Anda di halaman 1dari 16

PEMBAHASAN SKENARIO MALNUTRISI

Oleh :
Jesiandra I.M. Wagiu S.Ked

Masa PJJ: 20 April- 3 Mei 2020

Supervisor Pembimbing :

Prof. Dr. dr.Adrian Umboh, Sp.A(K)

dr. Ronald Rompies, Sp.A

dr. Bobby Pambudi, Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU
MANADO
2020
Skenario
Anak laki-laki umur 22 bulan masuk rumah sakit Karena edema pada wajah, dan
mengalami eksem yang tidak sembuh. Berasal dari keluarga ekonomi menengah, keluarga
yang stabil dan terdidik. Mendapatkan ASi eksklusif 6 bulan. Makanan lunak diberikan sejak
usia 5 bulan tetapi secara tipikal makanan tidak disukai anak dan yang dimakan hanya 1 atau
2 sdt perhari. Setelah ASi berhenti, diberikan susu sapi penuh. Menurut ibunya, susu sering
dimuntahkan, khawatir memperburuk eczema, susu tersebut digantikan dengan minuman
yang berasal dari susu yang terbuat dari beras. Rata-rata konsumsi air beras sebanyak 1,5 L
perhari dan diberi makanan padat sebanyak 2 sdt perhari. Protein yang dikonsumsi anak
diperkirakan sebanyak 3 gram (2.6 gram protein dari air beras, 0.4 dari sumber lain) rata-rata
asupan kalori perhari 790 kalori (780 dari air beras, 10 dari sumber lainnya) data sebelumnya,
pertumbuhan norma hingga masa infant, tetapi kenaikan berat badan buruk menjelang tahun
kedua. Lesi pada kulit makin menghebat dengan asumsi eczema makin memburuk.
Pertumbuhan rambut makin tipis dan jarang.
Dua minggu sebelum masuk RS anak makin cengeng kurang aktif, dan tidak mau minum.
Ibu membantah bila anak diare atau tinja berair dan banyak. Malahan ibu menyatakan anak
cenderung konstipasi dengan kesulitan BAB.
Pemeriksaan fisik : didapatkan edema pada waja, dinding abdomen cenderung membesar
tidak ada panas. Hasil pemeriksaan yang lainnya dalam batas normal. Berat badan: 10,8 kg,
tinggi badan: 81 cm.
1. Anamnesis
 Identitas pasien: nama, umur, alamat, pekerjaan, agama.
 Keluhan utama: edema pada wajah dan eksem yang berulang.
 Riwayat penyakit sekarang:
- Tanyakan kepada ibu (orangtua) sejak kapan anak mengalami edema pada wajah
dan eksem yang berulang?
- Apakah anak sering cengeng dan rewel?
- Apakah anak menjadi kurang aktif?
- Bagaimana nafsu makan pada anak?
- Apakah ada kesulitan makan?
- Apakah anak sering muntah?
- Apakah makanan yang dikonsumsi anak sehari- hari?
- Apakah anak diberikan asi eksklusif selama 6 bulan?
- Apakah anak menyusui pada saat sakit?
- Berapa banyak jumlah konsumsi makanan dan cairan anak dalam beberapa hari
terakhir?
- Apakah ada penurunan BB pada anak?
- Apakah terjadi kesulitan BAB pada anak?
- Bagaimana status imunisasi pada anak?
 Riwayat penyakit dahulu:
- Apakah sebelumnya anak sudah pernah sakit?
- Apakah pernah mengalami sakit campak dalam 3 bulan terakhir?
 Riwayat penyakit keluarga:
- Apakah ada anggota keluarga yang sakit?
- Apakah ada anggota keluarga yang menderita sakit yang menular?
 Riwayat social ekonomi:
- Bagaimana keadaan tempat tinggal anak?
- Bagaimana sanitasi di lingkungan tempat tinggal anak?

2. Pemeriksaan fisik
status present

Keadaan umum
kesadaran
tanda tanda vital
- suhu : normal (tidak panas)
- nadi : (-)
- tekanan darah : (-)
- respirasi : (-)
berat badan : 10.8 kg
tinggi badan : 81cm cm
lingkar lengan: (-)
status gizi : WHO : Gizi baik , Z-Score :(-2 SD - 2 SD)

status generalis
kulit
-lesi pada kulit : Ecsema (+)
- warna
- turgor
- akral hangat / dingin

kepala
- bentuk
- rambut : makin menipis & jarang (+)
- mata : palpebra oedem(-/+), kongjungtiva anemis(-/+), sklera ikterik
anikterik, pupil isokor/anisokor, reflek cahaya
- wajah : Edema (+)
- telinga
- hidung
- mulut : kering, fungsi mengunyah/menelan, kebersihan mulut
leher
- bentuk : simetris/tidak
- trakhea : ditengah, pernafasan
- kgb : teraba pembesaran/tidak
- jvp : meningkat (+/-)
thorax(paru) / jantung
- inspeksi
- palpasi
- perkusi
- auskultasi
abdomen
- inspeksi : dinding abdomen cenderung membesar (+)
- palpasi
- perkusi
- aukultasi
- ekstremitas (kemampuan pergerakan sendi / otot)
- superior
- inferior
perubahan status mental : congaing, kurang aktif, tidak mau minum

3. Pemeriksaan penunjang
 DARAH PERIFER LENGKAP
 FAAL GINJAL
 FUNGSI HATI
 KADAR ELEKTROLIT
 X FOTO THORAX
 FASES RUTIN/ STOOL TEST
 KADAR GULA DARAH

4. Kebutuhan gizi dan nutrisi pada anak


Kebutuhan gizi pada anak usia 22 bulan
 Kebutuhan makronutrien :
 AKE 2014 untuk anak usia 1-3 sebesar 1130 kalori
 Kecukupan protein = 13 gr
 Kecukupan lemak = 27,9 gr
 Kecukupan karbohidrat = 59,3 gr
 Kebutuhan mikronutrien :

Kebutuhan nutrisi harian anak usia 1-3 tahun (1000 kkal)

Nutrisi Kebutuhan/Hari Setara  dengan….

Vit A 400 ug Wortel  (50 gram)

Vit D 200 IU Susu  (470 ml atau 2


cangkir)

Vit K 15 ug 2  tangkai   asparagus (20


gram)

Vit B1 (Thiamin) 0,5 mg Kentang  rebus (150 gram)

Vit B2 (Riboflavi) 0,5 mg Telur  rebus (55 gram)

Vit B3 (Niacin) 6 mg Dada   ayam (50 gram)

Vit B6 0,5 ug Fillet  salmon (90 gram)


(piridoksin)

Vit B12 0,9 ug 1  butir  telur  rebus

Asam Folat 150 ug 3  kuntum  brokoli (35


gram)

Kalsium 500 mg Susu (290 ml)

Magnesium 60 mg 1  mangkuk  buah  labu


(245 gram)

Zat Besi 8 mg Daging  sapi (170 gram)

Zinc 7 mg Kacang  tanah (100 gram)

Selenium 17 ug Tuna (20 gram)


Natrium 0,8 g Garam   (1/2 sendok teh)

5. Diagnosis dan diagnosis banding


Diagnosis
Marasmik-Kwashiorkor
Berdasarkan kasus didapatkan rata-rata asupan kalori perhari 790 kalori ( 780 dari air beras
dan 10 kalori berasal dari sumber lainnya).
Protein yang dikonsumsi sekitar 3 gram ( 2.6 gram protein dari minuman air beras + 0.4 gram
protein dari sumber lainnya).
Seharusnya, kalori per hari untuk anak laki-laki berusia 22 bulan dengan berat badan 10.8 kg
dan tinggi badan 81 cm, diestimasikan sekitar 881 kcal/hari. Untuk protein direkomendasikan
11 gram/hari.
Diagnosis Banding
 Disorder in main internal organ such as kidney disorder with protein energy
malnutrition and gastrointestinal disorder.
 Prolonged infection disease with kwashiorkor malnutrition complication such as soil
transmithed helminths infection with hypoalbuminemia or other gastrointestinal
infection.

6. Etiologi dan factor resiko


ETIOLOGI
Primer : masukan protein tidak cukup bernilai biologis yang baik
- Tidak tersedianya makanan secara adekuat
- Anak tidak cukup makanan bergizi seimbang
- Pola makan yang salah
Sekunder : Penyerapan protein yang terganggu
- Diare kronik
- Kehilangan protein abnormal
- Kegagalan mensintesis protein
FAKTOR RESIKO
- Ekonomi rendah
- Kurangnya pendidikan orang tua
- Tidak diberi asi eksklusif
- Infeksi kronik
- Maternal factor (hipotiroid)

7. Patofisiologi
KEP adalah manifestasi dai kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-
hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi(AKG), dan biasanya juga disertai
dengan adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Makanan yang tidak adekuat,
akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori ,
dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak seta protein
dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stress katabolic (infeksi) maka kebutuhan
akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang
relative. Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan antioksida, bila stress
ktabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3SD, maka terjadilah marasmik-
kwashiorkor.
Jadi karena kurangnya protein dalam diet akan terjadi kekurangan dari asam amino dalam
serum, yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan
otot,makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya edema.
Pada sebagian besar kasus ditemukan juga perubahan kulit yang khas untuk penyakit
kwashiorkor. Perubahan kulit itu dimulai dengan bercak-bercak kecil merah dalam waktu
singkat akan bertambah dan betumpu untuk menjadi hitam. Ini disebabkan karena
kurangnya nicotinamide & tryptophan yang menyebabkan gampang terjadi radang pada
kulit (eczema).
Pada rambut sangat khas untuk pendderita kwashiorkor (ialah rambut kepala yang mudah
tercabut tanpa rasa sakit) pada kwashiorkor lanjut rambut akan tampak kusam dan kering,
jarang dan berubah warna menjadi putih. Ini terjadi karena kurangnya protein yang
menyebabkan degenerasi pada rambut, rambut terdiri dari keratin (senyawa protein)
sehingga kurangnya protein ini akan menyebabkan kelainan pada rambut, dapat juga
diakibatkan karena kekurangan vitamin A,C,E.
Sembelit atau konstipasi in terjadi karena adanya gangguan atau kelainan pada system
pencernaan sendiri akan terganggu dan dapat menyebabkan pengerasan pada tinja, akibat
pengerasan inilah maka kemudian tinja akan sulit dikeluarkan.
8. Epidemiologi
Kasus malnutrisi sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas,
dan tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara
miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan.
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, khususnya di
berbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations Children’s Fund
(UNICEF) pada tanggal 12 September 2008, menyatakan malnutrisi sebagai penyebab
lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-anak dibawah usia 5 tahun di dunia.
UNICEF juga memberitakan tentang terdapatnya kemunduran signifikan dalam kematian
anak secara global di tahun 2007, tetapi tetap terdapat rentang yang sangat jauh antara
negara-negara kaya dan miskin, khususnya di Afrika dan Asia Tenggara(CWS, 2008).
Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak balita
menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi
buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk
tingkat berat. Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur
berdasarkan BB/U adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Prevalensi
nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan dengan target
pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka
secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum
merata di 33 provinsi. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (26,5%), Sumatera
Utara (22,7%), Sumatera Barat (20,2%), Riau (21,4%), Jambi (18,9%), Nusa Tenggara
Barat (24,8%), Nusa Tenggara Timur (33,6), Kalimantan Barat (22,5%), Kalimantan
Tengah (24,2%), Kalimantan Selatan (26,6%), Kalimantan Timur (19,2%), Sulawesi
Tengah (27,6%), Sulawesi Tenggara (22,7%), Gorontalo (25,4%), Sulawesi Barat
(16,4%), Maluku (27,8%), Maluku Utara (22,8%), Papua Barat (23,2%)dan Papua (21,2).

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada
Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%), Rote Ndao (40,8%),
Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%), Simeulue (39,7%), Aceh Barat
Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli Utara (38,3%), Kupang (38,0%), dan
Buru (37,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang pada Balita terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa (6,0%), Kota
Madiun (6,8%), Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul(7,4%), Badung (7,5%), Kota
Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan Bondowoso (8,7%).

9. Penatalaksanaan dan edukasi


10 Langkah Utama

1. Hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)


Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah.
 anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan  makanan saring/cair 2-3 jam
sekali
 anak tidak dapat makan (tapi bisa minum)  air gula dengan sendok
 anak gangguan kesadaran  infus cairan glukosa, rujuk.
2. Hipotermia (suhu tubuh rendah)
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada keadaan ini anak
harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain mendekap
anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Selama masa penghangatan ini
dilakukan pengukuran suhu anak setiap setengah jam sekali. Tidak dibenarkan penghangatan
anak dengan menggunakan botol berisi air panas.

3. Kekurangan cairan
 Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali
tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral
dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan
sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal (lampiran 4).
 Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL
dengan perbandingan 1:1.
4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :
 Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
 Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan
keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.
Berikan :
- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam
- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan
penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP
bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn,
Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak
5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti
demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk secara
rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :
UMUR KOTRIMOKSASOL AMOKSISILIN
ATAU (Trimetoprim + Sulfametoksazol)  Beri 3 kali
BERAT BADAN  Beri 2 kali sehari selama 5 hari sehari untuk
5 hari
Tablet dewasa Tablet Anak Sirup/5ml Sirup
80 mg trimeto 20 mg trimeto 40 mg trimeto
prim + 400 mg prim + 100 mg prim + 200 mg 125 mg
sulfametok sulfametok sulfametok per 5 ml
sazol sazol sazol
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
4 sampai 12 bulan
(6 - < 10 Kg) ½ 2 5 ml 5 ml
12 bln s/d 5 thn
(10 - < 19 Kg) 1 3 7,5 ml 10 ml

6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk


Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian
rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal saja. Formula
khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan jadwal
pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut
diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :
- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
- Energi : 100 kkal/kg/hari
- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah
berikan dengan sendok/pipet
- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal
pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak

 Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian
formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
 Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dalam
sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan
ketrampilan petugas )
 Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
 Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan
pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
 Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)


Fase Transisi (minggu ke 2)
 Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk
menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
 Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100
ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat
digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
 Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).

Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:


- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering.
- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
- Protein 4-6 gram/kg bb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk
tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :


- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering
- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
- Protein 4-6 g/kgbb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula
( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-
kejar.
- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga
8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral. Walaupun
anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai
anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada minggu ke 2). Pemberian
besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.
Berikan setiap hari :
 Tambahan multivitamin lain
 Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau
sirup besi dengan dosis sebagai berikut :
Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi
UMUR TABLET BESI/FOLAT SIRUP BESI
DAN Sulfas ferosus 200 mg + 0,25 Sulfas ferosus 150 ml
BERAT BADAN mg Asam Folat  Berikan 3 kali sehari
 Berikan 3 kali sehari
6 sampai 12 bulan ¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)
(7 - < 10 Kg)
12 bulan sampai 5 tahun ½ tablet 5 ml (1 sendok teh)

 Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis
tunggal sebagai berikut :
UMUR ATAU BERAT BADAN PIRANTEL PAMOAT (125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet
9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet
1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet
3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg) 1 ½ tablet

 Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis


Umur Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A
200.000 IU 100.000 IU
6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul
12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -

9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional


Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,
karenanya berikan :
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah


Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah
pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan dan aktifitas bermain.
EDUKASI
- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di Puskesmas
- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-Pemulihan
selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5) dan berat badan anak
selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di posyandu/puskesmas.
- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat
- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu
- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal
- Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000 SI ) sesuai
umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.

10. Prognosis dan komplikasi


Komplikasi paling umum dari penyakit ini adalah:
-infeksi merupakan komplikasi yang paling sering, contohnya, HIV/Aids, TBC,
Pneumonia, dll
-Malbsorbsi
-Anemia

Sedangkan untuk prognosis, seperti kasus lainnya semakin cepat ditangani, prognosis
akan semakin membaik. Namun, ada beberapa hal yang dapat memperburuk prognosis,
yaitu gagal tumbuh, hypoproteinemia
Referensi:

Khardori R. Protein Energy Malnutrition. In: Medscape, Sep 14th 2016.


McCance KL, Huether SE, Brashers VL, Rote NS. Pathophysiology:The Biologic Basis for
Disease in Adults and Children. 7thed. St.Louis, Missouri: Elsevier Inc, 2014. p:734-735.

KEMENKES. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020


Tentang Standar Antropometri Anak. Jakarta: KEMENKES, 2020.

Pudjiadi solihin. Penyakit KEP(kurang energy protein) dan ilmu gizi klinis pada anak ed.IV.
FKUI. Jakarta 2005: 95-137.

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Hadir Bimbingan Dr. Anastasia M Lumentut, SpOG (APN)
    Daftar Hadir Bimbingan Dr. Anastasia M Lumentut, SpOG (APN)
    Dokumen4 halaman
    Daftar Hadir Bimbingan Dr. Anastasia M Lumentut, SpOG (APN)
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • FKDJDD
    FKDJDD
    Dokumen2 halaman
    FKDJDD
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • DDGG
    DDGG
    Dokumen23 halaman
    DDGG
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • GGGGD
    GGGGD
    Dokumen4 halaman
    GGGGD
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • DDJDX
    DDJDX
    Dokumen6 halaman
    DDJDX
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • Tugas Home Visit: Jesiandra Isabel M Wagiu, S.Ked 18014101056
    Tugas Home Visit: Jesiandra Isabel M Wagiu, S.Ked 18014101056
    Dokumen22 halaman
    Tugas Home Visit: Jesiandra Isabel M Wagiu, S.Ked 18014101056
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • VGXX
    VGXX
    Dokumen14 halaman
    VGXX
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • BDBD
    BDBD
    Dokumen12 halaman
    BDBD
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • Judul Pembimbing Referat Mini Masa KKM 22 Juni - 26 Juli 2020
    Judul Pembimbing Referat Mini Masa KKM 22 Juni - 26 Juli 2020
    Dokumen1 halaman
    Judul Pembimbing Referat Mini Masa KKM 22 Juni - 26 Juli 2020
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • BSSN ZNXJ
    BSSN ZNXJ
    Dokumen21 halaman
    BSSN ZNXJ
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • DJDJDJ BDBD
    DJDJDJ BDBD
    Dokumen5 halaman
    DJDJDJ BDBD
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • SBSB
    SBSB
    Dokumen4 halaman
    SBSB
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • GGGG
    GGGG
    Dokumen2 halaman
    GGGG
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mandiri Polihidramnion
    Tugas Mandiri Polihidramnion
    Dokumen6 halaman
    Tugas Mandiri Polihidramnion
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • BSSN ZNXJ
    BSSN ZNXJ
    Dokumen21 halaman
    BSSN ZNXJ
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • J HVV
    J HVV
    Dokumen18 halaman
    J HVV
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • SBSB
    SBSB
    Dokumen4 halaman
    SBSB
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mandiri Polihidramnion
    Tugas Mandiri Polihidramnion
    Dokumen6 halaman
    Tugas Mandiri Polihidramnion
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • SNSBSBSB
    SNSBSBSB
    Dokumen4 halaman
    SNSBSBSB
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • Jesiandra Wagiu-18014101056-Obesitas
    Jesiandra Wagiu-18014101056-Obesitas
    Dokumen10 halaman
    Jesiandra Wagiu-18014101056-Obesitas
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • DHDHDH
    DHDHDH
    Dokumen16 halaman
    DHDHDH
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • DDJDX
    DDJDX
    Dokumen6 halaman
    DDJDX
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • DDJDX
    DDJDX
    Dokumen6 halaman
    DDJDX
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • GG Jalhhnin
    GG Jalhhnin
    Dokumen28 halaman
    GG Jalhhnin
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir Bimbingan Prof. Dr. Fredy Wagey. SpOG (K) (Abortus KET)
    Daftar Hadir Bimbingan Prof. Dr. Fredy Wagey. SpOG (K) (Abortus KET)
    Dokumen3 halaman
    Daftar Hadir Bimbingan Prof. Dr. Fredy Wagey. SpOG (K) (Abortus KET)
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mandiri Polihidramnion
    Tugas Mandiri Polihidramnion
    Dokumen6 halaman
    Tugas Mandiri Polihidramnion
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • Fix)
    Fix)
    Dokumen2 halaman
    Fix)
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • HHHGGBBJJ) H
    HHHGGBBJJ) H
    Dokumen29 halaman
    HHHGGBBJJ) H
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mandiri Polihidramnion
    Tugas Mandiri Polihidramnion
    Dokumen6 halaman
    Tugas Mandiri Polihidramnion
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat
  • FgvvDAN TROPgggIK
    FgvvDAN TROPgggIK
    Dokumen79 halaman
    FgvvDAN TROPgggIK
    Jesiandra isabel M Wagiu
    Belum ada peringkat