Anda di halaman 1dari 16

RESUM ASUHAN KEPERAWATAN PRE, INTRA DAN POST

OPERASI PADA Tn.S DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS


DI RUANG KAMAR OPERASI RSKB DIPONEGORO 21 KLATEN

FAUZY OKTANINGRUM
NIP. 2020 03 487

2020
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus, apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai
ke skrotum dan terjadi perlengketan (Sjamsuhidajat, 1997).
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus atau
lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui anulus inguinalis
externa atau medialisis (Arif Mansjoer dkk, 2001).

B. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak
dapat dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena
banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini
dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada
daerah  rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen
5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat

C. Manifestasi Klinik
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat paha
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit
diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan
gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan
dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak nafas.
7. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

D. Patofisiologi
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect. Hernia
Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi laki-laki. Hernia
Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan saluran yang berkembang sebagai testis
turun ke dalam skrotum sebelum kelahiran. Sebuah kantung yang berisi peritoneum, usus,
atau omentum muncul melalui cincin Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui
Kanalis Inguinalis. Sering turun ke dalam skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia
inguinalis cacat bawaan, mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika
peningkatan tekanan intra-abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis memungkinkan
isi perut untuk memasuki saluran tersebut.Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang
diperoleh hasil dari kelemahan dinding Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung
terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh
di mana kantung peritoneal menonjol melalui cincin femoral. Hernia ini biasanya terjadi
pada obesitas atau wanita hamil. 
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama
pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau tonjolan di
selangkang, terutama dengan mengangkat atau tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat
pengalaman baik nyeri atau rasa nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam
skrotum, meskipun hanya dapat dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen
(seperti yang terjadi selama batuk) dan dalam vagina dari skrotum ke arah cincin
inguinal. Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga perut,
baik secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan berbaring)
atau dengan tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait dengan Hernia direduksi.
Bila isi hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan
atau dipenjara. Isi Hernia yang dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau
membuka ke hernia. Penahanan meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan
cekikan.Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit.
Komplikasi ini dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa sakit
yang parah dan perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal. Perwujudan dari
sebuah Hernia terjepit meliputi nyeri dan distensi perut, mual, muntah, takikardia, dan
demam.

E. Komplikasi
1. Hernia berulang
2. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki
3. Pendarahan yang berlebihan/ infeksi luka bedah
4. Luka pada usus( jika tidak hati-hati)
5. Setelah herniografi dapat terjadi hematoma

F. Klasifikasi
1. Hernia menurut letaknya
a. Hernia hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun,
melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol kedada toraks.
b. Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk digaris
tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang
yang berisi usus. Terbentuk dibangian dinding perut yang relatif lemah hernia ini
sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali kedalam perut
ketika pertama kali ditemukan.
c. Hernia umbilikal berkembang didalam dan sekitar umbilikus (pusar) disebabkan
bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak
menutup sepenuhnya. Orang Jawa sering menyebutnya ”wudel bodong”  jika kecil
(kurang dari satu sentimeter) , hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap
sebelum usia 2 tahun.
d. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan diselangkangan atau skrotum. Orang awam biasanya menyebutkan “turun
bero” atau”hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika  dinding abdomen berkembang
sehingga usus menerobos kebawah melalui celah. Jika anda merasa ada benjolan
dibawah perut yang lembut, kecil dan sedikit nyeri dan bengkak, anda mungkin
terkena hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding
perempuan.
e. Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada perempuan dibanding pria.
f. Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya.
g. Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram tulang
belakang. Diantara setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang
menyerap goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang
belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi diskus intervertebralis
menyebabkan saraf terjepit. NHP umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga
vertebra lumbar bawah.
2. Hernia berdasarkan terjadinya
a. Hernia bawaaan atau kongenital, patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis
(indirek) : kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanan tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah
lahir, umumnya prosesusini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kannlis tersebut . namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak
menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga
terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia
dua bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
tertutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensi, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali  dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
b. Hernia dapatan atau akuisita, yakni hernia yang timbul karena berbagai faktor 3.        
1) hernia menurut sifatnya
a) Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b) Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan
kedalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritonium kantong hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta (accretus=
perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus.
c) Hernia strangulata atau inkarserata, yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin
hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke
rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk 
hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia strangulata
mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak mendapat
darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawatdarurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer, A (2000) pemeriksaan penunjang pada hernia adalah :
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan
elektrolit.

H. Penatalaksanaan
Penanganan herni ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah diresposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh
kembali. Terdiri dari:
a. Reposisi, adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia kedalam vakum
peritoni atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.reposisi dilakukan
pada pasien dengan hernia reponibilis dengan memakai dua tangan. Repisisi
tidak dilakukan untuk hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak.
b. Suntikan, dilakukan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin didaerah sekitar
hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan
sehingga isi hernia keluar dari vakum peritonii.
c. Sabuk hernia, diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.
2. Operatif
Operasi hernia dilakukan dalam tiga tahap:
a. Herniotomy, membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke vakum abdominalis.
b. Hernioraphy, mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquus intra abdominalis dan
m.transversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum)
c. Hernioplasty, menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar
LMR hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien pre operasi
Data yang diperoleh/ yang dikaji tergantung pada tempat terjadinya,
beratnya, apakah akut/kronik, pengaruh terhadap struktur disekelilingnya dan
banyaknya akar saraf yang terkompresi (tertekan).
a. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :
- riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi
dalam waktu lama.
- Membutuhkan papan/matras gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian
tubuh.
- Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
- Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan,
Tanda : 
- atrotofi otot pada bagian tubbuh yang terkena
- Gangguan dalam berjalan
b. ELIMINASI
Gejala :
- konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi
- Adanya inkontinensia/retensi urine

c. INTEGRITAS EGO
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d. NEUROSENSORI
Gejala  : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri
tekan/spasme otot paravertebralis. Penurunan persepsi nyeri
(sensori).
e. NYERI/KENYAMANAN
Gejala :
- nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adannya
batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat
kaki atau fleksi pada leher; nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya
episode nyeri yang lebih berat secara intermiten; nyeri yang menjalar kaki,
bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal).
- Terdengar adanya suaara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau
merasa “punggung patah”
- Keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan
Tanda :
- sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena. Perubahan cara
berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada
bagian tubuh yang terkena.
- Nyeri pada palpasi
f. KEAMANAN
Gejala : adanya riwayat masalah “punggung” yang baru saja terjadi.
g. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala :
- Gaya hidup: monoton atau hiperaktif
- Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama perawatan : 10,8 hari
- Rencana/ pemulangan : mungkin memerlukan bantuan dalam transportasi,
perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas rumah.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Periode pra-operatif
a) Nyeri behubungan dengan adanya otot tegang dan respon otomatis.
b) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan
puasa.
c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan
perubahan status kesehatan.
d) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
2) Periode post-operatif
a) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas
jaringan akibat tindakan operasi.
b) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

3. Rencana/Intervensi Keperawatan
1) Periode pra-operatif
a. Nyeri behubungan dengan adanya otot tegang dan respon otomatis
Tujuan : klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol, tampak rileks, mampu
tidur / istirahat dengan tepat.
Intervensi :
1) Kaji nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik.
Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat & kemajuan
penyembuhan.
2)  Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
Rasional : Grafitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen
bawah atau felvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah
dengan posisi terlentang
3) Dorong ambulasi dini
Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh: merangsang
peristaltik & kelancaran flatus & menurunkan ketidaknyamanan
abdomen.

4) Berikan aktivitas hiburan


Rasional : fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi & dapat
meningkatkan kemampuan koping.
5) Kolaborasi : Pertahankan puasa
Rasional : menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus dini dan
iritasi gaster/muntah.
6) Klaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi.
Rasional : menghilangkan nyeri , mempermudah kerja sama dengan
intervensi terapi lain.

b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan


puasa.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh
kelembapan membran mukosa, turgor kulit baik, standart
Vital  stabil, & secara individual haluaran urine yang adekuat.
Intervensi :
1. Observasi Vital sign
Rasional : tanda yang membantu mengetahui tindakan keperawatan
selanjutnya.
2. Lihat membran mukosa : kaji turgor kulit dan pengisian kapiler
Rasional : Indikator keadekuatan sirkulasi, perifer & hidrasi seluler.
3. Awasi masukan & haluaran : Catat warna urine, konsentrasi & berat
jenis
Rasional : penurunan haluaran urin pekat dengan peningkatan berat
jenis, diduga dehidrasi / kebutuhan peningkatan cairan
4. Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus & gerakan usus
Rasional : indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan
peroral.
5. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukkan peroral
dimulai, dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
Rasional : menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan
kehilangan cairan.
6. Berikan perawatan mulut sering & perhatian khusus pada perlindungan
bibir
Rasional : dehidrasi mengakibatkan bibir & mulut kering & pecah-
pecah
7. Kolaborasi : berikan cairan IV dan elektrolit
Rasional : peritonium bereaksi terhadap iritasi / infeksi dengan
menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume
sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia.

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan


perubahan status kesehatan.
Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan &
potensial komlikasi. Berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi
1. Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis dan
kemungkinan pilihan pengobatan.
Rasional: mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah
informasi & memberikan kesempatan untuk memberikan informasi
tambahan sesuai keperluan.
2. Berikan informasi khusus tentang pencegahan penyakit
Rasional : klien dan keluarga dapat memahami cara pencegahan
penyakit guna untuk pengetahuan lebih lanjut.
3. Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik & laboratorium.
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien.
4. Berikan kesempatan klien & keluarga untuk bertanya apabila ada yang
kurang dipahami
Rasional : untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang
penyakitnya.
5. Berikan respon yang baik jika klien dan keluarga menjawab pertanyaan
dengan benar
Rasional : menanbah percaya diri & memotivasi klien.

d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional


Tujuan  :
Setelah dilakukan intervensi selama jam, diharapkan Ansietas dapat
diminimalkan sampai dengan diatasi
kriteria hasil :
- klien tampak tenang
- klien menerima tentang penyakitnya
- gangguan tidur hilang
- pola berkemih normal
intervensi
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Rasional : Agar pasien percaya terhadap perawatan yang diberikan.
2. Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal kecemasan.
Rasional : Untuk mengetahui tanda verbal dan nonverbal kecemasan
pasien.
3. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien.
Rasional : Untuk membuat pasien mempunyai harapan yang positif.
4. Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat.
Rasional : Untuk menguatkan hati pasien.
5. Dengarkan klien.
Rasional : Agar pasien merasa tenang ada yang peduli.
6. Lakukan usapan pada punggung/leher dengan cara tepat.
Rasional : Agar pasien merasa lebih rileks.
7. Atur penggunaan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan secara
tepat.
Rasional : Agar pasien dapat lebih tenang

2) Diagnosa periode post-operatif


a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas
jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria Hasil :
a.  klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
b. tanda-tanda vital normal
c. pasien tampak tenang dan rileks
intervensi
1. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah
ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan
lebih nyaman.
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien
menjadi lebih nyaman.

b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.


Tujuan : tidak ada infeksi.
Kriteria hasil :
a. tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
b. luka bersih tidak lembab dan kotor.
c. Tanda-tanda vital normal.
Intervensi
1. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan
adanya gejala infeksi karena tubuh berusaha intuk melawan
mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda
vital.
2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko
infeksi.
3. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter,
drainase luka, dll.
Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
4. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah,
seperti Hb dan  leukosit.
Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal
membuktikan adanya tanda-tanda infeksi.
5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme
patogen.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.


Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil :
a. pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
b. pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
c. kualitas dan kuantitas tidur normal
Intervensi
1. Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan
pada siang hari, turunkan aktivitas mental/ fisik pada sore hari.
Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan
kelelahan yang dapat mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang
terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang meningkatkan waktu tidur.
2. Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara terus menerus
Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan
menghambat waktu istirahat.
3. Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku
yang tidak kooperatif (sindrom sundowner) dapat melanggar pola tidur
yang  mencapai tidur pulas.
4. Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien
bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur.
Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan
kestabilan lingkungan. Catatan: Penundaan waktu tidur mungkin
diindikasikan untuk memungkin pasien membuang kelebihan energi
dan memfasilitas tidur.
5. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase
punggung.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan mengantuk
6. Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum
tidur.
Rasional : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar
mandi/berkemih selama malam hari.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil :
a. perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
b. pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas
tanpa dibantu.
c. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak
Intervensi
1. Rencanakan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi
terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
2. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas
secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat,
mobilisasi dini.
3. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih
kembali.
4. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari latihan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marylinn E, 2000. Moorhouse Mary Frances, geissler Alice. Rencana Asuhan
Keperawatan, (Edisi 3), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Mansjoer, A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Media Aesculapius, Jakarta.

Setiawan, 2012. Hernia Inguinalis. (online), (http://setiawanaj.blogspot.com/ diakses tanggal


20 Nopember 2012).

Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, penerbit EGC,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai