Anda di halaman 1dari 5

Penerapan 4C Dalam Pembelajaran Abad 21

Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh setiap
individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa berjalan
menjadi bisa berjalan, tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan sebagainya, sedangkan
Pembelajaran berarti kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan pendidik. Belajar
dimaksudkan agar terjadinya perubahan dalam pikiran dan karakter diri peserta didik. Tantangan
pendidik tidak hanya membekali keterampilan peserta didik saat ini, tetapi memastikan bahwa anak
didiknya sukses kelak di masa depan. Sukses artinya anak didik setelah belajar di sekolah dapat
terjun hidup di masyarakat. Untuk itu, pendidik harus membekali keterampilan kepada anak
didiknya sesuai dengan kebutuhan yang dapat mereka manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa yang lalu.
Dahulu, pembelajaran dilakukan tanpa memperhatikan standar, sedangkan kini memerlukan standar
sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui standar yang telah ditetapkan,
pendidik mempunyai pedoman yang pasti tentang apa yang diajarkan dan yang hendak dicapai.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya hidup manusia, baik dalam
bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki abad 21 kemajuan teknologi tersebut
telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali dibidang pendidikan. Dosen dan
mahasiswa, pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di abad 21
ini. Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapi peserta didik dan pendidik agar dapat bertahan
dalam abad pengetahuan di era informasi ini (Yana, 2013).
Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu
masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan
setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari
sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan
untuk mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010).

ISI

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran Abad 21


Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan tuntutan zaman era
milenia dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan kecakapan hidup abad 21. Sejalan
dengan pendapat tersebut (Greenstein, 2012) menyatakan bahwa peserta didik yang hidup pada
abad 21 harus menguasai keilmuan, berketerampilan metakognitif, mampu berpikir kritis dan
kreatif, serta bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif, keadaan ini menggambarkan
adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Oleh karena itu, pemerintah merancang
pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang berbasis pada peserta didik. Pendidik sebagai
kepanjangan tangan dari pemerintah di sekolah - sekolah menerapkan pembelajaran abad 21.
Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memulai satu langkah perubahan
yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi
pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pola pembelajaran yang tradisional bisa
dipahami sebagai pola pembelajaran dimana pendidik banyak memberikan ceramah sedangkan
peserta didik lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal.
Pendidik sudah sering mendengar mengenai pola pembelajaran CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif),
namun pendekatan yang dilakukan masih bersifat tradisional. Untuk mengerti pola pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik maka kita bisa kembali kepada slogan pendidikan kita yang
tercantum dalam logo kementerian pendidikan dan kebudayaan dan
merupakan pesan dari Bapak Pendidikan Bangsa, Ki Hajar Dewantara, yaitu Tut Wuri Handayani.
Pendidik berperan sebagai pendorong dan fasilitator agar peserta didik bisa sukses dalam
kehidupan. Satu hal lain yang penting yaitu pendidik akan menjadi contoh pembelajar (learner
model), pendidik harus mengikuti perkembangan ilmu terakhir sehingga sebetulnay dalam seluruh
proses pembelajaran ini pendidik dan peserta didik akan belajar bersama namun pendidik
mempunyai tugas untuk mengarahkan dan mengelola kelas.

B. Model Pembelajaran Abad 21


Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan kemampuan 4C
(Critical Thinking, Communiaction, Collaboration , Creativity), ini dapat terwujud cepat tidak
3hanya tuntutan pada kinerja pendidik dalam mengubah metode mengajar, tetapi juga peran
dan tanggung jawab pendidik non formal dalam membiasakan peserta didik menerapkan 4C
dalam keseharian (Prihadi, 2017). Untuk mencapai kondisi belajar yang ideal, kualitas
pengajaran selalu terkait dengan penggunaan model pembelajaran secara optimal, ini berarti
bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran harus
diorganisasikan dengan model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya disampaikan
kepada siswa dengan model yang tepat pula (Danial dan Sepe, 2010). Keterampilan 4C wajib
dikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta didik guna menghadapi tantangan abad 21. Adapun
kemampuan 4C menurut Anies Baswedan (Republika, 2016) :

1. Critical thinking (Berpikir kritis) adalah melihat masalah dengan cara baru dan menghubungkan
pembelajaran lintas mata pelajaran dan disiplin ilmu. Pemikiran kristis sudah merupakan kebutuhan
peradaban maupun profesi di saat ini maupun dimasa yang datang sehingga pola pikir masyarakat
kita di masa depan juga dapat berubah menjadi lebih baik. 

Dalam proses pembelajaran dapat kita latih dengan berbagai cara tergantung bagaimana pendidik
mendesain instruksionalnya. Misalkan, Guru menunjukkan 4 gambar benda yang mendukung
mereka untuk belajar, minta siswa untuk memilih salah satu gambar dan kemukakan alasannya
sedetail mungkin. Cara lain, dengan membuat soal yang jawabannya lebih dari satu jawaban yang
benar sehingga siswa terbiasa memberikan jawaban dari perspektif yang berbeda. 

Hal ini secara tidak langsung akan membentuk pola pikir peserta didik untuk berpikir kristis dengan
memandang sebuah jawaban dari perspektif yang berbeda dan bukan seperti pendidikan kita selama
ini yang hanya diminta memilih satu jawaban yang benar, dimana pada akhirnya jika ada pendapat
orang lain yang berbeda dianggap kesalahan padahal setiap manusia memiliki persfektif yang
berbeda dalam melihat sesuatu hal. 

Ada berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk mendidik peserta didik kita berpikir kritis,
tergantung sejauh mana Guru untuk mengembangkan sesuai dengan materi ajarnya.
2. Communication (Komunikasi) dalam hal ini berkaitan dengan berbagi pemikiran, penyampaian
ide, pertanyaan, dan Solusi. Di zaman teknologi canggih saat ini membuat komunikasi jauh lebih
mudah, banyak cara yang dapat kita lakukan untuk berkomunikasi dengan orang lain tetapi kita juga
tidak boleh untuk mengesampingkan komunikasi secara langsung dengan tidak melibatkan
teknologi. 

Komunikasi yang efektif merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran
karena tidak ada cara menyelesaikan masalah di kelas tanpa komunikasi yang efektif. 

Untuk menerapkan hal dapat kita lakukan dengan lebih sering memberikan pertanyaan kepada
siswa, motivasi siswa untuk mampu menyampaikan pendapat atau opini yang ada dalam benaknya
melalui forum diskusi (kerja kelompok) ataupun presentasi. Jika ingin menggunakan teknologi,
pilihkan teknologi yang paling tepat dan nyaman untuk Guru dan siswa gunakan untuk diskusi seperi
Sli.do ataupun mentimeter.   

3. Collaboration (Kolaborasi) adalah tentang bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan


menempatkan bakat, keahlian, dan kecerdasan untuk bekerja. Di zaman abad 21, kolaborasi menjadi
hal penting, hal ini kita dapat lihat dari perkembangan dunia bisnis teknologi saat ini dimana hal yang
utama adalah kolaborasi antara dua atau tiga pihak, seperti bisnis transportasi online, toko online
dan berbagai bisnis lain yang semuanya menempatkan kolaborasi sebagai satu hal yang utama untuk
menjalankan roda bisnis dan hal itu yang akan dihadapi oleh peserta didik kita di masa depannya.  

4) Creativity (kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.


Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar menghasilkan terobosan atau
inovasi baru bagi dunia pendidikan. Kreatifitas membekali seorang peserta didik yang
memiliki daya saing dan memberikan sejumlah peluang baginya untuk dapat
memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Penerapan 4C dalam pembelajaran kurikulum 2013 jika benar-benar dilakukan di


sekolah akan memberikan dampak yang luar biasa bagi generasi penerus bangsa untuk
menghadapi tantangan hidup abad 21.
4Disamping 4C, Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya pemerintah menjadikan pendidikan
berkualitas dengan
meningkatkan budaya literasi (membaca dan menulis) menurut Suragangga (2016). Di
Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan
karakter peserta didik melalui kebijakan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran
dimulai. Kegiatan ini perlu perhatian khusus untuk dilaksanakan secara rutin oleh warga
sekolah. Walaupun terlihat mudah, namun sulit dalam mengerjakannya karena kita harus
melawan hawa nafsu yaitu rasa malas membaca yang tertanam dalam masing-masing
pribadi yang belum terbiasa. Namun, jika kita sudah terbiasa melakukannya ini akan
menjadi ringan dan kebiasaan baik untuk membangun karakter anak bangsa yang
multiliterat. Semua kalangan perlu bersinergi untuk mensukseskan program pemerintah
baik sekolah keluarga dan masyarakat.

Literasi merupakan proses kompleks yang melibatkan proses pembangunan


pengetahuan sebelumnya, budaya dan pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan
baru dan pemahaman yang lebih mendalam menurut Abidin, Yunus, dkk (2017). Sejalan
dengan hal tersebut konsep literasi juga mengalami perkembangan diantaranya yaitu
penggunaan berbagai media digital baik di kelas, sekolah, tempat tinggal maupun
masyarakat. Kini istilah literasi telah berkembang menjadi multiliterasi. Multiliterasi
merupakan kemampuan membaca, menulis puisi, membagi, melukis, menari, menulis
novel ataupun kemampuan berkontak dengan berbagai media yang memerlukan literasi
menurut Kist, (2005:12). Dengan demikian, literasi dipandang sebagai kegiatan yang
bermakna dari berbagai media. Dalam pandangan Cope dan Kalantzis (2005), literasi
merupakan elemen terpenting dalam proyek pendidikan modern. Morocco et al. (2008:5)
menyatakan kompetensi belajar dan berkehidupan dalam abad ke-21 ditandai dengan
kompetensi pemahaman yang tinggi, kompetensi berpikir kritis, kompetensi berkolaborasi
dan berkomunikasi, serta kompetensi berpikir kreatif. Sejalan dengan uraian tersebut
pembelajaran multiliterasi pada hakikatnya adalah pengembangan dan penggunaan konsep
kompetensi 4C.
Memasuki abad 21 penguasaan sains dan teknologi adalah kunci keberhasilan
generasi bangsa dalam menghadapi persaingan global. Sains adalah bagian dari
pendidikan sebagai wahana bagi peserta didik untuk menguasai secara kontekstual dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rustaman (2007) berpendapat bahwa
sains berperan dalam membangun karakter masyarakat dan bangsa dikarenakan kemajuan
pengetahuan yang amat pesat, keampuhan proses yang dapat ditransfer pada bidang lain,
dan terkandung muatan nilai dan sikap di dalamnya. Adapun literasi sains adalah
bagaimana pemahaman tentang sains menjadikan solusi dalam pengambilan setiap
keputusan yang dihadapi.

A. Kesimpulan
Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa
yang lalu. Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memulai satu
langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada
pendidik menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Daftar pustaka

https://www.kompasiana.com/poltakbutarbutar8687/5d3fc21a0d8230196b30d912/penerapan-4-c-
s-dalam-pembelajaran
https://www.academia.edu/41041939/MAKALAH_Pembelajaran_abad_21_kelompok2_
https://www.researchgate.net/publication/336875984_PENERAPAN_MEDIA_AJAR_DIGITAL_BERBAS
IS_4C_COMMUNICATION_COLLABORATION_CRITICAL_THINKING_AND_PROBLEM_SOLVING_DAN_C
REATIVITY_AND_INNOVATION_DALAM_MENGHADAPI_REVOLUSI_INDUSTRI_40_DI_KALANGAN_GU
RU_YAYASAN_
https://staias.ac.id/index.php/2019/10/09/ketrampilan-abad-21/

Anda mungkin juga menyukai