NIM: 1801166
KELAS: C
MK: Sosiologi
Pegertian sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata socius dan logos, di mana
socius memiliki arti kawan / teman dan logos berarti kata atau berbicara. Sosiologi
merupakan ilmu tentang masyarakat, atau ilmu yang mempelajari kehidupan masyarakat
dan suatu kelompok. Sosiologi juga merupakan dasar dari ilmu pengetahuan yang
membimbing seseorang untuk berlaku adil dan mengetahui hukum dengan sebaik-
baiknya.
Emile Durkheim berpendapat bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta
sosial. Fakta sosial merupakan cara-cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang
berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya.
Untuk memahami konsep fakta sosial ini, Durkheim menyajikan contoh misalnya
pendidikan anak. Sejak bayi anak diwajibkan untuk makan, minum, tidur pada waktu-
waktu tertentu; diwajibkan taat, dan menjaga kebersihan serta ketenangan; diharuskan
tenggang rasa terhadap orang lain, menghormati adat dan kebiasaan.
Batasan Sosiologi dari Emile Durkheim, Max Weber, dan Peter L. Berger
Konsep lain yang disoroti Berger adalah konsep ‘masalah sosiologis’. Menurut
Berger suatu masalah sosiologi tidak sama dengan suatu masalah sosial. Masalah
sosiologi menurut Berger menyangkut pemahaman terhadap interaksi sosial.
Seperti ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari
sudut hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam
masyarakat. Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syaraka yang artinya ikut
serta atau berpartisipasi. Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah society yang
pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial dan rasa kebersamaan.
Menurut Ralp Linton masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup
dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
dirumuskan dengan jelas. Menurut Paul B Horton masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang
mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan
sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu.
Ciri-Ciri Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto ciri-ciri masyarakat pada umumnya adalah sebagai berikut:
Marion Levy menyatakan bahwa ada empat kriteria yang perlu dipenuhi agar suatu
kelompok dapat disebut masyarakat, yaitu:
Metode Sosiologi
Metode Kualitatif
Mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sukar diukur dengan angka-angka
atau ukuran-ukuran yang matematis. Contoh penelitian tentang persepsi (pendapat)
masyarakat terhadap suatu program.
Metode Kuantitatif
Selain kedua metode tersebut, terdapat metode lainnya dalam sosiologi yaitu metode
induktif dan metode deduktif.
1. Metode induktif yaitu metode yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk
mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku umum.
2. Metode deduktif yaitu metode yang dimulai dengan kaidah-kaidah yang berlaku
umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang khusus.
Merupakan dua ilmu sosial yang sama-sama mengkaji kejadian dan hubungan yang
dialami manusia. Sejarah lebih difokuskan pada peristiwa yang terjadi pada masa
lampau, juga ingin menemukan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa dan sejarah
menaruh perhatian khusus pada sifat-sifat unik dari peristiwa-peristiwa sejarah
sedangkan sosiologi hanya mengamati peristiwa-peristiwa yang merupakan proses
sosial yang muncul dari hubungan antar manusia dalam situasi dan kondisi yang
berbeda-beda.
Ilmu psikologi sosial meneliti perilaku manusia sebagai individu antara lain meneliti
tingkat kepandaian seseorang, kemampuannya, daya ingatannya, impian-impiannya dan
perasaan kecewanya. Jadi psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
pengalaman dan tingkah laku individu yang ditimbulkan dan dipengaruhi oleh situasi-
situasi sosial.
Sosiologi di tetapkan sebagai ilmu tahun 1900-an yang pada masa itu telah terjadi suatu
perubahan besar. Perubgahan besar tersebut terjadi di dalam masyarakat Eropa
(Calhoun, 1997; Macionis, 1997 Ritzer 1992). Perubahan terbesarnya adalah ketika
lahirnya era modern. Pada era tersebut memiliki beberpa gejala sosial. Gejala yang
timbul adalah manusia semakin bergerak secara individu, pola masyarakat tradisional
makin di tinggalkan, muncul pluralitas keyakinan, orientasu masa ke depan, dan
penghargaan terhadap waktu.
Sebagai tanda munculnya era modern memiliki 3 faktor yaitu:
Era modern membuat masyarakat tidak puas akan kehidupan dunia yang
berdasarkan pengalaman masa lalu, doktrin agama, serta filasafat sosial. Keadaan
masyarakat diberikan dan diatur dalam doktrin agama dan filsafat sosial yang tidak
diaggap tidak memberikan penjelasan yang cukup tentang apa yang terjadi di kehidupan
dunia nyata dan yang sering dialami. Informasi aktual di butuhkan untuk dapat
memahami dan beradaptasi dengan era modern yang di perlukan oleh mereka.
Kebutuhan itulah yang menjadi dorongan dari lahinya sosiologi.
Penemu sosiologi pada dasarnya tidak bermaksud mendirikan ilmu baru. mereka
“hanya” memberikan penjelasan kondisi tentang masyarakat pada saat itu ketika masa
itu berbeda dengan masa terdahulu. Cara baru yang menjelaskan bersifat empiris bukan
spekulatif. Cara tebaru dalam memperkenalkan sosiologi di prancis oleh auguste comte
berdasarkan observasi sistematis dan klasifikasi tentang perilaku manusia. Herbet
Spencer mempublikasikan sociology di inggris pada tahun 1883, Lester F. Ward ikut
mempublikasikan Dynamic Sociology.
1. Pada perubahan sosial dan faktor-faktor yang menjaga masyarakat untuk dapat
merajut kebersamaan meskipun berada ditengah-tengah arus perubahan.
2. Kenyataan keragaman serta dalam pertanyaan-pertanyaan megenai kesamaan
dan perbedaan yang terjadi diantara warga masyarakat.
3. Ketegangan yang ada di antara penjelasan ilmiah mengenai kehidpan sosial di
satu sisi berhadapan dengan tradisi, serta akal sehat dan opini publik di sisi lain.
Tokoh yang diakui berpengaruh pada perkembangan awal ilmu sosiologi adalah :
1. Claude Henri Saint- Simon, Emile Durkheim dan Aguste Comte (Prancis)
2. Karl Marx, Georg Simmel dan Max Weber (Jerman)
3. Herbert Spencer (Inggris)
4. Vilvredo Pareto (India)
5. William Graham Summer, Albion W. Small dan Charles Horton Cooley
(Amerika)
Berkat jasa yang mereka sebarkan maka kini sosiologi dapat memiliki posisi yang
mantap dan pas sebagai ilmu dan sampai saat ini pemikiran mereka masih terus
mempengaruhi terhadap pembangunan sosiologi (Macionis, 1997 ; Schaefer &
Lam,1998).
Melalui jasa yang telah mereka berikan, sosiologi kini menjadi ilmu yang semakin
dikenal di Indonesia. Dan karena kegigihannya dalam mengembangkan ilmu
Sosiologi, Selo Soemardjan sering dijuluki sebagai Bapak Sosiologi Indonesia
Perspektif Fungsionalis
Perspektif Konflik
Perspektif sosiologi yang terakhir adalah perspektif konflik. Tokoh sosilogi yang
menganut perspektif konflik adalah Marx dan juga Frederich Engels. Menurut
perspektif konflik kehidupan di masyarakat akan terus mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi disebabkan oleh dinamika para pemegang kekuasaan (elite)
untuk menaikkan posisi atau mempertahankan posisi tertentu. Untuk mencapai suatu
tujuan sering kali suatu kelompok berani mengorbankan kelompok lainnya dan
selanjutnya akan tercipta suatu konflik sosial antar kelompok tersebut.
Paradigma Sosiologi
Paradigma sosiologi merupakan ‘cara pandang’ dalam melihat persoalan atau fenomena
sosial. Istilah paradigma awal mulanya diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962) dalam
karyanya ‘The Structure of Scientific Revolution’. Paradigma merupakan suatu
pandangan pokok mengenai persoalan yang dipelajari oleh ilmu pengetahuan. Secara
sederhana, paradigma juga bisa dipahami sebagai ‘cara pandang’ ilmuwan dalam
melihat suatu persoalan. Konsep paradigma dipopulerkan dalam sosiologi oleh Robert
Friedrichs (1970) melalui karyanya ‘Sociology of Sociology’.
George Ritzer (1992) menulis secara spesifik paradigma-paradigma yang ada dalam
sosiologi. Dalam bukunya ‘Sociology: A Multiple Paradigm Science’, Ritzer
memaparkan tiga paradigma sosiologi sebagai ilmu sosial, yakni paradigma fakta sosial,
definisi sosial dan perilaku sosial.
Fakta sosial.
Paradigma fakta sosial ialah cara pandang yang meletakkan fakta sosial sebagai sesuatu
yang nyata ada di luar individu, di luar self, di luar subjek. Penekanannya ialah fakta
sosial memiliki realitasnya sendiri. Garis besar paradigma ini terbagi menjadi dua, yaitu
struktur sosial dan institusi sosial.Struktur sosial dapat dicontohkan seperti kelas, kasta
dan strata sosial. Institusi sosial misalnya, nilai, norma, peran dan posisi sosial. Teori
struktural-fungsional dan teori konflik dikategorikan oleh Ritzer ke dalam paradigma
ini. Sosiolog yang mewakilinya, antara lain Durkheim dan Marx.
Definisi sosial.
Paradigma definisi sosial ialah cara pandang yang menekankan bahwa realitas sosial
bersifat subjektif. Eksistensi realitas sosial tidak terlepas dari individu sebagai aktor
yang melakukan suatu tindakan. Struktur sosial dan institusi sosial dengan demikian
dibentuk oleh interaksi individu. Melalui paradigma ini, tindakan sosial berusaha untuk
dipahami dan diinterpretasikan secara subjektif. Teori tindakan Weber, teori
interaksionisme simbolik, dramaturgi dan fenomenologi masuk dalam kategori
paradigma ini.
Perilaku Sosial
http://sibetpasaman.blogspot.com/2012/10/batasan-sosiologi-menurut-para-ahli.html
https://infosos.wordpress.com/kelas-x/1-sosiologi-sebagai-ilmu/
http://assharrefdino.blogspot.com/2013/12/hubungan-ilmu-sosiologi-dengan-ilmu.html
https://greatedu.co.id/greatpedia/yuk-lebih-memahami-tentang-perspektif-sosiologi
https://www.sosiologi.info/2018/03/ada-tiga-paradigma-sosiologi-george-ritzer.html