Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang diyakini mampu
bersaing dan mengharumkan nama bangsa, juga mampu menyatukan serta
menyampaikan pikiran dan hati nurani untuk memajukan bangsa.
Mahasiswa juga dianggap sebagai kaum intelektual atau kaum
cendekiawan oleh masyarakat. Gabungan antara kesadaran akan amanah
dari rakyat untuk Indonesia yang lebih baik dan kesempatan menjadi kaum
intelektuallah yang bisa menjadi kekuatan hebat untuk menjadikan
Indonesia hebat. Selain itu mahasiswa adalah aset yang sangat berharga.
Harapan tinggi suatu bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi generasi
penerus yang memiliki loyalitas tinggi terhadap kemajuan bangsa.
terutama dalam dunia pendidikan.
Bukan zamannya lagi mahasiswa untuk sekedar menjadi pelaku
pasif atau menjadi penonton dari perubahan sosial yang sedang dan akan
terjadi tetapi mahasiswa harus mewarnai perubahan tersebut dengan warna
masyarakat yang akan dituju dari perubahan tersebut yaitu masyarakat
yang adil dan makmur. Mahasiswa harus menjadi agen pemberdayaan
setelah perubahan yang berperan dalam pembangunan fisik dan non fisik
sebuah bangsa yang kemudian ditunjang dengan fungsi mahasiswa
selanjutnya yaitu social control, kontrol budaya, kontrol masyarakat, dan
kontrol individu sehingga menutup celah-celah adanya ketimpangan.
Mahasiswa bukan sebagai pengamat dalam peran ini, namun mahasiswa
juga dituntut sebagai pelaku dalam masyarakat, karena tidak bisa
dipungkiri bahwa mahasiswa merupakan bagian masyarakat. Idealnya,
mahasiswa menjadi panutan dalam masyarakat, berlandaskan dengan
pengetahuannya, dengan tingkat pendidikannya, norma-norma yang
berlaku disekitarnya, dan pola berpikirnya.

1
Menurut Jibi (2011), Masrukhi menilai saat ini banyak mahasiswa
yang lebih berorientasi pada gaya hidup. Ada lima wajah mahasiswa yang
nampak dalam realitas diri dan sosial. Wajah pertama mahasiswa idealis-
konfrontatif yang cenderung aktif menentang kemapanan seperti
demonstrasi. Kedua mahasiswa idealis-realistis, lebih kooperatif dalam
perjuangan menentang kemapanan. Ketiga, mahasiswa opportunis, yang
cenderung mendukung pemerintah yang tengah berkuasa, kemudian
mahasiswa professional, yakni mahasiswa yang hanya berorientasi pada
kuliah atau belajar. Empat wajah mahasiswa ini ternyata hanya ada sekitar
10 persen, selebihnya adalah wajah kelima, yakni mahasiswa rekreatif
yang berorientasi pada gaya hidup glamor dan bersenang-senang. Jumlah
mahasiswa di Indonesia pada 2010 mencapai sekitar lima juta orang, baik
perguruan tinggi negeri, swasta, universitas terbuka, perguruan tinggi
kedinasan dan perguruan tinggi agama. Jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 237 juta orang, maka jumlah
mahasiswa ini hanya berada pada kisaran 2,4 persen. Jumlahnya memang
relatif kecil. Mahasiswa yang memiliki pandangan idealis memiliki
persentase yang kecil dibandingkan kelompok lain, namun kelima wajah
mahasiswa itu sama-sama memiliki energi besar untuk bersatu-padu.
Energi besar yang disebut collective consciousness (kesadaran kolektif)
inilah yang menyebabkan gagasan, opini dari sekelompok kecil
mahasiswa, akan menjadi gagasan besar mahasiswa dalam waktu cepat.
Kesadaran kolektif yang dimiliki kalangan mahasiswa itu sudah terbukti
dari sejarah perjalanan bangsa yang mencatat gerakan mahasiswa beberapa
kali berhasil melakukan perubahan besar, misal reformasi. Karena itu,
energi besar yang dimiliki mahasiswa harus mampu diberdayakan secara
cermat oleh kalangan perguruan tinggi, untuk melakukan internalisasi
nilai.
Hasil survey yang telah dilakukan di Matahari Singosaren Solo
pada tanggal 17 September 2012 didapatkan data bahwa, mahasiswi
berlomba-lomba membeli barang-barang yang bermerek untuk menunjang

2
gaya hidupnya. Contohnya, mahasiswi membeli berbagai macam barang
seperti sepatu, tas, dan pakaian, dll. Mahasiswi membeli barang-barang
dengan harga yang berkisar Rp 100.000,00 – Rp 200.000,00, termasuk
harga-harga diskon mereka juga memburunya. Mahasiswi membeli
barang-barang tersebut dalam 2 minggu kurang lebih sebanyak 2-3 kali.
Hal ini dijelaskan oleh Sales Promotion Girls dari Matahari Singosaren.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu profil mahasiswa masa kini ?
2. Apa saja peningkatan mutu dan citra pada mahasiswa ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu profil mahasiswa masa kini
2. Untuk mengetahui apa saja peningkatan mutu dan citra pada
mahasiswa

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil mahasiswa masa kini


Di era globalisasi ini hampir 100% mahasiswa khususnya
Indonesia memiliki akun di jejaring sosial seperti Facebook Twitter
Instagram, path, dan lainnya. apalagi menurut penelitian Indonesia
menduduki peringkat kelima di dunia dalam aspek penggunaan Twitter
terbanyak. dan meraih posisi kedua sebagai pengguna Facebook
terbanyak. Merk teknologi memang baik namun jika telah mengenal kata
kecanduan tentu akan merugikan mahasiswa tersebut mereka akan
semakin asyik dengan dunia maya sehingga interaksi dengan lingkungan
sekitar akan berkurang, tentu akan menimbulkan ketidak ingin tahu and
mahasiswa dengan fakta serta fenomena kehidupan berbangsa dan
bernegara yang sedang terjadi, sehinggatak ada niat dari mahasiswa
tersebut untuk turut berpartisipasi dalam mengembangkan negara titik
budaya membaca dan menulis pun berubah menjadi membaca dan menulis
di timeline (syukur-syukur ilmu yang didapat bermanfaat).
Cara-cara berdiskusi mahasiswa masa kini pun telah berubah
karena yang dibahas bukan lagi masalah pelajaran maupun negara,
melainkan masalah gosip gosip terbaru yang tengah tumbuh subur di
negara sekitarnya.Ingin tahu seseorang terhadap urusan pribadi orang lain,
atau yang lebih sering disebut kepo, kini telah menjadi budaya mahasiswa.
Tak hanya lingkup sekitar tapi juga lingkungan yang lebih luas mahasiswa
memang bukan pekerja sosial tetapi mahasiswa harus mampu
menunjukkan bahwa mereka adalah agen yang siap melaksanakan
berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat, dan siap memberikan
gagasan cerah dengan sikap optimis nya pada saat menghadapi suatu

4
persoalan atau minimal mahasiswa harus jeli melihat sesuatu yang dapat
dikategorikan sebagai sebuah permasalahan. Kebiasaan kebiasaan lama
yang telah tergerus hendaknya kembali dibangun dengan mengurangi
kegiatan-kegiatan yang merugikan diri sendiri dengan kegiatan yang lebih
bermanfaat agar tujuan bersama negara ini dapat tercapai.
Mahasiswa mempunyai kedudukan yang sangat unik yaitu sebagai
kaum yang diterima oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai
kemampuan intelektual yang tinggi. Keberadaan tersebut juga didukung
oleh karakteristik mahasiswa yang rata-rata masih berusia muda, penuh
semangat, dinamis dan tidak akut kehilangan yang merusak idealisme diri.
Karena itulah di lingkungan mahasiswa sering disebut mahasiswa sejati.
Ketikat terjun ke masyarakat, mereka dapat dengan mudah berbaur dan
ketika harus berurusan dengan kaum birokrat mereka mampu
mengimbangi dengan kemampuan intelektual dan pendidikannya selama
ini. Oleh sebab itu, mereka berperan strategi dalam kehidupan berbangsa
yaitu sebagai penerus cita-cita bangsa.
Namun selama ini, kita lihat realita tidaklah seindah bayangan kita.
Masih terlalu nbanyak mahasiswa yang tidak tahu atau pura-pura tidak
tahu akan tanggungjawabnya sebagai pengemban amanah rakyat.
Argumen seperti ini dapat dibuktikan dengan : Pertama, ditengarai banyak
mahasiswa yang aktif dalam berbagai gerakan sosial politik,cenderung
bersemangat dalam perjuangannya namun lambat dalam menyelesaikan
kuliah. Kedua, tidak sedikit aktivis gerakan mahasiswa enggan menekuni
bahan bacaan di luar studi formalnya, khususnya bacaan-bacaan mengenai
sejarah, sosial politik atau pemikran filsafat apalagi membaca kitab agama
lain. Akibatnya gerakan reformasi menjadi gagap djalan raya, namun sepi
dalam teori. Ketika resim yang mereka lawan benar-benar runtuh, para
mahasiswa tidak mampu menyodorkan alternatif. Ketiga,tidak dapat
diragukan banyak mahasiswa memiliki kedekatan dengan rakyat bawah.
Meskipun demikian, kita dapat bertanya seberapa jauh mahasiswa itu rajin
mempertemukan teori tekstual yang mereka pelajari di perguruan tinggi

5
dengan realitas di masyarakat. Keempat, para aktivis reformasi tampak
gencar dalam membentuk organisasi serta memilih nama yang memukau
tanda akan tinnginya kesadaran pentingnya berorganisasi. Namun,
organisasi itu sering lebih bersifat jangka pendek tanpa disertai konsistensi
perjuangan jangka panjang. Tidak jarang sifatnya spontan dan reaktif,
tanpa dasar teori sosial dan kerakyatan memadai. Kelima, banyak
mahasiswa era reformasi memiliki komitmen tinggi dalam perjuangan
mereka. Namun, komitmen itu cenderung bersifat lokal dan perjuangan
bersifat luas dan mendalam dari rakyat Indonesia secara umum.
Malangnya, ketika lahir berbagai kelompok yang ingin memperjuangkan
kepentingan rakyat Indonesia secra keseluruhan, justru dibentuk elemen-
elemen yang selalu siap mengganjalnya dan apapun justifikasinya. Aspek
komitmen itu perlu digaris bawahi, mengingat komitmen seharusnya
menjadi dasar bagi keempat aspek yang lain kuat atau lemahnya aspek
komitmen pada rakyat akan ikut menentukan para mahasiswa dalam
aspek-aspek lain baik dalam kuliah formal, dalam studi diluar perkuliahan,
dalam menangkap aspirasi masyarakat maupun dalam berorganisasi demi
perjuangan bersama.
1. Mahasiswa Sebagai Generasi Penerus Bangsa
Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa dibutuhkan sebuah agen
untuk bisa diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh
mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan
kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap
bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang
tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah.
Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat,
namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena
itu, ada beberapa agen yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa adalah
sebagai iron stock, agen of change, Guardian of Value, Moral Force
dan Sosial Control.

6
a. Mahasiswa Sebagai “Iron Stock”
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan
menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan
akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi
sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan,
harapan bangsa untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa
seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai
dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda,
oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia
kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi
yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang
memiliki kesempatan. Peranan mahasiswa yang tak kalah penting
adalah iron stock atau mahasiswa dengan ketangguhan
idealismenya akan menjadi pengganti generasi-generasi
sebelumny, tentu dengan kemampuan dan akhlak mulia. Dapat
dikatakan, bahwa mahasiswa adalah aset, cadangan, dan harapan
bangsa masa depan. Peran organisasi kampus tentu mempengaruhi
kualitas mahasiswa, kaderasasi yang baik dan penanaman nilai
yang baik tentu akan meningkatkan kualitas mahasiswa yang
menjadi calon pemimpin masa depan.
b. Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value”
Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa berperan
sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang
pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??”
Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa
sebagai insan akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari
kebenaran. Kita harus memulainya dari hal tersebut karena bila kita
renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah
mutlak kebenarannya sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya.
Sedikit sudah jelas, bahwa nilai yang harus dijaga adalah sesuatu
yang bersifat benar mutlak, dan tidak ada keraguan lagi di

7
dalamnya. Nilai itu jelaslah bukan hasil dari pragmatisme, nilai itu
haruslah bersumber dari yang Maha Benar dan Maha Mengetahui.
c. Mahasiswa Sebagai “Agent of Change”
Mahasiswa sebagai Agent of Change artinya adalah mahasiswa
sebagai agen dari suatu perubahan kondisi bangsa saat ini jauh
sekali dari kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit
masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-
pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada
banyak rakyatnya. Sudah seharusnyalah kita melakukan terhadap
hal ini. Lalu alasan selanjutnya mengapa kita harus melakukan
perubahan adalah karena perubahan itu sendiri merupakan harga
mutlak dan pasti akan terjadi walaupun kita diam. Bila kita diam
secara tidak sadar kita telah berkontribusi dalam melakukan
perubahan, namun tentunya perubahan yang terjadi akan berbeda
dengan ideologi yang kita anut dan kita anggap benar.
Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan
dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan
kaum yang “eksklusif”, hanya 5% dari pemuda yang bisa
menyandang status mahasiswa, dan dari jumlah itu bisa dihitung
pula berapa persen lagi yang mau mengkaji tentang peran-peran
mahasiswa di bangsa dan negaranya ini. Mahasiswa-mahasiswa
yang telah sadar tersebut sudah seharusnya tidak lepas tangan
begitu saja. Mereka tidak boleh membiarkan bangsa ini melakukan
perubahan ke arah yang salah.
d. Mahasiswa Sebagai “Moral Force”
Mahasiswa sebagai Moral Force yaitu mahasiswa diwajibkan
untuk menjaga moral-moral yang ada. Bila di lingkungan sekitar
terjadi hal-hal yang tidak bermoral, maka mahasiswa dituntut
untuk merubah dan meluruskan kembali sesuai dengan apa yang
diharapkan. Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang
utama dalam peran mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan

8
bernegara. Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat
memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat. Hal ini
menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari
masyarakat sebagai kaum terpelajar yang memiliki keberuntungan
untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Peran mahasiswa
yang satu ini telah banyak ditinggalkan, banyak kegiatan
mahasiswa yang berorientasi pada kehidupan hedonisme. Amanat
dan tanggung jawab yang telah dipegang oleh mahasiswa sebagai
kaum terpelajar telah ditinggalkan begitu saja. Jika ini terjadi,
kegiatan mahasiswa bukan lagi berorientasi pada rakyat, hal ini
pasti akan menyebabkan generasi pengganti hilang.
e. Mahasiswa Sebagai “Social Control”
Peran mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang
tidak beres atau ganjil dalam masyarakat dan pemerintah.
Mahasiswa dengan gagasan dan ilmu yang dimilikinya memiliki
peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam
masyarakat. Mengapa harus menjadi social control? Kita semua
tahu, bahwa mahasiswa itu sendiri lahir dari rahim rakyat, dan
sudah seyogyanya mahasiswa memiliki peran sosial, peran yang
menjaga dan memperbaiki apa yang salah dalam masyarakat.
Saat ini di Indonesia, masyarakat merasakan bahwa pemerintah
hanya memikirkan dirinya sendiri dalam bertindak. Usut punya
usut, pemerintah tidak menepati janji yang telah diumbar-umbar
dalam kampanye mereka. Kasus hukum, korupsi, dan pendidikan
merajalela dalam kehidupan berbangsa bernegara. Inilah potret
mengapa mahasiswa yang notabene sebagai anak rakyat harus
bertindak dengan ilmu dan kelebihan yang dimilikinya. Lalu
bagaimana cara agar mahasiswa dapat berperan sebagai kontrol
sosial? Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli
pada keadaan rakyat yang mengalami penderitaan, ketidakadilan,
dan ketertindasan. Kontrol sosial dapat dilakukan ketika

9
pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan rakyat,
maka dari itu mahasiswa bergerak sebagai perwujudan kepedulian
terhadap rakyat. Pergerakan mahasiswa bukan hanya sekedar turun
ke jalan saja, melainkan harus lebih substansial lagi yaitu diskusi,
kajian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sifat peduli terhadap
rakyat juga dapat ditunjukkan ketika mahasiswa dapat memberikan
bantuan baik secara moril dan materil bagi siapa saja yang
membutuhkannya.
2. Mahasiswa Sebagai Generasi Pemimpin Bangsa
Sebagai generasi pemimpin bangsa, mahasiswa perlu mengetahui apa
yang dimaksud dengan kepemimpinan, gaya kepemimpinan dan
karakter yang perlu dikembangkan agar menjadi seorang pemimpin
yang berkualitas bagi bangsa dan negara. Oleh karna itu, hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam generasi penerus bangsa adalah:
a. Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi tentu membutuhkan seorang pemimpin. Di
sini peran pemimpin sebagai pengendali di lapangan menjadi
sangat penting. Sifat kepribadian sebagai pemimpin yang baik,
( Prof. Djamaludin Ancok 2003) sebagai berikut :
1. Mentalitas berkelimpahan (abundance mentality); orang yang
suka membagi apa yang dimilikinya dengan orang lain, orang
seperti ini merasa bahwa dengan memberi apa yang dia miliki
membuat merasa semakin kaya.
2. Berfikir positif pada orang lain; orang yang seperti ini akan
melihat orang lain sebagai bagian dari kebahagiaan hidupnya.
3. Mampu berempati; bisa merasakan apa yang dirasakan orang
lain, kepekaan ini akan membuat ia bisa merasakan
kegembiraan dan kesusahan orang lain.
4. Memiliki kemampuan komunikasi transformasional; selalu
memilih kata-kata yang enak didengar bila berbicara dengan
orang, walaupun dalam kondisi berbeda pendapat.

10
5. Orientasi win-win solution; tidak menginginkan kebahagiaan
dirinya sementara orang lain harus kalah.
6. Serving attitude; bukan minta dilayani tapi melayani
kepentingan orang yang dipimpinnya, selain itu selalu
berprinsip senang bila orang lain senang dan susah bila orang
lain susah, bukan sebaliknya.
b. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah pola berperilaku antara sang pemimpin
(leader) dengan yang dipimpinnya (follower), saat ini dikenal ada 4
gaya kepemimpinan, yaitu : ØLiberal ØOtoriter ØDemokratis
ØSituasional. Karakteristik Pemimpin yang Efektif Bagaimanakah
mengasah potensi kepemimpinan kita agar menjadi pemimpin yang
berkualitas?. Oleh karena itu, ada tujuh kriteria / karekteristik yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar bisa menjadi pemimpin
yang efektif yaitu :
1. Visioner (penunjuk jalan) : mempunyai visi (cara memandang
kehidupan ini) yang jelas baik untuk dirinya sendiri ataupun
untuk organisasi yang dipimpinnya.
2. Proaktif: Berani bertanggung jawab dengan pilihan-pilihan
yang sudah dibuat,
3. Kharismatik, mempunyai daya tarik dari dalam diri.
4. Etis : artinya kita tidak hanya mengerjakan sesuatu dengan”
benar”, namun juga dengan “baik”.
5. Kooperatif dan komunikatif adalah sikap bagaimana kita bisa
bekerjasama dan berkomunikasi dengan orang lain secara baik.
6. Disiplin diri : Bersedia “membayar harga” atas setiap cita-cita
maupun target pendek yang diharapkan, dan mentaati peraturan
dan kebijakan yang telah dibuat.
7. Integritas : dapat dipercaya, jujur serta memiliki kepribadian
yang utuh, satu kata dan perbuatan. Kreatif : mampu
memecahkan dan mengatasi berbagai masalah , serta memiliki

11
daya tanggap tinggi terhadap berbagai situasi sulit sehingga
mampu memiliki kendali langsung atas setiap persoalan yang
dihadapinya.
c. Karakter Seorang Pemimpin
Sebagai seorang pemimpin maka haruslah memiliki karakter yang
baik. Oleh karna itu, ada beberapa karakter seorang pemimpin
yaitu sebagai berikut:
1. Dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi
2. Waspada terhadap lingkungan sosial
3. Berambisi dan berorientasi pada prestasi
4. Aktif, kooperatif, tegas dan dapat diandalkan
5. Dominan ( berkeinginan untuk mempengaruhi orang lain)
6. Bersemangat, bertekun, sabar menghadapi tekanan dan
berkenan untuk memikul tanggungjawab.
7. Mempunyai jiwa loyalitas, dedikasi dan jujur terhadap wadah
yang dipimpinnya.

B. Peningkatan mutu dan Citra mahasiswa.


Rendahnya mutu mahasiswa perlu disikapi dengan arif dan
bijaksana karena untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang baik
memang gampang-gampang susah titik gampang kalau hanya bicara tapi
sulit untuk dikerjakan dan diterapkan, sekarang yang diperlukan adalah
kerja sama semua pihak di lingkungan perguruan tinggi.
Upaya terpenting yang harus dilakukan adalah mendekatkan dunia
nyata dengan dunia yang kampus . ini sangat memerlukan kesabaran dan
kemampuan lebih dari sang dosen berbagai kendala dan masalah yang
Dihadapi masyarakat atau dunia kerja serta solusinya harus dibawa ke
dalam kampus.
Gaya belajar mengajar dengan pbl-problem based learning sudah
sangat populer di Eropa dan Belanda khususnya di universitas Maastricht
sebagai pelopor titik pendekatan ini sangat menstimulasi mahasiswa

12
berpikir keluar dari batas-batas formal yang ada di dunia kampus yang
harus terfokus pada buku, dan lainnya lainnya karena masalah masalah
yang ditemukan mengharuskan solusi yang tidak bisa didapat di bangku
kuliah dan praktikum. pendekatan belajar dengan PBL juga memberikan
sisa informasi dan suasana apa yang sebenarnya akan mereka hadapi
setelah lulus nanti titik sebagai tuntunan kerja akan mereka hadapi seperti
kualitas kerja tenggat waktu keterbatasan sarana dan prasarana sikap
pimpinan perlunya interpersonal dan intrapersonal skill dan lain-lainnya.
Disamping itu mereka juga akan menjumpai hal-hal yang sifatnya
negatif dan bagaimana mereka menyikapi seperti banyak pegawai yang
bolos hubungan yang kurang harmonis di dalam kantor, sikap pimpinan
yang pilih kasih dan lain-lain. Dalam konteks ini seorang dosen berfungsi
sebagai agen dan fasilitator serta motivator. Seorang dosen perlu memiliki
mitra diluar kampus atau proyek proyek atau lembaga-lembaga dan
membawanya ke dunia kampus untuk dikenalkan dengan mahasiswa dan
kalau perlu para mahasiswa dilibatkan di dalamnya.
Tindakan seperti ini akan memberikan dampak lain pada
mahasiswa yang selama ini hanya berkutat pada teori belaka di bangku
kuliah titik suasana kuliah akan lebih terasa bumi karena mahasiswa tahu
apa yang sebenarnya dia butuhkan sehingga akan memacu mahasiswa
untuk memecahkan setiap persoalan yang dihadapi. PT memang
diharuskan untuk membuka diri terhadap dunia luar, masing-masing level
pada universitas mulai dari program studi, jurusan sampai fakultas perlu
menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga dan perusahaan di
masyarakat.
Apalagi bagi PT yang sudah memiliki deputy director 4 atau
pembantu rektor 4, sangat memungkinkan untuk melakukan kerjasama
dengan dengan berbagai pihak di samping menjalin kerja sama juga untuk
mempromosikan kualitas mahasiswa yang dimiliki agar terpakai dan
diakui dunia di luar kampus.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang diyakini mampu
bersaing dan mengharumkan nama bangsa, juga mampu menyatukan serta
menyampaikan pikiran dan hati nurani untuk memajukan bangsa.
Mahasiswa juga dianggap sebagai kaum intelektual atau kaum
cendekiawan oleh masyarakat. Gabungan antara kesadaran akan amanah
dari rakyat untuk Indonesia yang lebih baik dan kesempatan menjadi kaum
intelektuallah yang bisa menjadi kekuatan hebat untuk menjadikan
Indonesia hebat. Selain itu mahasiswa adalah aset yang sangat berharga.
Harapan tinggi suatu bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi generasi
penerus yang memiliki loyalitas tinggi terhadap kemajuan bangsa.
terutama dalam dunia pendidikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

UIN Sunan Kalijaga, Tata Tertib Mahasiswa.Yogyakarta : UIN Sunan


Kalijaga,2010
Imam Az-Zabidi, Terjemahan Mukhtasar Shahih Al-Bukhori.Jakarta : Pustaka
Amani,2002
Prof. DR. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta,LPPI,2009)
Zakaria, Nooraihan.  Konsep Hak Asasi Manusia. Jakarta: DBP, 2005

15

Anda mungkin juga menyukai