Vaginosis Bakterial
Oleh :
Supervisor Pembimbing :
Definisi
Vaginosis bakterial (VB) merupakan penyebab paling umum keputihan dan malodor pada
perempuan.1 Vaginosis bakterial adalah sindrom klinis akibat perubahan ekosistem vagina yaitu
pergantian Lactobacillus sp. yang memproduksi H2O2 di vagina dengan bakteri anaerob (Prevotella
species, Mobiluncus species, Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis) yang menyebabkan
perubahan pada pH vagina normal (3,5-4,5) menjadi basa (lebih dari 4,5). 1,2 Etiologi dan
patogenesis VB masih belum jelas diketahui. 1 Vaginosis bakterial dikaitkan dengan aktivitas
seksual, usia reproduktif, pasangan seksual lebih dari satu dan penggunaan alat kontrasepsi dalam
rahim.3 Pasien VB mempunyai risiko lebih tinggi tertular infeksi menular seksual (IMS) lainnya,
komplikasi kehamilan dan VB berulang.1
MANIFESTASI KLINIS
Wanita dengan VB akan mengeluhkan adanya duh tubuh vagina yang ringan sampai sedang
dan berbau amis (fishy odor).2 Penelitian potong-lintang pada pasien klinis VB melalui kriteria
pewarnaan Gram, secara signifikan terkait dengan gejala malodor vagina (49% pada pasien dengan
VB dan 20% tanpa VB) dan sekret vagina (50% pada pasien VB dan 37% tanpa VB). 3 Walaupun
beberapa wanita mempunyai gejala yang khas, namun pada sebagian besar wanita dapat
asimptomatik. Penderita dengan vaginosis bakterial dapat timbul bersama infeksi traktus genital
bawah seperti trikomoniasis dan servisitis sehingga menimbulkan gejala genital yang tidak spesifik.
Pada pemeriksaan fisik terdapat sekret yang homogen, tipis dan cair. Berbeda dengan sekret normal
vagina yang lebih tebal.2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pengumpulan spesimen dilakukan pada ruangan yang cukup cahaya. Pasien diminta untuk
naik ke meja pemeriksaan dan diposisikan litotomi. Spekulum vagina Cusco's tanpa lubrikan
dimasukan ke dalam vagina pasien dengan kondisi aseptik, kemudian sekret, kondisi vagina dan
serviks diamati.7
pH Vagina
2
pH vagina diperiksa menggunakan pH indicator/kertas lakmus, dengan membasahi pH
indikator/kertas lakmus pada sekret di forniks posterior. Hasilnya dibandingkan dengan tabel
rujukan standarisasi colorimetric terhadap pH aktual.7 Penentuan pH vagina relatif sensitif, tetapi
kurang spesifik untuk mendeteksi wanita dengan VB.11
Whiff Test
Sekret vagina diambil dan digoreskan pada objek gelas steril kemudian ditambahkan satu
tetes KOH 10%. Reaksi positif apabila didapatkan fishy odour, putrid yang menyengat.7
Clue Cells
Satu tetes sekret vagina dicampur dengan satu tetes NaCl diatas objek gelas yang steril; kemudian
ditutup dengan cover slide. Preparat diobservasi dibawah mikroskop pembesaran 10x dan 40x
dalam 10 menit. Sel epitel vagina dilapisi organisme kokobasiler sehingga tepinya yang secara
normal mempunyai bentuk tepi sel menjadi kabur atau gambaran titik-titik yang disebut sebagai
clue cells. Clue cells adalah karakteristik VB. Jika clue cells sebesar 20% atau lebih sel epitel pada
satu lapangan besar dikatakan positif. Adanya beberapa motile trichomonands, budding yeast cells,
dan pseudohyphae.
Biakan
Kultur untuk G.vaginalis atau mikroba yang lain mempunyai utilitas kecil untuk diagnosis
VB. G.vaginalis bisa ditemukan dari semua wanita dengan VB, tetapi juga hampir 58% tanpa VB.3
DIAGNOSIS
Diagnosis VB menggunakan kriteria diagnosis Amsel berdasarkan pada tiga dari empat
tanda-tanda berikut:12
Cairan vagina homogen, putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina
Clue cells (yaitu, sel epitel vagina yang ditutupi adherent coccoobacilli) pada pemeriksaan
mikroskopis
Sekret vagina berbau seperti bau ikan (fishy odor) sebelum atau setelah penambahan KOH 10%
(Whiff test)
3
Tabel 1. Skor Nugent apusan pewarnaan Gram pada vaginosis bakterial (+1;<1/1000x lapangan mikroskopis, 2+, 1-
5/1000, 3+, 6-30/1000, dan 4+, >30/1000)
DIAGNOSIS BANDING
Vaginosis bakterial didiagnosis banding dengan kandidiosis vulvovaginalis dan trikomoniasis
vaginalis. Ketiga penyakit ini ditinjau dari gejala klinis dan pemeriksaan penunjang.
Tabel 2. Diagnosis banding Vaginosis Bakterial.1
Mikroskopis Clue cell, Gram negatif pada Sel darah putih Flagella motil, banyak sel darah
pewarnaan Gram,jumlah bakteri putih
banyak
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dianjurkan untuk semua wanita yang memberikan keluhan. Pada wanita
tidak hamil terapi bertujuan untuk menyembuhkan gejala dan tanda infeksi vagina. Manfaat yang
lain yaitu termasuk menurunkan risiko untuk mendapat C. trachomatis, N. gonorrhoeae, T.
vaginalis, HIV, dan Herpes Simplex Virus type 2.1
Regimen rekomendasi untuk wanita tidak hamil
Metronidazol 500 mg per oral 2 kali per hari selama 7 hari
4
Gel metronidazol 0,75%, satu aplikator penuh (5 gram), intravaginal, sekali sehari, selama 5
hari; atau
Krim klindamisin 2%, satu aplikator penuh (5 gram), intravaginal, saat akan tidur, selama 7 hari
Klindamisin ovules 100 mg per vaginam sekali saat tidur selama 3 hari
Pada wanita hamil pengobatan bertujuan untuk menurunkan risiko komplikasi infeksi yang
menyertai VB selama kehamilan baik kepada ibu maupun janin.1
Regimen yang direkomendasikan untuk wanita hamil
Metronidazol 500 mg oral 2 kali sehari selama 7 hari, atau
Penggunaan Probiotik
Beberapa penelitian telah mengevaluasi efikasi klinis dan mikrobiologis penggunaan
intravaginal lactobacillus formulation untuk mengobati VB dan mengembalikan flora normal.
Secara keseluruhan, tidak ada penelitian yang mendukung penambahan lactobacillus formulations
yang tersedia atau probiotik sebagai adjuvan atau terapi pengganti pada wanita dengan VB.
Meskipun penelitian yang menyebutkan manfaat dari regimen ini terhadap pengobatan dan
pencegahan VB sedang berjalan.1
Pasangan Seksual
Percobaan klinis mengindikasikan bahwa respon wanita terhadap terapi dan kekambuhan
tidak dipengaruhi oleh pengobatan pasangannya. Sehingga, pengobatan rutin terhadap pasangan
tidak direkomendasikan.3
Infeksi HIV
Pada wanita yang menderita infeksi HIV, frekuensi VB berulang lebih tinggi. Pada pasien
VB dengan infeksi HIV diterapi sesuai dengan pasien HIV negatif. VB dengan infeksi HIV yang
asimptomatik direkomendasikan untuk diberikan terapi.1,2
KOMPLIKASI
5
Peningkatan konsentrasi bakteri intravaginal, bersama-sama dengan pergeseran ke flora
virulen yang lebih banyak, dapat merupakan predisposisi komplikasi obstetrik dan ginekologi
tertentu, seperti korioamnionitis, infeksi cairan amnion, infeksi pada masa nifas, penyakit radang
panggul, dan kelahiran prematur.2 Pasien wanita dengan VB mempunyai risiko lebih tinggi
terhadap penularan infeksi menular seksual (IMS) lain (seperti, Human Immunodeficiency Virus,
N. gonorrhoeae, C. trachomatis, dan HSV-2) serta kejadian VB berulang.3
PROGNOSIS
Prognosis VB ditentukan oleh ada tidaknya komplikasi serta infeksi penyerta. Pada kasus
VB tanpa komplikasi secara tipikal menghilang setelah penatalaksanaan antibiotik adekuat.
Morbiditas dan mortalitas secara umum baik. Pada kasus VB dengan komplikasi mengakibatkan
berbagai infeksi lain yang bergantung pada proses berikut:13
Vaginosis bakterial yang tidak diobati dapat mengakibatkan sequele serius, seperti endometritis,
salpingitis, pelvis inflamatory disease, atau komplikasi kehamilan termasuk ketuban pecah
dini, persalinan prematur, korioamnionitis, dan endometritis postpartum
Vaginosis bakterial meningkatkan risiko mendapat infeksi HIV dan intravaginal pratices adalah
faktor risiko untuk terjadinya VB
Infeksi penyerta (seperti vaginitis candida)
KESIMPULAN
Vaginosis bakterial merupakan penyebab keputihan dan malodor paling sering pada
perempuan yang disebabkan oleh perubahan ekosistem vagina sehingga terjadi perubahan pH
vagina normal. Etiologi dan patogenesis VB masih belum jelas diketahui tetapi dikaitkan terhadap
bakteri Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis. Kejadian vaginosis bakterial berhubungan
dengan aktivitas seksual, usia reproduktif, pasangan seksual lebih dari satu dan penggunaan alat
kontrasepsi dalam rahim. Vaginosis bakterial meningkatkan risiko tertular infeksi menular seksual
lain. Diagnosis VB hingga saat ini menggunakan kriteria Amsel dan kriteria Nugent (sebagai
metode laboratorium baku emas untuk diagnosis VB). Pemberian antibiotik yaitu metronidazol dan
klindamisin efektif untuk tatalaksana vaginosis bakterial.
6
DAFTAR PUSTAKA
Workowski KA, Bolan GA. Sexually Transmitted Disease Treatment Guidlines 2015. USA:
Departement of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention
(CDC). Mordity and Mortality Report (MMWR); 2015;64:69-72
Adam AM, Sastri Z, Zainudin M, Harry LM. Vaginosis Bakterial. In: Sjaiful S. (ed). Infeksi
Menular Seksual Edisi ke-4. Jakarta: BP-FKUI; 2011. p.116-22
Holmes KK, Sharon H, Jeanne M. Bacterial Vaginosis. In: Holmes KK, Frederick S, Walter
ES, Peter P, Judith NW, Lawrence C, et.al (eds). Sexually Transmitted Disease 4th edition.
United State: The McGraw-Hill Companies; 2008.p.738-768
Joesoef MR, Karundeng A, Runtupalit C, Moran JS, Lewis JS, Ryan CA. High rate of bacterial
vaginosis among women with intrauterine devices in Manado, Indonesia. Contraception.
2001:169-72
Astriningrum R, Sjaiful FD, Sondang PS, Wrest I. Prevalensi dan faktor risiko vaginosis
bakterial sesuai kriteria Amsel pada wanita penjaja seks di Tanggerang. MDVI. 2015; 42(2):56-
60
Ocviyanti D, Yeva R, Shanty O, Ferry D. Risk factors for bacterial vaginosis among Indonesian
women. Med J Indones. 2010:130-5
Rao SR, Girisha P, Usha R, Sasikala G, Vijendra K. Diagnosis of Bacterial Vaginosis: Amsel s
Criteria vs Nugents scoring. Sch J App Med Sci. 2016; 4(6C):2027-31
Kumar K. Bacterial vaginosis: Etiology and modalities of treatmentA bried note. J Pharm
Bioallied Sci. 2011:496-502
Haya, J, Africa G, Carlos LM, Maher B, Lara H. Importance of lactic acid in Maintaining
Vaginal Health: A Review of Vaginitis and Vaginosis Etiopathogenic Bases a Proposal For a
New Treatment. Open Journal of Obstetrics and Gynecology. 2014:787-99
7
Amsel R, Totten PA, Spiegel CA. Nonspecific vaginitis. Diagnostic criteria and microbial and
epidemiologic associations. Am J Med. 1983; 74:1422
Schwebke JR, Christina AM, William EJ. Role of Gardnerella vaginalis in the pathogenesis of
Bacterial Vaginosis: A Conceptual Model. J Inf Dis. 2014:1-6