K1-Syrt Sahnya Perjanjian
K1-Syrt Sahnya Perjanjian
PADMA D. LIMAN
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1
Jadi ada kehendak yang sama, tetapi kehendak itu (kehendak salah satu
pihak) terbentuk dibawah pengaruh gambaran yang salah.
Mis. - Pembeli ingin membeli jeans yang biru tua sedangkan penjual
memberikan jeans yang luntur
- Pembeli mau membeli kursi rotan ttp penjual memberikan kursi plastik.
Umumnya kekhilafan tidak mengakibatkan dapat dibatalkannya perjanjian,
mis : -kekhilafan tentang harga harganya terlalu mahal maka diganti harga
yang sesuai;
- kwalitas barang yang tadinya menghendaki mutu terbaik diganti dgn
mutu standard
- tujuan pemakaian barang semula utk kamar anak diganti kamar makan.
b. Paksaan / Ancaman
Yang dimaksud dengan paksaan adalah paksaan psychis/rohani/jiwa bukan
karena paksaan pfisik. Oleh karena itu istilah yg lebih tepat adalah “ancaman”.
Ps. 1324 BW Paksaan yg berakibat dpt dibatalkannya suatu perjanjian ada
lah paksaan yg dpt menimbulkan ketakutan pada seseorang yg
berpikiran sehat bahwa dirinya/kekayaannya terancam dengan
suatu kerugian yang terang dan nyata.
2
Jadi paksaan ini menyebabkan orang berada dalam ketakutan dan akibatnya
perjanjianpun terjadi. Ini berarti terjadinya perjanjian tsb karena dalam keadaan
ketakutan yg berarti tidak ada pernyataan kehendak yg bebas dalam membuat
perjanjian. Seandainya tidak ada perasaan takut tsb dgn syarat2 yang berbeda.
Hal yang diancam harus merupakan hal yang tidak diperkenankan oleh hukum,
mis. mengancam akan melakukan kejahatan terhadap diri atau kekayaan pihak
lain. Kalau hanya diancam tidak diajak nonton, tidak ditraktir makan, tidak diajak
keliling dunia dan lain-lain atau diancam dipailitkan maka ini tidak termasuk
dalam pengertian ancaman yang dapat membatalkan suatu perjanjian. Karena
ancaman yang demikian tidak dilarang oleh hukum.
Jika seseorang tangannya dipegang dan dipaksa untuk tanda tangan dalam
suatu perjanjian maka ia tidak bisa minta pembatalan perjanjian tersebut dengan
alasan ada unsur paksaan berdasarkan Ps. 1324 BW. Karena dalam hal ini
meskipun ia memang tidak setuju dengan perjanjian tsb tetapi hanya karena
tangannya dipegang dan dipaksa untuk menanda tangani perjanjian. Jadi
dalam keadaan yang demikian ybs tidak pernah ada rasa setuju untuk membuat
perjanjian. Sedangkan berdasarkan :
- Ps. 1324 BW harus ada persetujuan tetapi persetujuan ini diberikan
dalam keadaan takut/dalam keadaan tidak bebas karena
kalau tidak disetujui maka akan dibuka rahasianya dimuka
umum.
- Ps. 1323 BW Yang melakukan paksaan itu bukan hanya pihak dalam
perjanjian tetapi juga kalau dilakukan oleh pihak ketiga
maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan.
- Ps. 1325 BW Perjanjian dpt dibatalkan meskipun yg dipaksa bukan
pihak dalam perjanjian tetapi suami/istri/sanak keluarga
dalam garis keturunan keatas atau kebawah dari pihak
dalam perjanjian.
c. Penipuan
Penipuan merupakan suatu bentuk khusus dari kekhilafan. Dikatakan demikian
karena penipuan baru ada jika gambaran yg salah (kekhilafan) ditimbulkan dgn
sengaja oleh tipu muslihat pihak lain. Harus ada hubungan kausal antara
penipuan dgn terjadinya perjanjian atau dgn kata lain pihak yg ditipu tidak akan
mengadakan perjanjian bila tidak dilakuan dgn tipu muslihat (Ps. 1328 BW).
Pengertian tipu muslihat adalah harus ada suatu rangkaian pembohongan yang
dalam hubungannya satu dengan yang lain merupakan suatu tipu muslihat.
Menurut Hoge Raad
3
Jika hanya terjadi satu pembohongan saja tidak merupakan penipuan.
Mis. Jual beli kendaraan bermotor.
Tetapi ada juga sarjana hukum lainnya yang berpendapat bahwa hanya dengan
satu pembohongan saja maka tipu muslihat sudah terjadi.
Mis. Pembelian jeans yang impor dicampur dengan yang buatan dalam negeri
atau memuji-muji terus barang dagangannya secara berlebihan.
Didalam mengajukan gugatan pembatalan perjanjian yg berdasarkan penipuan
sebaiknya juga diikutkan “karena berdasarkan kekhilafan” sehingga kalau tidak
terbukti adanya unsur kesengajaan (tipu muslihat) maka dapat didasarkan pada
kekhilafan.
⇛ Seorang istri Sudah tidak berlaku lagi sejak terbitnya Surat Edaran MA
No. 3 tahun 1963, yang berlaku sebagai yurisprudensi.
4
a. Orang tuanya kalau ia berada dibawah kekuasaan orang tuanya.
b. Walinya kalau ia berada dibawah perwalian.
Untuk perjanjian yang dibuat oleh seorang sakit jiwa yang tidak ditaruh dibawah
pengampuan adalah dapat dibatalkan, sepanjang bisa dibuktikan bahwa pada saat
mengadakan perjanjian ia dalam keadaan sakit jiwa dan hal ini diketahui atau dapat
diketahui oleh pihak lain.
5
Kalau suatu perjanjian jual beli yang belum menyebutkan jumlah barang
atau harga barang yang tertentu dan nanti kemudian baru disebutkan maka
ini bukan berarti tidak menyebutkan suatu hal tertentu dan ini sudah
merupakan suatu perjanjian yang sah.
Mis. a. Tidak menyebutkan jumlah barang :
A akan membeli beras yang seharga Rp. 6.500,--/Kg pada B;
tetapi jumlahnya berapa kilo belum disebutkan. perjanjian jual
beli ini sudah sah.
b. Tidak menyebutkan harga barang :
Dalam perjanjian hanya disebutkan harganya ditentukan pada
waktu harga pasar saat penyerahan barang 3 bulan kemudian.
perjanjian jual beli ini sudah sah.
6
telah terbuka tetapi belum dibagi oleh ahli warisnya sudah dapat dilakukan
perjanjian (misalnya jual beli) terhadap bagiannya.
Demikian pula terhadap hibah atas benda yang baru akan ada dikemudian
hari adalah batal. (Ps. 1667 : 2 BW).
Sedangkan untuk perjanjian cuma-cuma, karena tidak ada kontra prestasi maka
sebab disini adalah menunjukkan kehendak untuk membantu.
Misalnya : - Perjanjian pinjam pakai, perjanjian pinjam uang tanpa bunga,
- Perjanjian hibah kehendak untuk memberi.
Perjanjian jual beli pisau adalah sah kalau dalam perjanjian jual beli tersebut tidak
diperjanjikan bahwa penjual menjual pisaunya hanya kalau digunakan pembeli untuk
membunuh orang.
Dalam Pasal 1335 BW mengatakan bahwa suatu perjanjian batal demi hukum jika :
a. Perjanjian tanpa sebab
7
b. Perjanjian dengan sebab yang palsu
c. Perjanjian dengan sebab yang terlarang.
Menurut salah salah seorang pakar hukum, Wiryono, bahwa karena causa/
sebab dalam suatu perjanjian tidak lain adalah isi dari perjanjian tsb maka
tidak mungkin ada perjanjian yang tidak mempunyai causa. Bahwa setiap
perjanjian tentu mempunyai isi/causa bagaimanapun sedikit atau kecilnya.
Ada tiga kemungkinan dalam perjanjian mepunyai sebab yang palsu, yaitu :
1. Kedua belah pihak berpura-pura mengadakan perjanjian tetapi tujuan
mereka perjanjian tersebut tidak berakibat hukum bagi mereka berdua.
Mis. Karena A banyak utangnya pada orang lain maka ia berpura-pura
menjual sebagian hartanya kepada B utk menghindari pelunasan
utangnya kepada orang lain tetapi maksud mereka (A dan B)
harta tersebut masih tetap milik A.
2. Untuk menutupi suatu sebab yang terlarang
Mis. A memeras B untuk memperoleh sejumlah uang tetapi karena B
tidak mempunyai uang tunai maka dibuatlah perjanjian pinjam
uang yang isinya B mengaku telah meminjam uang A.
8
3. Untuk menutupi suatu sebab yang diperbolehkan
Mis. A ingin menghibahkan barangnya kepada B, tetapi A tidak mau
diketahu bahwa ia menghibah barangnya tersebut maka dibuatlah
perjanjaina jual beli antara A dengan B.