Anda di halaman 1dari 2

Mezbah adalah tempat yang disucikan untuk Allah.

Awalnya, mezbah artinya adalah tempat


mempersembahkan kurban bakaran, sekaligus sebagai tempat berdoa, memuji dan
menyembah Tuhan (1 Raja-raja 18:36-37). Dalam perkembangannya, mezbah telah banyak
mengalami perubahan bentuk dan maknanya selama berabad-abad. Setelah menjadi
tempat kurban bakaran, selanjutnya menjadi meja tempat mempersembahkan kurban
kepada Tuhan. Maknanya berkembang lagi menjadi meja tempat kurban Tuhan Yesus
(tubuh dan darah Tuhan Yesus) dan tempat pewartaan firman Tuhan. Kata mezbah sering
juga dikenal sebagai altar. 

Tinjauan Historis 
Mezbah kurban bakaran pada masa perjanjian lama, dibuat dengan sangat sederhana.
Dalam bait suci di Yerusalem, ada kotak berbentuk empat persegi dari batu tanpa ditatah.
Pada masa Perjanjian Baru, yaitu dalam sidang jemaat Kristen awal, pertama-tama, mezbah
hanya dipahami secara simbolis. (bandingkan dengan Ibrani 13:10-13), karena makna
Mezbah yang sesungguhnya adalah salib Kristus, dimana Tuhan mengurbankan diri-Nya
bagi dunia. Kurban ini hanya dilakukan sekali saja dan berlaku untuk selama-lamanya.
Karena itu, orang tidak lagi mengenal mezbah, yang di atasnya orang mempersembahkan
kurban. Penulis surat Ibrani memberikan penjelasan-penjelasan yang terperinci mengenai
hal ini (bandingkan dengan Ibrani 10:1-14). Pada masa sidang jemaat Kristen awal, mereka
menggunakan meja yang terbuat dari kayu dan yang dapat digerakkan, untuk perjamuan
persekutuan mereka. Di atas meja itu, mereka meletakkan roti dan cawan berisi anggur.
Dengan demikian, meja itu dipahami sebagai meja kurban, yaitu sebagai mezbah, yang
menunjuk pada kurban Kristus di kayu salib, sehingga kurban tersebut menjadi nyata.
Mezbah ini, bagi mereka adalah juga meja Tuhan, kemana sidang jemaat-Nya diundang.
Sejak abad ke-4, lambat laun meja ini diubah menjadi mezbah yang monumental. Meja
tersebut diubah bentuknya dan dihias dengan indah, misalnya dengan gambar tokoh-tokoh
dalam Alkitab. Mezbah juga mendapat tempat yang tertentu di dalam ruang gereja, di
tengah-tengah tempat suci. Meskipun perkembangan indah yang luar biasa ini, arti yang
sebenarnya dari mezbah ini tidak boleh dilupakan, yaitu menjadi meja Tuhan. Dikemudian
hari, melalui pemberian bentuk arsitektur khusus, orang berusaha untuk melengkapi mezbah
dengan sebuah mimbar. Sejak saat itu, di banyak gereja, mezbah digunakan untuk
perayaan perjamuan kudus dan keseluruhan liturgy kebaktian (tata cara kebaktian),
sementara firman juga diwartakan dari mimbar.
Mezbah juga memiliki fungsi, sebagai tempat pewartaan firman dan tempat persiapan
Perjamuan Kudus. Mezbah ini senantiasa merupakan tempat yang kudus dan dikhususkan.
Mezbah ini juga tidak boleh kehilangan kekudusannya, meskipun hanya pada waktu-waktu
tertentu digunakan untuk upacara-upacara suci di dalam kerangka kebaktian. Tempat ini di
dalam rumah Allah, sama seperti rumah Allah itu sendiri, adalah senantiasa suci. Ini
hendaknya kita pahami dan mengerti  dengan sungguh-sungguh, jika kita memasuki rumah
Allah. Kekudusan rumah Allah tidak boleh di rusak oleh tindakan manusia yang tidak
sepantasnya. Ruangan-ruangan yang digunakan untuk kebaktian, dikuduskan oleh
persekutuan kebaktian, yang terdiri dari mezbah, Pemangku Jawatan dan sidang jemaat.
Permohonan untuk mengkuduskan tempat itu, dapat disebutkan oleh pemimpin kebaktian,
dalam doa pembukaan. Rumah Allah, dimana mezbah berada, juga memiliki
arti eskatalogis, artinya, suatu hal yang membawa keselamatan, dan menunjuk pada masa
yang akan datang. Kita menyeberangi ambang batas yang melambangkan peralihan dari
dunia yang dipenuhi oleh dosa, ke dalam dunia kehidupan kekal, ke dalam mana semua
orang diundang. Tempat dan peristiwa kebaktian pada dasarnya adalah gambaran rumah
Bapa, yaitu tempat dimana umat Allah sedang menempuh perjalanan menuju ke sana. Di
tempat tujuan jalan kepercayaan kita, Allah akan berdiam di tengah-tengah manusia dan
mereka akan menjadi umat-Nya. (bandingkan dengan Wahyu 21:3-4)

Anda mungkin juga menyukai