Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ETIKA BISNIS DAN PROFESI AKUNTAN

“TAX AVOIDANCE VS TAX EVASION”

OLEH :

SUCI OKTAMIRZA

17043026

DOSEN PENGAMPU :

EKA FAUZI, SE,M.SI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
1. Perbedaan Tax Avoidance dengan Tax Evasion !

Seperti yang kita tau bahwa pajak adalah salah satu sumber penerimaan terbesar bagi
Indonesia. Hasil dari penerimaan pajak ini biasanya digunakan oleh pemerintah untuk
membiayai keseluruhan pengeluaran negara, baik untuk pengeluaran rutin negara maupun
pengeluaran pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyatnya. Menyadari betapa vitalnya peran pajak untuk negara, pemerintah Indonesia setiap
tahunnya selalu berusaha untuk meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri khususnya dari
sektor pajak. Berbagai usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari
sektor pajak ini namun, terkadang usaha tidak berjalan sesuai yang diharapkan dan direncana.
Hal itu disebabkan mayoritas kesadaran wajib pajak masih sangat rendah. Hal yang tertanam
dipikiran mereka ialah pajak hanya mengurangi penghasilan yang mereka terima sehingga
mereka selalu berusaha untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkannya kepada
negara.

Upaya meminimalkan beban pajak dapat dilakukan oleh wajib pajak dengan berbagai cara,
mulai dari yang masih berada dalam koridor peraturan perpajakan sampai dengan yang sudah
melanggar koridor peraturan perpajakan. Yang ‘masih didalam koridor’ seringkali dikenal
dengan istilah tax avoidance sedang, yang ‘luar koridor’ disebut dengan tax evasion.

Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah upaya pengurangan secara legal yang dilakukan
dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal seperti,
pengecualian dan pemotongan-pemotongan yang diperkenankan maupun manfaat hal-hal yang
belum diatur dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku
(Suandy, 2005). Sedang, penggelapan pajak (tax evasion) menurut Siahaan (2010), merupakan
perbuatan yang melanggar undang-undang pajak, misalnya wajib pajak tidak melaporkan
pendapatan yang sebenarnya. Faktor paling utama yang menjadikan para wajib pajak lebih
memilih tindakan penggelapan pajak (tax evasion) daripada penghindaran pajak (tax avoidance)
adalah karena untuk malakukan penghindaran pajak diperlukan wawasan dan pengetahuan yang
luas serta berkompeten di bidangnya dimana mereka mengetahui semua seluk-beluk peraturan
perundang-undangan tentang perpajakan sehingga dapat menemukan celah yang dapat ditembus
untuk mengurangi beban pajak yang dibayarkan tanpa melanggar peraturan yang ada. Biasanya
hal seperti ini hanya bisa dilakukan oleh para penawar jasa konsultan pajak, sehingga dapat
disimpulkan para wajib pajak lebih memilih untuk melakukan penggelapan pajak karena lebih
gampang dilakukan walaupun itu merupakan tindakan yang melanggar undang-undang.

Perbedaan Penghindaran Pajak & Penggelapan Pajak Hanya Setebal dinding Penjara,
adalah sebuah pernyataan dari Denis Healey yang dimuat disalah satu artikel DDTC.
Menurutnya pada hakikatnya antara penghindaran pajak dan penggelapan pajak hampir sama.
sesuai uraian diatas tadi, penghindaran pajak ialah skema transaksi pajak dengan tujuan
meminimalkan beban pajak dengan cara memanfaatkan kelemahan (loophole) peraturan pajak
disuatu negara. Banyak ahli yang juga mendukung bahwa penghindaran pajak itu legal dan sah-
sah saja karena, tidak ada peraturan yang dilanggarnya. Mereka menafsirkan bahwa
penghindaran pajak adalah sebuah tindakan yang masih berada didalam koridor hukum namun,
penghindaran pajak itu melawan atau mengingkari tujuan dari pembuatan undang-undang.
Sementara, penggelapan pajak (tax evasion) diartikan sebagai suatu skema membuat pajak
menjadi kecil dengan cara yang illegal atau melanggar aturan yang ada contoh : melaporkan atau
memperbesar biaya fiktif. Keduanya, memang sama-sama mengurangi penerimaan negara dari
sektor pajak namun, keduanya berbeda meski perbedaannya tipis sekali.

Bagaimanapun juga sebagai warga negara yang baik kita perlu menumbuhkan bahwa pajak itu
bukanlah sebagai beban melainkan lebih ditafsirkan kepada hak orang yang tuhan titipkan
didalam usaha kita.

2. Jelaskan teori-teori yang bisa digunakan dalam riset tentang topik dan konteks riset
yang relevan dengan teori tersebut !!

a. teori yang bisa digunakan

Setelah membaca referensi artikel atau riset terkait dengan topik ini ditemukan beberapa teori
yang dapat digunakan diriset dengan topik ini antara lain :
1.) Teori keadilan Rawls (1971)

Teori ini mengatakan bahwa pemungutan pajak harus bersifat final, adil dan merata. Adanya
pemikiran tentang pentingnya keadilan bagi wajib pajak dalam membayar pajak terhutangnya
akan mempengaruhi sikap mereka dalam membayar pajak. Dalam penetapan tarif pajak harus
berdasarkan keadilan yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi harus sebanding dengan
kemampuan dalam membayar pajak dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Menurut
Permatasari (2013) semakin tidak adil sistem perpajakan yang berlaku menurut persepsi wajib
pajak maka kepatuhan akan menurun dan cenderung memicu tindakan penggelapan pajak.

2.) Teori motivasi Hilgard dan Atkinson (1979)

Motivasi wajib pajak dalam membayar pajak akan meningkat karena semakin membaik dan
mudah layanan pembayaran dan pelaporan pajak. Sehingga dapat ditarik kesimpulan semakin
tinggi teknologi dan informasi perpajakan aka mengurangi tingkat penggelapan pajak.

3.) Teori Ramirez Torres

Pajak erat kaitannya dengan korupsi banyak pejabat terkait pajak memanfaatkan
kesempatan dengan ‘mencuri’ pajak yang sejatinya menjadi hak rakyat. Teori Ramirez
Torres ini dikemukakan oleh seorang akuntan dari Nikaragua bernama Francisco Ramirez
Torres pada tahun 1990 dalam bukunya yang berjudul Los delitos económicos en los negocios
atau Kejahatan ekonomi dalam bisnis (Tedika, dkk 2013). Francisco Ramirez Torres melakukan
penelitian terhadap berbagai penyebab korupsi baik dari pengaruh lingkungan maupun individu.
Lingkungan sekolah, keluarga, negara hingga situasi internasional berpengaruh terhadap perilaku
korupsi, sedangkan faktor individu yang mempengaruhi korupsi adalah gaya hidup yang buruk,
judi, hingga alkohol (Matei, 2013). Teori Ramirez Torres mempunyai rumus yang menjelaskan
mengenai penyebab terjadinya korupsi yang dijabarkan dengan persamaan sebagai berikut
(Nurina, 2014) : Rc > Pty x Prob

Rc = Reward (Result) of Corruption

Pty = Penalty Prob = Probability of being detected/caught


4.) Teori Gone

Jack Bologna adalah seorang akademisi dari Amerika Serikat yang melakukan penelitian
mengenai korupsi dan akuntansi forensik. Teks Teori GONE dikemukakan oleh Jack Bologne
pada tahun 1993 dalam bukunya yang berudul Handbook of Corporate Fraud. Menurut
Sihombing (2014), Teori GONE merupakan penyempurnaan dari teori Triangle Fraud, yang
sebelumnya menyebutkan bahwa Pressure (Tekanan), Opportunity (Peluang), Rationalization
(Rasionalisasi) adalah alasan mengapa seorang koruptor melakukan tindak fraud. Empat
faktor dalam Teori GONE dapat menjelaskan penyebab fraud. Keempat faktor tersebut adalah :
1) Greedy, terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi.

2) Opportunity, sistem yang memberi peluang untuk melakukan korupsi.

3) Needs, sikap mental yang tidak pernah merasa cukup, selalu sarat dengan kebutuhan yang
tidak pernah usai.

4) Exposes, hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku korupsi yang tidak memberi efek jera
pelaku maupun orang lain.

Teori ini juga pernah dipakai dalam meneliti konteks pajak karena, memang pajak itu
rentan dengan korupsi dengan kesempaan yang barangkali dapat dikatakan terbuka lebar.
Salah satu penelitian terkait pajak di Indonesia yang menggunakan teori ini berjudul :
“ANALISIS PRAKTIK PENGHINDARAN PAJAK DI BIDANG IMPOR PADA
KEPAILITAN PERUSAHAAN EKSPOR IMPOR” oleh Himawan Yusuf.

5.) Theory Planned of Behavior

Teori ini memiliki fondasi terhadap perspektif kepercayaan yang mampu mempengaruhi
seseorang untuk melakukan tindakan yang spesifik. Perspektif kepercayaan dilasanakan melalui
penggabungan beraneka ragam karateristik, kualitas dan atribut atas informasi tertentu yang
kemudian membentuk kehendak dalam bertingkah laku (Yuliana, 2004). Keputusan dalam
berlaku melalui cara yang dikehendaki atau stimulus untuk melaksanakan suatu tindakan baik
secara sadar maupun tidak sadar disebut dengan Intensi (niat) (Corsini, 2002). Awal
terbentuknya perilaku seseorang dimulai dari intensi. Dalam menjelaskan perilaku apapun yang
memerlukan perencanaan maka teori planned behavior ini cocok untuk diterapkan (Ajzen, 1991).
Planned behavior theory adalah perluasan dari reasoned action theory. Reasoned action theory
memilki buktibukti ilmiah bahwa terdaapt niat yang diakibatkan oleh dua alasan, yaitu norma
subjektif dan sikap terhadap perilaku untuk melakukan tindakan atau perilaku tetentu (Fishbein
dan Ajzen, 1975). Beberapa tahun kemudian, Ajzen (1988 menambahkan satu faktor lain yaitu
kontrol perilaku persepsian individu atau perceived behavioral control. Keadaan faktor tersebut
mengubah reasoned action theory menjadai planned behavior theory.

Sebelum individu melakukan sesuatu, individu tersebut akan memiliki keyakinan


mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilakunya tersebut. Kemudian yang
bersangkutan akan memutuskan bahwa akan melakukannya atau tidak melakukannya.
Hal tersebut berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman wajib pajak.

6.) Teori Agensi

Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling, 1976 (dalam Hakim, 2015) teori agensi
menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai kepentingan yang berbeda.
Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik
keagenan Lambert, 2001 (dalam Hakim, 2015). Model keagenan merancang sebuah sistem yang
melibatkan kedua belah pihak, sehingga diperlukan kontrak kerja antara pemilik (principal) dan
manajemen (agent). Kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan untilitas principal
dan dapat menjamin agen untuk menerima reward dari hasil aktivitas pengelolaan perusahaan.
Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen terletak pada memaksimalkan manfaat
(utility) pemilik (principal) dengan kendala (constraint) manfaat (utility) dan insentif yang akan
diterima oleh manajemen (agent). Kepentingan yang berbeda sering menyebabkan konflik
kepentingan antara pemegang saham/pemilik (principal) dengan manajemen (agent).

Kewenangan yang diberikan pada agen memberikan kesempatan pada mereka untuk
melakukan penggelapan pajak atau hanya sekedar penghindaran pajak.

7.) Teori atribusi relevan

Perilaku seseorang dalam memenuhi kewajiban perpajakan ditentukan oleh suatu keadaan,
baik dari faktor eksternal misalnya tingkat keadilan dalam perpajakan, administrasi pajak yang
tersedia secara memadai. Sedangkan dari faktor internal, adanya pengetahuan dan pemahaman
wajib pajak mengenai perpajakan. Seseorang dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman yang
tinggi, maka hal tersebut akan digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan
kewajiban perpajakannya.

8.) Teori pembelajaran sosial

Teori ini l relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya
membayar pajak. Seseorang akan membayar pajak tepat pada waktunya apabila didukung oleh
keadilan dalam perpajakan, yang meliputi keadilan dari pihak pemerintah, fiskus, dan penentuan
tarif pajak.

9.) Teori Fraud

(a.) Teori Fraud Triangle 

Ada 3 hal yang mendorong terjadinya sebuah upaya fraud, yaitu pressure (dorongan),
opportunity (peluang), dan rationalization (rasionalisasi), sebagaimana tergambar berikut ini:
1.      Pressure (Dorongan)
Pressure adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud, contohnya hutang
atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah, ketergantungan narkoba, dll. Pada umumnya
yang mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah finansial. Tapi banyak juga
yang hanya terdorong oleh keserakahan.
2.      Opportunity (Kesempatan)
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena
internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan
wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling
memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan control dan upaya
deteksi dini terhadap fraud.
3.      Rationalization (Pembenaran)
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari
pembenaran atas tindakannya, misalnya: Bahwa tindakannya untuk membahagiakan keluarga
dan orang-orang yang dicintainya, perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar
dan tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.
 
(b.)Teori Fraud Diamond

Pada tahun 2004 muncul sebuah teori fraud yang diperkenalkan oleh Wolfe dan Hermanson,
teori yang mereka temukan dikenal dengan fraud diamond theory.Teori  fraud diamond
merupakan  penyempurnaan teori fraud triangle. Teori fraud diamond menambahkan elemen
kapabilitas/kemampuan (capability) sebagai elemen keempat selain elemen tekanan (pressure),
kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) yang sebelumnya telah dijelaskan
dalam teori fraudtriangle. Menurut Wolfe dan Hermanson, penipuan atau kecurangan tidak
mungkin dapat terjadi tanpa orang yang memiliki kemampuan yang tepat untuk melaksanakan
penipuan atau kecurangan tersebut.
Kemampuan yang dimaksud adalah sifat individu melakukan penipuan, yang mendorong mereka
untuk mencari kesempatan dan memanfaatkannya.  Peluang menjadi akses masuk untuk
melakukan fraud, tekanan dan rasionalisasi dapat menarik seseorang untuk melakukan fraud,
tetapi orang tersebut harus memiliki kemampuan yang baik untuk mengenali peluang tersebut
agar dapat melakukan taktik fraud dengan tepat dan mendapatkan keuntungan maksimal.

(c.)  Teori Fraud Pentagon

(Crowe’s fraud pentagon theory)Teori terbarukan


yang mengupas lebih mendalam mengenai factor - faktor pemicu fraud adalah teori fraud
pentagon (Crowe’s fraud pentagon theory). Teori ini dikemukakan oleh Crowe Howarth pada
2011. Teori fraud pentagon merupakan perluasan dari teori fraud triangle yang sebelumnya
dikemukakan oleh Cressey, dalam teori ini menambahkan dua elemen fraud lainnya yaitu
kompetensi (competence) dan arogansi (arrogance).
Kompetensi (competence) yang dipaparkan dalam teori fraud pentagon memiliki makna yang
serupa dengan kapabilitas/kemampuan (capability) yang sebelumnya dijelaskan dalam teori
fraud diamond oleh Wolfe dan Hermanson pada 2014. Kompetensi/kapabilitas merupakan
kemampuan karyawan untuk mengabaikan kontrol internal, mengembangkan strategi
penyembunyian, dan mengontrol situasi sosial untuk keuntungan pribadinya (Crowe, 2011).
Menurut Crowe, arogansi adalah sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa
kontrol internal atau kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya.

Dan barangkali inilah beberapa teori yang dapat saya temukan untuk topik ini
barangkali masih banyak teori lain yang bisa digunakan peneliti untuk meneliti topik ini.

b. konteks riset yang relevan

menurut Mudjia Rahardjo, istilah ‘konteks penelitian’ bersumber dari konsep penelitian
kualitatif yang bersifat terbuka dan tentatif. Karena,apa yang dilakukan peneliti sejatinya masih
ebrupa rabaan setelah melihat peristiwa atau gejala yang sepertinya tidak lazim. Karena, nomena
(makna) yang sesungguhnya dibalik fenomena atas subjel yang diteliti baru akan terungkap pada
saat peneliti melakukan penelusuran, sehingga landasan yang mendorong penelitian bersifat
konteks.

Singkatnya, konteks riset minimal terdiri atas :

- Landasan teoretis, berhubungan dengan pendapat para ahli yang mendukung uraian
konteks. Dan ini menurut saya berlaku untuk semua teori yang saya lampirkan diatas
(Teori keadilan Rawls, Teori motivasi Hilgard dan Atkinson, Teori Ramirez Torres,
Teori Gone, Theory Planned of Behavior, Teori Agensi, Teori atribusi relevan,
Teori pembelajaran sosial & teori fraud ) Karena, sebaik-baiknya penelitian itu
mempunyai landasan teoretis yang kuat yaitu dari para ahli professional atau peneliti
yang sudah berpengalaman.
- Landasan religious, berhubungan dengan keagamaan seperti Alquran, hadist maupun
pendapat para ulama. Dan juga menurut saya konteks ini juga relevan bagi seluruh teori
diatas (Teori keadilan Rawls, Teori motivasi Hilgard dan Atkinson, Teori Ramirez
Torres, Teori Gone, Theory Planned of Behavior, Teori Agensi, Teori atribusi
relevan, Teori pembelajaran sosial & teori fraud ) karena, sebagian besar teori diatas
berkaitan dengan perilaku dari beberapa pihak pemahaman akan agama yang baik akan
mendorong perilaku yang baik pula jadi, menurut saya konteks ini relevan untuk semua
teori diatas tapi, kembali lagi ke si peneliti bagaimana si peneliti ingin mengembangkan
penelitiannya.
- Landasan yuridis, terkait dengan landasan hukum yang berlaku di Indonesia. Menurut
saya dari teori yang telah diuraikan sebelumnya konteks ini sepertinya relevan tuntuk
teori keadilan Raws, dan teori yang berkaitan dengan korupsi yaitu teori Ramirez Torres
dan teori gone.
- Landasan deskriptif, yakni landasan yang berhubungan dengan realitas, baik sejarah,
sosial,budaya, psikologi dan sebagainya. Dari teori yang ada diatas menurut saya semua
teori diatas juga relevan dengan konteks yang satu ini.
- Masalah penelitian, merupakan gambaran deskriptif fenomena yang menjadi masalah
penelitian. Biasanya didasarkan atas hasil observasi awal atau penelusuran peneliti
terhadap masalah yang dikaji. tentunya topik dan teori yang dgunakan peneliti yang
paling utama ialah masalah penelitiannya.

Sistematika penulisan “konteks penelitian” dapat menggunakan pola pikir “umum ke khusus”
atau “khusus ke umum”. Tujuannya agar paparan dan penjelasan penelitian menjadi lebih
sistematis, logis, dan mudah dipahami.
Daftar Pustaka

Ardiyaksa,Theo Kusuma dan Kiswanto. “Pengaruh Keadilan,Tarif Pajak, Ketepatan


Pengalokasian, Kecurangan, Teknologi dan Informasi Perpajakan Terhadap Tax Evasion”.
Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014.

Redaksi DDTCNews.News.ddtc.co.id.DDTC.Web. 02 April 2020.DDTC.27 April 2020.

Darussalam. News.ddtc.co.id.DDTC.Web. 02 April 2017.DDTC.27 April 2020.

Hamdan,Hifza.Inspiring Education. Situs pribadi .2017.Web. 27 April 2020.

Irawan, Yanuar, Havid Sularso dan Yusriati Nur Farida. “Analisis Atas Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Di Indonesia”. Soedirman Accounting
Review. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2017.

Karina, Yuliani. “Pengaruh Love Of Money, Sistem Perpajakan, Keadilan Perpajakan,


Diskriminasi Perpajakan, Pemahaman Perpajakan, Sanksi Perpajakan Dan Religiusitas Terhadap
Penggelapan Pajak (Berdasarkan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Kabupaten Subang)”. Prisma (Platform Riset Mahasiswa Akuntansi)
Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020 (Hal: 58-69).

Lestari,Wahyu dan Kusmuriyanto. “Pengaruh Keadilan, Administrasi Perpajakan, Pengetahuan


Dan Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Tax Avoidance”. Accounting Analysis Journal 4 (4)
(2015).

Redaksi DDTCNews.News.ddtc.co.id.DDTC.Web. 02 April 2020.DDTC.27 April 2020.

Yusuf,Himawan dan Jaka Isgiyarta. “Analisis Praktik Penghindaran Pajak Di Bidang Impor
Pada Kepailitan Perusahaan Ekspor Impor”. Jurnal BPPK Volume 12 Nomor 1 Tahun 2019
Halaman 20-30.

Anda mungkin juga menyukai