timbul komprostase hingga vekal tertimbun di rectum mungkin akan
menjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat diberikan laksan. Bila pasien
mengeluh ada nya mules dapat diberikan analgetika atau sedative agar
dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah di rawat selama kehamilan,
areola di cuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih
barulah bayi di susui.
Sumber : https://id.scribd.com/doc/98167262/LP-Post-Partum

BAB III

KONSEP DEPRESI POSTPARTUM

Definisi Postpartum

Depresi pasca persalian merupakan kondisi kesehatan mental yang


mempengaruhi hingga 13% dari ibu primipara yang terjadi pada 4 minggu

20
21

pertama persalinan hingga 1 tahun pasca persalinan (Qobadi,Collier and


zhang, 2016)
Depresi postpartum merupakan perubahan fisikal, emosional, tingkah
laku yang kompleks yang terjadi setelah melahirkan dan di lengkapi
dengan perubahan kimia dalam tubuh, social dan psikologis yang di
asosiasikan dengan kelahiran bayi (The Clevelend Clinic, 2004)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah suatu
masa perubahan mood dengan gejala perasaan sedih, merasa tidak
berharga dan tidak mempunyai harapan serta dapat mengakibatkan terjadi
nya gangguan atau perubahan pola tidur dan nafsu makan, konsentrasi,
psikomotor, ahdenomia, rasa putus asa, rasa tidak berdaya dan serta bunuh
diri yang terjadi pada ibu sekitar dua sampai enam minggu setelah
melahirkan.

Batasan Depresi Pascapersalinan

Terdapat 3(tiga) bentuk depresi yang berkaitan dengan stress pasca


melahirkan yaitu :
 Post partum blues
Sering di kenal dengan babyblues. Biasa nya berlangsung pada
minggu pertama setelah melahirkan dan kondisi ini akan kembali
normal setalah 2 minggu tanpa penanganan khusus. Jadi yang
dibutuhkan adalah menentramkan dan membantu ibu baru ini
mengasuh bayidan melakukan pekerjaan rumah. Kondisi ini
mempengaruhi 50%-75% ibu setelah proses melahirkan.
 Postpartum depression
Merupakan kondisi yang lebih serius dari babyblues dan
mempengaruhi 1 dari 10 ibu baru. Penanganan melalui psikoterapi
dan pemberian antidepresan biasa nya efektif, baik bagi simtom
yang berlangsung hanya beberapa hari maupun simtom yang sudah
berlangsung setahun.
 Postpartum psychosis
Kondisi ini merupakan kondisi postpartum yang parah dan
membutuhkan penanganan medis segera. Kondisi ini jarang terjadi

21
22

dan mempengaruhi 1 dari 1000 perempuan yang melahirkan.


Penangan medis harus dilakukan sesegera mungkin dengan
memasukkan penderita ke rumah sakit , karena kondisi ini juga
biasa nya di sertai resiko bunuh diri atau menyakiti bayi.

Etiologi Depresi Postpartum

Etiologi depresi post partum belum diketahui secara pasti, namun


penelitian menunjukkan assosiasi yang konsisten antara mutasi dalam gen
transpoter serotonin (SERT) dan lokus 5HTT (Kromosom16p13) dengan depresi
postpartum, meskipun efek faktor genetic terhadap timbul nya depresi post partum
relative kecil. Faktor lain yang menunjukkan adanya hubungan kausatif konsisten
dengan depresi postpartum adalah variable-variabel psikososial, seperti peristiwa-
peristiwa hidup yang penuh stress, konflik pernikahan dan kurang nya dukungan
social.
Adapun faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadi nya depresi
postpartum, adalah :
 Faktor psikologis
Ibu-ibu dengan riwayat gangguan kecemasan dan depresi sebelum
nya beresiko tinggi mengalami depresi postpartum. Muncul nya
gangguan psikiatri, seperti depresi selama kehamilan merupakan
predictor kuat untuk depresi postpartum. Riwayat mengalami
premenstrual syndrome derajad sedang sampai berat juga
merupakan salah satu faktor resiko depresi postpartum. Wanita
dengan riwayat gangguan mood dua kali lebih beresiko mengalami
depresi postpartum. Wanita dengan riwayat bipolar mempunyai
resiko paling tinggi untuk mengalami depresi postpartum.

Selain gangguan psikiatri, perilaku negative terhadap kehamilan,


stress akibat merasa tidak akan mampu merawat bayi, dan riwayat
kekerasan juga merupakan faktor predisposisi depresi postpartum.
 Faktor Obstetrik
Hubungan paritas dengan depresi postpartum masih kontroversial.
Ada penelitian yang menunjukkan bahwa depresi postpartum lebih

22
23

banyak ditemukan pada multipara, namun ada juga yang sebalik


nya. Namun mempunyai anak lebih dari 1(satu) yang jarak
kehamilan nya cukup dekat, berhubungan dengan stressor
psikososial yang lebih berat yang berhubungan dengan timbul nya
depresi.
Kehamilan beresiko, termasuk kondisi kondisi emergensi yang
menyebabkan hospitalisasi atau section caesarea, meningkatkan
resiko timbul nya depresi postpartum. Komplikasi peripartum dan
postpartum juga meningkatkan resiko timbulnya depresi
postpartum. Ibu dengan bayi berat badan lahir <1500 gram di
laporkan 4-18 kali lebih beresiko mengalami depresi postpartum.
Menyusui merupakan faktor protektif depresi postpartum. Ibu yang
memberikan asi secara eksklusif selama 3-4 bulan pasca
melahirkan dilaporkan terlindungi dari depresi postpartum.
Menyusui akan meningkatkan interaksi antara ibu dan bayi. Hal ini
akan mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis ibu.
 Faktor Biologis-Hormonal
Kehamilan usia muda merupakan salah satu faktor resiko depresi
postpartum dengan insiden tertinggi pada usia 13-19 tahun.
Selain itu, gangguan metabolisme glukosa selama kehamilan juga
merupakan faktor resiko depresi postpartum. Ibu hamil dengan
toleransi glukosa tertinggi mempunyai resiko lebih tinggi untuk
mengalami depresi postpartum.

Kadar serotonin dan triptofan yang rendah dalam darah juga


merupakan faktor resiko depresi. Mutasi dalam gen transporter dan
reseptor serotonin juga berhubungan dengan kerentanan
mengalami depresi. Dua hal ini pada ibu hamil bisa menjadi faktor
resiko terjadi nya depresi postpartum.
Oxytocyn bisa menginduksi aktifitas reseptor serotonin dan
menurunkan respon terhadap stress. Oxytocyn juga penting untuk
regulasi emosi, unteraksi social, dan respon emosional. Kadar
oxytocin yang tinggi pada tenagn kehamilan dilaporkan merupakan

23
24

predictor depresi postpartum. Selain oxytocyn, estrogen juga


mempunyai peran dalam regulasi reseptor serotonin dan fluktuasi
hormone ini berhubungan dengan tmbulnya depresi.
Hormon lain yang berperan dalam timbulanya depresi postpartum
adalah corticotropin releasing hormone(CRH). CRH juga
dihasilkan oleh plasenta, uterus dan ovarium. Segera setelah
kelahiran, terjadi penurunan drastis hormon steroid karena
penurunan CRH. Hal ini menyebabkan kerentanan untuk
mengalami depresi postpartum pada 12 minggu pertama setelah
melahirkan.
 Faktor Sosial
Dukungan sosial merupakan faktor sosial penting yang melindungi
ibu dari depresi postpartum. Kekerasan dalam rumah tangga oleh
pasangan selama kehamilan menjadi fakror resiko untuk menjadi
depresi postpartum. Faktor social lain yang berpengaruh adalah
status pekerjaan, penghasilan, dan tingkat pendidikan. Wanita
karier memiliki tingkat resiko depresi postpartum yang lebih
rendah. Penghasilan dan tingkat pendidikan yang rendah
merupakan faktor resiko bagi timbul nya depresi postpartum.
 Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup seperti pola makan, pola tidur, olahraga, dan
aktifitas fisik dapat mempengaruhi timbul nya depresi postpartum.
Kecukupan kebutuhan nutrisi selama kehamilan dan setelah
melahirkan akan melindungi ibu dari depresi postpartum, begitu
juga dengan kecukupan tidur. Nutisi yang buruk dan kurang tidur
berhubungan dengan fatigue yang merupakan faktor resiko depresi.

Sumber: https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/depresi-
postpartum/patofisiologi

Patofisiologi Depresi Postpartum

24
25

Pada beberapa dekade terakhir, penelitian mengenai patofisiologi depresi


postpartum berfokus pada jalur neurosteroid karena perubahan kadar hormone
setelah persalinan.

Perubahan tersebut di antara nya :

 Perubahan kadar hormone setelah plasenta lahir


Setelah plasenta lahir kadar hormone human chorionic
gonadotropin(hCG), estrogen dan progesterone turun drastis dalam 2
minggu pertama. Turun nya kadar progesterone secara cepat
dihipotesiskan sebagai penyebab depresi postpartum. Sedangkan
penurunan estrogen secara cepat mencetuskan peningkatan sensitifitas
reseptor dopamine yang menyebabkan episode psikotik postpartum pada
wanita dengan bipolar.
 Disregulasi aksis HPA
Disregulasi aksis hypothalamic-pituitary-adrenocortical(HPA) juga
merupakan salah satu penemuan biologis konsisten pada gangguan mood.
Aksis HPA berubah drastic pada minggu pertama setelah persalinan.
Segera setelah persalinan, reseptor corticotropin releasinghormone(CRH)
di hipotalamus menurun jumlah nya, menyebabkan penurunan respon
adrenocorticotropic hormone(ACTH) dan penurunan pelepasan kortisol.
Respon ini kembali normal dalam 6 minggu post partum.
Sumber : https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/depresi-
postpartum/patofisiologi

25
POST PARTUM 26

FAKTOR PSIKOLOGIS FAKTOR BIOLOGIS FAKTOR OBSTETRIK FAKTOR SOSIAL FAKTOR GAYA HIDUP
HORMON
Penerimaan kurang Multipara primipara Dukungan social yg pola hidup tidak sehat
HCG, estrogen, kurang
progesterone
Gangguan psikologis menurun perubahan energi
Kelahiran
Merasa bersalah pada
beresiko
Disregulasi HPA diri/lingkungan
Stress emosional MK : koping MK : Kelelahan
individu tdk efektif
BBLR Ketidaksanggupan dlm
↑sensitivitas
MK : Gangguan perubahan peran jadi ortu
reseptor dopamin
pola tidur
Tdk dpt
Menarik diri, sedih menyusui
↓CRH di MK : Ketidakmampuan
hipotalamus menjadi orang tua
dhipotatalamu
Ketidak mampuan Nafsu makan MK : ↓hormone
merawat bayi menurun resiko ACTH & ↓
bunuh diri pelepasan
MK: MK : hormone
Harga Gangguan kortisol
diri nutrisi <
rendah Kebutuhan kecemasan

Penanganan
yang tidak
Sumber :
efektiif
https://www.academia.edu/24940082/WOC_fix

Depresi
26
Pospartum
27

Manifestasi Klinis Depresi Postpartum

Berikut ini adalah table Symptoms of Postpartum Illness From Cleveland


Clinic (2004) and National Mental Health Assosiation (2003)

No Baby blues Post partum Postpartum


depresion psycosis
Simtom fisik Kurang tidur Cepat lelah Menolak makan

Hilang tenaga Gangguan tidur Tidak mampu


menghentikan
Hilang nafsu Selera makan aktifitas
makan atau menurun
sangat bernafsu Kebingungan
untuk makan Sakit kepala, akan kelebihan
sakit dada energi
Merasa lelah Jantung berdebar
setelah bangun debar dan sesak
tidur nafas

Mual muntah

Simtom Cemas dan Mudah Sangat bingung


emosional khawatir tersinggung
berlebihan Hilang ingatan
Perasaan sedih
Bingung Tidak koheren
Hilang harapan
Mencemaskan Halusinasi
kondisi fisik Merasa tidak
secara berdaya

27
28

berlebihan
Mood swings
Tidak percaya
diri Perasaan tidak
adekuat sebagai
Sedih ibu

Perasaan di Hilang minat


abaikan Pemikiran bunuh
diri
Ingin menyakiti
orang lain
termasuk bayi,
diri sendiri dan
suami

Perasaan
bersalah
Simtom Sering menangis Panik Curiga
perilaku
Hiperaktif/ Kurang mampu Tidak rasional
senang merawat diri
berlebihan sendiri Preokupasi
terhadap hal-hal
Terlalu sensitive, Enggan kecil
perasaan mudah melakukan
tersinggung aktifitas
menyenangkan
Tidak peduli
terhadap bayi Motivasi
menurun

Enggan

28
29

bersosialisasi

Tidak peduli
pada bayi

Terlalu peduli
pada
perkembangan
bayi

Sulit
mengendalikan
perasaan

Sulit mengambil
keputusan

Pemeriksaan Diagnostik

Tidak ada yang pasti untuk menyakinkan diagnosis post partum, hanya di
buat berdasarkan penilaian secara klinik.

Komplikasi

Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada pasien dengan depresi
post partum, yaitu :
 Gangguan jiwa : waham, halusinasi , kerusakan psikoafektif
 Resiko bunuh diri atau mencederai diri
 Resiko mencederai anak

29
30

Penatalaksanaan

 Farmakologis
Pasien yang telah di diagnosis dengan depresi post partum di berikan
pengobatan dengan antidepresan.
 Psikoterapi
Psikoterapi interpersonal diberikan selama kehamilan sangat efektif
mencegah terjadi nya depresi post partum.
 Hormon replacement therapy
Estradiol telah di evaluasi sebagai pengobatan untuk depresi post partum.
 Profilaksis treatment
Terapi preventif setelah melahirkan harus dipertimbangkan pada pasien
dengan riwayat depresi sebelum nya

30
31

VII. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian
 Tanda tanda vital
Terjadi peningkatan dari nilai normal
 Aktifitas/tidur
Biasanya aktifitas dan istirahat klien tertanggu
 Sirkulasi
Biasa nya nadi meningkat, tachikardi, dan tekanan darah meningkat
 Eliminasi
Klien sering BAK terkadang terjadi diare
 Makanan/Minuman
Biasa nya terjadi anorexia, mual muntah, haus dan membran mukosa
kering
 Neurosensori
Adanya keluhan sakit kepala
 Pernapasan
Napas menjadi cepat dan dangkal
 Nyeri dan tidak nyaman
Mengeluh nyeri pada daerah abdomen dan kepala
 Integritas ego
Tampak ansietas dan gelisah
 Seksualitas
Terjadi nya penurunan libido

31
32

Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Ketidakefektifan Koping NOC : NIC :
Definisi : ketidakmampuan Sosial support  Gunakan
untuk membentuk penilaian Kriteria Hasil : pendekatan
valid tentang stresor  Mengidentifi tenang dan
Batasan karakteristik kasi pola meyakinkan
 Perubahan dalam koping yang  Hindari
pola komunikasi efektif pengambila
yang biasa  Mengatakan n keputusan
 Penurunan penurunan pada saat
penggunaan stres pasien
dukungan sosial  Mengungkap dalam
 Ketidakmampuan kan secara keadaan
memenuhi harapan verbal stres berat
peran tentang  Bantu klien
 Mengungkapkan koping yang identifikasi
ketidakmampuan efektif keuntungan
untuk mengatasi  Mengatakan , kerugian
masalah telah dari
 Menggunakan menerima keadaan
koping yang keadaan nya  Fasilitasi
mengganggu pasien
perilaku adaptif untuk
Faktor yang membuat
berhubungan: keputusan
 Tingkat percaya diri berikan
yang tidak adekuat alternatif
 Dukungan sosial atau solusi

32
33

yang tidak adekuat dalam


 Menarik diri penanganan
masalah.
 Anjurkan
untuk
mengidentif
ikasi
gambaran
perubahan
peranyang
realistis
2. Resiko perilaku kekerasan NOC NIC
terhadap diri  self mutilaton  ciptakan
sendiri/bunuh diri atau  impuls self lingkungan
orang lain kontrol psikososial
Definisi : kriteria hasil  singkirkan
dimana seseorang  dapat semua
melakukan tindakan yang menahan diri, benda
dapat membahayakan secara mencederai berbahaya
fisik baik terhadap diri diri sendiri  lindungi
sendiri maupun orang lain  pasien dapat client dari
Batasan Karakteristik: mengartikan bhaya
 memperlihatkanper sentuhan halusinasi
musuhan sebagai  pertahankan
 menyentuh orang ancaman lingkungan
lain dengan  mencegah dari tingkat
carayang kemungkinan stimulus
menakutkan cidera pasien yang
 memberikan kata – atau orang rendah
kata ancaman lain  dorong
pasien
untuk
mengungka

33
34

pkan secara
verbal
konsekuens
i dari
perubahan
fisik dan
emosi yang
mempengar
uhi konsep
diri
3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan  Nutritional  Kaji alergi
tubuh status : makanan
Definisi nutrient  Kaji
Asupan nutrisi tidak cukup intake anoreksia,
untuk memenuhi kebutuhan  Food n fluid mual
metabolic tubuh intake muntah
Batasan karakteristik Kriteria Hasil  Catat intake
 Menghindari  Mampu dan output
makanan mengidentifi  Berikan
 Kurang minat pada kasi informasi
makanan kebutuhan tentang
 Membran mukosa nutrisi kebutuhan
pucat  Tidak ada nutrisi
 Anoreksia tanda tanda  Kaji
Faktor yang berhubungan malnutrisi kemampuan
 Faktor biologis pasien
 Faktor psikologis untuk
mendapatka
n nutrisi
yang di
butuhkan
 Yakinkan

34
35

diet yang di
makan
mengandun
g tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
 Monitor
lingkungan
selama
makan
4. Gangguan pola tidur NOC : NIC :
Definisi  Rest : extent  Monitor
Gangguan kualitas atau and pattern kebutuhan
kuantitas waktu tidur akibat  Sleep : extent tidur pasien
faktor eksternal and pattern setiap hari
Batasan karakteristik Kriteria hasil : dan jam
 Perubahan pola tidur  Jumlah jam  Kaji
normal tidur dalam masalah
 Menyatakan sering batas normal yang bisa
terjaga 6-8 jam/hari menyebabk
 Menyatakan tidak  Pola tidur, an klien
merasa cukup kualitas susah tidur
istirahat dalam batas  Ciptakan
Faktor yang berhubungan normal lingkungan
 Kurang kontrol tidur  Mampu yang
 Faktor psikologis mengidentifi nyaman
kasi hal hal  Jelaskan
yang dapat penting nya
meningkatka tidur yang
n tidur adekuat
 Fasilitas
untuk

35
36

mempertah
ankan
aktifitas
sebelum
tidur
(membaca)
 Kolaborasi
pemberian
obat tidur
5. Harga diri rendah NOC : NIC :
situasional  Coping,  Gunakan
Definisi ineffective proses
Perkembangan persepsi  Self esteem pertolongan
negative tentang harga diri situational, interaktif
sebagai respon terhadap low yang
situasi saat ini Kriteria Hasil berfokus
(ketidakmampuan merawat  Menggunaka pada
bayi) n koping kebutuhan,
Batasan karakteristik yang efektif masalah,
 Evaluasi diri bahwa  Penyesuaian atau
individu yidak psikososial : perasaan
mampu menghadapi perubahan pasien dan
peristiwa hidup : ornag
 Evaluasi diri bahwa respon terdekat
individu tidak psikososial untuk
mampu mneghadapi adaptive meningkatk
situasi individu a atau
 Ekspresi terhadap mendukung
ketidakberdayaan perubahan koping,
 Ekspresi bermakna pemecahan
ketidakbergunaan dalam hidup masalah

 Perilaku bimbang  Menunjukan  Kaji alasan

 Menarik diri penialaian alasan

36
37

Faktor yang berhubungan pribadi untuk


 Perubahan peran tentang harga mengkritik
social diri atau
 Kurang penghargaan  Mengatakan menyalhaka
 Faktor psikologis optimism n diri

 Menarik diri tantang masa sendiri


depan  Tunjukkan
 Komunikasi rasa
yang terbuka percaya diri
terhadap
kemampuan
pasien
untuk
mengatasi
situasi
 Buat
statement
positif
terhadap
pasien
 Monitor
frekuensi
komunikasi
verbal
pasien yang
negative
 Kolaborasi
dengan
sumber-
sumber lain
(layanan
keagamaan)
6. Ketidakmampuan menjadi Kriteria hasil NIC :

37
38

orang tua  Memegang  Pantau


Definisi bayi secara status
Keidakmampuan pengasuh dekat kesehatan
primer untuk menciptakan,  Menyentuh, dan
mempertahankan, atau membelai pemeliharaa
memperbaiki lingkungan dan menepuk kesehatan
yang meningkatkan bayi orang tua
pertumbuhan dan  Tersenyum  Kunjungi
perkembangan optimum pada bayi ibu di
anak  Memberikan rumah sakit
Batasan karakteristik bayi sebelum ibu
 Merasa tidak mampu kenyamanan pulang
memenuhi  Menggunkan untuk mulai
kebutuhan anak kontak mata membangu
 Frustasi dengan anak n hubungan
 Keterampilan saling
asuhan tidak tepat percaya dan
 Ketidakmampuan menjadwalk
merespon terhadap an
isyarat bayi kunjungan
Faktor yang berhubungan tindak
 Faktor psikologis lanjut

 Kurang nya  Ajarkan

dukungan social orangtua

 Depresi menanggapi
isyarat
perilaku
yang
ditunjukkan
oleh bayi
mereka
 Bantu
orang tua

38
39

terkait
dengan
peran
transisi dan
harapan
 Berikan dan
dorong
interaksi
orang tua-
anak
 Dengarkan
masalah
dan
kekhawatira
n orang tua
tanpa
menghakim
i

BAB III
PENUTUP

39
40

I. KESIMPULAN

Depresi postpartum merupakan istilah yang digunakan pada pasien yang


mengalami gangguan emosiuonal yang timbul setelah melahirkan, khusus nya
pada gangguan depresi spresifik yang terjadi pada 10-15% wanita pada tahun
pertama pasca persalinan. Pasien akan mengalami gejala afektif selama peroide
postpartum, 4 sampai 6 minggu pasca persalinan. Susah berinteraksi dengan
perawat dalam keadaan stress dan bayi meningkatkan resiko pendekatan yang
tidak aman dan terjadi nya masalah kognitif dan sifat anak. Penurunan cepat
tingkat reproduksi hormon yang terjadi setelah melahirkan di percaya dapat
berkembang ,menjadi depresi pada wanita dengan depresi post partum. Selain itu
beberapa faktor mungkin menjadi predisposisi pada penderita. Kejadian stres
dalam hidup, riwayat depresi sebelum nya, dan riwayat keluarga yang mengalami
gangguan mood, semua di kenal sebagai prediktor depresi pada wanita.

Salah satu cara yang dapat kita gunakan untuk mengurangi depresi
post partum adalah dengan cara menyusui. Menyusi tidak hanya untuk
mengurangi stress pada ibu, namun juga dapat mengurangi stres pada bayi
ketika ibu nya mengalami depresi. Ketika tingkat stres rendah, respon
inflamasi ibu tidak aktif, dan akan mengurangi resiko depresi. Dukungan
keluarga terutama suami, sangat mungkin dapat mencegah terjadi nya
depresi post partum.

II. SARAN

Bagi pelayanan kesehatan perlu deteksi dini atau screening terhadap


kemungkinan terjadi nya depresi post partum. Antisipasi juga dapat dilakukan
sejak awal kehamilan pada saat ibu melakukan antenatal care (ANC). Hendak nya
ibu dan keluarga di berikan pendidikan kesehatan mengenai perubahan psikologis
pada saat kehamilan, melahirkan serta nifas, dan kiat kiat dalam mencegah dan
mengatasi gangguan psikologis, baik selama kehamilan dan pasca persalinan

DAFTAR PUSTAKA

40
41

Nurarif,Amin huda,Hardi Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 1,2, 3.Media
Action; Jakarta

Nurjannah, Intansari,BSN,MNSc,PhD, 2016.ISDA.Universitas Gajah


Mada;Jogjakarta

Keliat, Budi Anna, Heni dwi windarwati dkk, 2015. Diagnosis keperawatan
definisi dan klasifikasi 2015-2017 edisi 10.Penerbit Buku
Kedokteran.EGC;Jakarta

Nurjannah, Intansari.Roxana Devi Tumanggor.2013.Nursing Intervensi


Clasification Edisi Bahasa Indonesia.Elsevier.Mocomedia;Jakarta

Bobak, L.2005.Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC;Jakarta

Cunningham F.Gery,dkk.2006.Obstetri William Edisi 21 Volume


1&2.EGC;Jakarta

https://media.neliti.com/media/publication/39823-ID-pengobatan-perilaku-
kognitif-untuk-deoresi-postpartum.pdf

http://eprints.ums.ac.id/57519/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f0c9cd5d464f70d10bb4e75f2c0da11a.pdf

https://media.neliti.com/media/publication/235276-prevalence-and-determinants-
of-postpartu-296f01f3.pdf

https://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/download/6137/5611

https://ojs.unund.ac.id/index.php/eum/article/download/4877/3663/

Haffejee F, O’Connor L, Govender N, Reddy P, Sibiya MN, Ghuman S, Ngxongo


T, Borg D (2017). Factor associated with unintended pregnancy among women
attending a public health facility in Kwazulu-Natal, South Africa. South African
Family Practice. 6190:1-5.

Fatmawati DA (2015). Faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian post


partum blues. Jurnal Edu Health. 5(2):94-101.

41
42

Barton K, Redshaw M, QuigleyMA, Carson C (2017). Unplanned pregnancy and


subsequent psychological distress in partnered women: A cross-sectional study of
the role of relationship quality and wider social support. BMC Pregnancy and
Childbirth. 17(1):1-9

https://www.academia.edu/24940082/WOC_fix

https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/depresi-postpartum/patofisiologi

https://id.scribd.com/doc/98167262/LP-Post-Partum

https://id.scribd.com/doc/204808920/penatalsanaan-depresi

42

Anda mungkin juga menyukai