Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN CONGENITAL ADRENAL

HYPERPLASIA"— Transcript presentasi:


1 ASUHAN KEPERAWATAN CONGENITAL ADRENAL HYPERPLASIA
BY :PRODALIMA, S.Kep, Ners

2 PENGERTIANCongenital adrenal Hyperplasia (CAH) adalah suatu kelainan bawaan yang


disebabkan kelainan kromosom dan gen (autosomal recessive inheritance), menyebabkan
kegagalan produksi hormon oleh kortek kelenjar adrenal yang mengalami penebalan atau
pertumbuhan berlebih (hiperplasia) sejak dalam kandungan (kongenital). Kelainan yang
terjadi adalah tidak bekerjanya enzim 21-hydroxilase sehingga mempengaruhi produksi
kortisol dan aldosteron. Hal ini menyebabkan terpengaruhnya pengaturan tekanan darah,
kadar gula darah, sistim kekebalan tubuh, dan kadar garam dalam tubuh.Kortek (adrenal)
adalah lapisan luar dari kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon steroid.Kortisol adalah
hormon steroid yang digunakan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh selama periode
stres. Oleh sebab itu, kortisol disebut juga sebagai “hormon stres”.Epinefrin (adrenalin) bisa
digunakan untuk mengobati serangan jantung dan/atau disritmia jantung/ meningkatkan
denyut jantung/ melebarkan otot-otot kaki, dan meningkatkan gula darah dengan
mendorong penggunaan glukosa.Peningkatan aliran darah dan energi mempertinggi
pengiriman oksigen dan glukosa ke otot dan otak.

3 KLASIFIKASI1. CAH tipe kehilangan garam berat Terjadi karena kekurangan enzim yang
berat, menyebabkan kortisol dan aldosteron yang rendah, dan meningkatkan androgen. 2.
CAH tipe virilisasi CAH tipe ini merupakan hasil kegagalan enzim yang lebih ringan,
menyebabkan rendahnya kadar kortisol, normal atau sedikit rendah kadar aldosteron, dan
tingginya kadar androgen.

4 NexT...3. Non-klasikal CAH Tipe CAH ini ringan dan mungkin tidak ada gejala pada waktu
anak-anak. Gejalanya adalah pertumbuhan yang cepat, tumbuh pubis lebih awal, masalah
tekanan darah, jerawat, dan mudah terkena infeksi.

5 PROSES KEPERAWATAN PENGKAJIAN DIAGNOSA Antara Lain :


Gangguan keseimbangan elektrolit b.d hiponatremia.Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d ketidak adekuatan tubuh menyimpan natriumKoping keluarga inefektif
b.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit anak

6 INTERVENSIDx. ITujuan : menyeimbangkan kadar cairan dan elektrolit tubuh.Kriteria


hasil: dalam 2×24 jam kadarnatrium normal (135 – 145 mmol/L)Kadar kalium normal (3,5 –
5,0 mmol/L)Tidak terjadi neusea & vomitus

7 NexT... Intervensi Rasional Kolaborasi pemberian mineral okortikoid


Mandiri pemberian makanan yang mengandung natrium.Menjelaskan kepada keluarga
pasien untuk memberikan asi(untuk balita) dan makanan serta minuman dan nutrisi yang
cukup.Mineral okortikoid dapat mensuplay elektrolit-elektrolit yang dibutuhkan oleh tubuh
dengan cepatMembantu meningkatkan kadar natrium dalam tubuh.Menyeimbangkan kadar
cairan dan elektrolit

Advertisements

8 NexT... Dx. II Berikan makanan sedikit tapi sering


Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh.Kriteria hasil: dalam 2×24 jam
pasien memperlihatkan toleransi terhadap makanan yang diberikan.Tidak ada tanda-tanda
kelemahanIntervensiRasionalBerikan makanan sedikit tapi seringBerikan diet yang lunak
dan mudah dicerna namun tinggi kaloriKolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet
yang tepat untuk memperbaiki keadaan pasien.Pasien dengan mual akan lebih toleransi
terhadap makanan dalam jumlah sedikitMakanan yang lunak akan lebih mudah
dicerna.Memberikan asupan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas tubuh
klien.

9 NexT... Dx. III Tujuan : memperbaiki mekanisme koping keluarga


Kriteria hasil:Dalam 4×24 jam keluarga menyadari dan menerima keadaan pasienKeluarga
menunjukkan penerimaan terhadap kondisi yang sedang dialami pasien dan situasi yang
kemungkinan akan dihadapi.Keluarga mendiskusikan rencana kedepannya menyangkut
kondisi pasien.

10 NexT... Intervensi Rasional


Mennjelaskan kepada keluarga tentang kondisi pasien.Konseling kepada keluarga
mengenai permasalahan yang sedang dialami dan kemungkinan dihadapi
pasien.Mendiskusikan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk menghadapi kondisi
pasien.Dengan pengetahuan yang cukup maka akan mengurangi tingkat kekhawatiran dan
persepsi negatif keluarga pasien.Agar keluarga memiliki gambaran tentang kondisi
pasien.Membantu keluarga memutuskan tindakan yang harus dilakukan nantinya.

ASUHAN KEPERAWATAN

HYPERPITUITARISME

I.         KONSEP DASAR PENYAKIT


A.       Definisi
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau
lebih. Hormon – hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah.
(Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise,  Hotma Rumahardo, 2000 : 36).
Hiperpituitary adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlebihan satu atau lebih
hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar pituitary (hipofise) biasanya berupa hormon-
hormon hipofise anterior. (http://www.askep.hiperpituitaryi.com/2008).
Sekresi yang berlebihan satu atau beberapa hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary, disebabkan oleh hormon sekresi yang meningkat sebagai akibat dari adanya benigna
adenoma
Sindrom hiperpituitari: cusshing’s syndrome, acromegali, amenorrhea, galactorrhea, hipertiroidisme,
hipergonadisme pada laki-laki.
B.       Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab
mencakup : 

1.    Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormon, biasanya sel penghasil GH, ACTH atau
prolakter.  
2.    Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi HT
dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada.
(Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC)
C.       Manifestasi klinis
1.    Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari – jari
tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
2.    Impotensi
3.    Visus berkurang
4.    Nyeri kepala
5.    Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
6.    Libido seksual menurun
7.    Kelemahan otot, kelelahan dan letargi
8.    Tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa terganggu,
serta tampak keseimbangan emosi
9.    Gangguan penglihatan sampai kebutaan total
(Hotman Rumahardo, 2000 : 39). 
D.       Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada klien dimana
salah satu sel – sel hipofisis yang mengalami hiperfungsi kelenjar biasanya mengalami perbesaran,
disebut adenoma makrokospik (diameter > 10 mm) atau adenoma mikrokospik (diameter < 10
mm) yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab
utama hiperpituitarisme. Penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu
menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor. Kebanyakan adalah tumor yang
terdiri atas sel-sel penyekresi GH, ACTH dan prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi
TSH-, LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Jenis-jenis tumor yang mungkin terjadi :
a.    Prolaktinoma (adenoma laktotropin ) biasanya adalah tumor kecil, jinak yang terdiri atas sel-sel
pensekresi prolaktin.
b.    Adenoma somatotropik sterdiri dari sel-sel yang mensekresi hormon pertumbuhan.
c.    Adenoma kortikotropik terdiri dari sel-sel pensekresi ACTH
Syndrom Hyperpituitari :
1.      SIADH (Syndrome of inappropriate Antidiuretic Hormone), merupakan kumpulan gejala akibat
gangguan hormon antidiuretik.
2.      Galaktore, yaitu pembentukan air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang dalam masa
menyusui.
3.      Gigantisme, yaitu pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis
memproduksi hormon berlebihan.
4.      Akromegali, merupakan pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang
berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun.
E.       Pemeriksaan Penunjang
1.    Kadar prolaktin serum ; ACTH, GH
2.    CT – Scan / MRI
3.    Pengukuran lapang pandang
4.    Pemeriksaan hormon
5.    Angiografi
6.    Tes toleransi glukosa
7.    Tes supresi dengan dexamethason
(Hotman Rumahardo, 2000 : 39)

F.       Penatalaksanaan
1.    Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial (pembedahan)
2.    Kolaborasi pemberian obat – obatan seperti bromokriptin (parlodel)
3.    Observasi efek samping pemberian bromokriptin
4.    Kolaborasi pemberian terapi radiasi
5.    Awal efek samping terapi radiasi.
(Nelson, 2000 : 227)S
 
I.         PROSES KEPERAWATAN
A.       PENGKAJIAN  
1.    Demografi
Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
2.    Riwayat kesehatan
a.    Keluhan utama
  Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.
  Perubahan tingkat energi, kelelahan, letargi.
  Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
  Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.
  Nyeri kepala (kaji P, Q, R, S, T)
  Gangguan penglihatan.
  Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensi.
  Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
  Kesulitan dalam hubungan seksual.
  Perubahan siklus menstruasi ( pada klien wanita ) mencakup keteraturan, kesulitan hamil
b.    Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan baik dari
peningkatan prolaktin, GH dan ACTH.
c.    Riwayat penyakit keluarga.
Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3.    Pemeriksaan fisik
a.       Amati bentuk wajah, khas apabila ada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, kepala, tangan
/ lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
b.      Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik.
c.       Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai penurunan visus.
d.      Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak. Pada
pemeriksaan ditemukan mobilitas terbatas.
e.       Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena berkeringat.
f.       Suara membesar karena hipertropi laring.
g.      Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenomegali
h.      Hipertensi
i.        Disfagia akibat lidah membesar
j.        Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar.
k.      Kelemahan
l.        Perubahan nutrisi
m.    Ketidakseimbangan  cairan dan elektrolit
n.      Perubahan karakteristik tubuh
o.      Intoleransi terhadap stress
p.      Ketidakstabilan emosional

4.    Pemeriksaan diagnostic
a.       Kadar prolaktin serum, ACTH, GH.
b.      Foto tengkorak  
c.       CT scan otak, angiografi
d.      Tes supresi dengan Dexametason, tes toleransi glukosa.
Data Subjektif
1.      Kelemahan dan pola tidur
2.      Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3.      Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4.      Riwayat kardiovaskular
5.      Pola intake dan output cairan
6.      Rasa tidak nyaman
7.      Penggunaan obat – obatan
8.      Riwayat reproduksi
9.      Penggunaan medikasi
10.  Kelainan endokrin dan pengelolaannya

Data Objektif
1.      Tinggi dan berat badan
2.      Proporsi tubuh
3.      Jumlah dan distribusi masa obat
4.      Distribusi lemak
5.      Pigmentasi kulit
6.      Distribusi rambut
A.       PENYIMPANGAN KDM
Adenoma hipofise

Hipersekresi hormon

HYPERPITUITARISME
Hiperfungsi kelenjar

Lem

panjang

Tekanan jaringan tumor

Pe

mbesar

an

ekstre
mitas

&

organ

dalam

Akrom tum

egali

Nervus okulomotorius, troklearis, trigeminus

TIK ↑ Jari

ngan
Pert
ikat
memanja
longgar

tumbu

h&

meneb
al

Vasodilatasi pembuluh darah

Dahi

menye

mpit,

tepi

suprao

rbital

memb

esar
Nyeri kepala Sekresi

Lapang glu

pandan

perifer


>G
Perubahan Citra tubuh
Ggn

penglih

atan

Per

ubaha

n
persep

si

sensori

Penglih

atan
S

san

perubahan status kesehatan,

perubahan peran

Ansietas
Krisis situasional

Koping individu tidak efektif

 
A.       PRIORITAS MASALAH
1.        Nyeri kepala b/d penekanan jaringan oleh tumor.
2.        Perubahan sensori perseptual (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls akibat kompresi tumor
pada nervus optikus.
3.        Perubahan citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik.
4.        Disfungsi seksual b/d penurunan libido, infertilitas impotent.
5.        Koping individu inefektif b/d hilangnya kontrol terhadap tubuh
6.        Intoleransi aktifitas b/d kelemahan, letargi
1.        Ansietas b/d ancaman terhadap perubahan status kesehatan. 

A.    RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN RENCANA RASIONAL
O. INTERVENSI
1.   Nyeri kepalaakut b/d Nyeri 1.      Kajikarakteristikn 1.    Untuk
             TIK yang meningkat berkurang/terkontrol, yeri mengetahui
karenapenekanan jaringan dengan kriteria : intensitas dari
oleh tumor, ditandai      Klien melaporkan nyeri dan untuk
dengan : rasa nyeri berkurang menentukan
DS atau terkontril 2.      Observasi adanya intervensi
       Ada keluhan nyeri kepala       Klien menggunakan tanda-tanda nyeri selanjutnya.
perilaku untuk nonverbal seperti2.    Merupakan
DO mengurangi nyeri ekspresi wajah, indikator derajat
       Ekspresi meringis posisi tubuh, nyeri yang tidak
       TTV gelisah, langsung yang
menangis/meringi dialami. Sakit
s, perubahan kepala mungkin
frekuensi bersifat
jantung/irama akut/kronis, jadi
pernapasan. manifestasi
3.      Dorong klien agar fisiologis bisa
mau muncul/tidak.
mengungkapkan 3.    Agar perawat
apa yang mengetahui apa
dirasakan. yang dirasakan
4.      Instrusikan klien klien.
agar melaporkan
nyeri dengan4.   Meningkatkan
segera jika nyeri intervensi dini
muncul. dan dapat
5.      Fasilitasi ruangan menurunkan
dan istirahat yang beratnya
nyaman dan serangan.
tenang. 5.    Menurunkan
stimulasi yang
6.      Berikan kompres berlebihan yang
dingin pada dapat
kepala. mengurangi
sakit kepala.
7.      Berikan tehnik6.   Meningkatkan
relaksasi dan rasa nyaman
distraksi. dengan
8.      Masase daerah menurunkan
kepala/leher/leng vasodilatasi.
an jika pasien7.    Pengalihan
dapat perhatian dapat
mentoleransi mengurangi rasa
sentuhan, nyeri.
9.      Kolaborasi 8.   Menghilangkan
pemberian ketegangan dan
analgetik(asetami meningkatkan
nofen, ponstan, relaksasi otot.
dsb). 9.    Pemberian obat
analgetik untuk
mengurangi
nyeri.Analgetik
sbg penanganan
pertama dari
sakit kepala
secara umum.
2.   Perubahan sensori Penglihatan klien
1.      Tentukan 1.      Untuk
             perseptual kembali normal ketajaman menentukan
(penglihatan)b/d ganggua dengan kriteria : penglihatan, catat intervensi
n transmisi impuls akibat     Penglihatan jelas apakah satu atau selanjutnya.
kompresi tumor pada      Uji visus dalam batas dua mata terlibat. Kebutuhan
nervus optikus, ditandai normal individu dan
dengan :       Mampu pilihan
DS : mengorientasikkan intervensi
Ketajaman penglihatan lingkungan sekitarnya bervariasi sebab
menurun dengan benar. kehilangan
Lapang pandang menyempit 2.      Observasi tanda penglihatan
DO : dan gejala terjadi lambat
Uji Visus menurun disorientasi. dan progresif.
Kompresi saraf optikus Bila bilateral,
3.      Orientasikan klien tiap mata dapat
terhadap berlanjut pada
lingkungan dan laju yg berbeda.
orang lain di 2.     Keterbatasan
sekitarnya. penglihatan
dapat
4.      Libatkan orang menyebabkan
lain/keluarga bingung dan
dalam aktivitas resiko cedera.
sehari-hari. 3.      Memberikan
peningkatan
5.      Anjurkan pasien kenyamanan
menggunakan dan
alat bantu kekeluargaan,
penglihatan menurunkan
seperti kacamata. cemas dan
disorientasi.
4.     Meminimalisir
resiko cedera
dalam aktivitas
rutin klien.

5.      Perubahan
ketajaman dan
kedalaman
persepsi serta
lapang pandang
dapat
menyebabkan
bingung/mening
katkan resiko
cedera.
3.   Perubahan citra Klien 1.      Dorong klien agar1.      Agar perawat
             tubuh b/dperubahan menunjukkan mau dapat
penampilan fisik, ditandai perilaku yang mengungkapkan mengetahui apa
dengan : mengindikasikan citra pikiran dan yang dirasakan
DS : diri positif terhadap perasaannya oleh klien
Kepala, bibir hidung, tangan perubahan terhadap sehubungan
dan kaki semakin penampilan fisik, perubahan. perubahan
membesar. dengan kriteria : tubuhnya.
Suara membesar       Mulai menunjukan Ekspresi emosi
Malu dengan kondisi adaptasi dan membantu klien
DO : menyatakan 2.      Bantu klien mulai menerima
Kepala, bibir, hidung, tangan penerimaan pada mengidentifikasi kenyataan dan
dan kaki nampak besar. situasi diri. kekuatannya realitas hidup.
Dagu menjorok ke depan      Mengenali dan serta segi – segi 2.      Agar klien
Menarik diri menyatu dengan positif yang dapat mampu
Hipertrofi laring    perubahan dalam dikembangkan mengembangka
Pemeriksaan diagnostik konsep diri yang oleh klien. n dirinya
kadar GH meningkat akurat tanpa harga 3.      Kaji derajat kembali.
diri negatif. dukungan yg ada 3.      Dukungan yang
     Membuat rencana untuk klien.  cukup dari orang
nyata untuk adaptasi terdekat dan
peran baru 4.      Diskusikan teman dapat
persepsi pasien membantu
tentang diri dan penerimaan
hubungannya dgn terhadap diri.
perubahan. 4.      Membantu
menggartikan
masalah
5.      Yakinkan klien sehubungan
bahwa sebagian dengan pola
gejala dapat hidup
berkurang dengan sebelumnya dan
pengobatan membantu
(ginekomastia, pemecahan
galaktorea). masalah.
6.      Rujuk ke ahli 5.      Agar klien tetap
psikologik bila optimis dan
gangguan berfikir positif
menetap. selama
pengobatan.
6.      Klien dapat
memerlukan
bantuan lanjut
untuk mengatasi
masalah emosi
sehubungan
dengan
perubahan
tubuh.
4. Disfungsi Masalah disfungsi1.      Identifikasi 1.      agar perawat
seksual b/dpenurunan sexual teratasi, masalah spesifik dapat
libido,infertilitas dengan kriteria : yang mengetahui
impotent, ditandai dengan  Siklus menstruasi berhubungan masalah seksual
: normal dan vagina dengan klien dan lebih
DS tdk kering (pd pengalaman pada terbuka kepada
Keluhan menstruasi yang tdk wanita). klien terhadap perawat.
teratur   Tidak ada kesulitan fungsi seksualnya.
Kesulitan dalam penetrasi, dalam hubungan 2.      Dorong klien agar 2.      Agar klien
koitus sexual (penetrasi, mau mendapat hasil
koitus) mendiskusikan mufakat
DO masalah tersebut bersama
Ketidakteraturan siklus dengan pasangannya. 
menstruasi pasangannya.
Kekurangan hormon 3.      Kolaborasi 3.      Merupakan obat
gonadotropin pemberian obat – pilihan pada
obatan klien
bromokriptin.  prolaktinoma.
Pada
mikroadenoma,
prolaktin dapat
normal kembali.
Juga diberikan
4.      Bila masalah ini pada klien
timbul setelah dangan
hipofisektomi, akromegali,
kolaborasi untuk
pemberian menguragi
gonadotropin. ukuran tumor. 
5.      Rujuk ke ahli 4.     Gonadotropin
sexualitas dan dapat
psikologi. membantu
memulihkan
fungsi sexual.

5.      Membantu dlm
mengidentifikasi
cara
pengobatan u/
memperbaiki
dan
mempertahanka
n fungsi
sexualitasnya.
5. Koping Koping individu 1.      Kaji keefektifan 1.      Mekanisme
individuinefektif b/dhilang kembali efektif, strategi koping adaptif perlu u/
nya kontrol terhadap dengan kriteria : dgn mengubah pola
tubuh, ditandai dengan :       Klien mengobservasi hidup seseorang
DS menyatakan kesadara perilaku. dan
       Sering marah n dan kemampuan mengintegrasika
       Depresi koping yg n terapi yg
      Gelisah/cemas baik/kekuatan diharuskan ke
       Sering sakit kepala pribadi. 2.      Catat laporan dlm kehidupan
DO       Klien mampu gangguan tidur, sehari2.
       Tidak berdaya dan mengidentifikasi peningkatan 2.      Manifestasi
nampak lemah potensial stres dan kelemahan, mekanisme
       Ekspresi cemas mengambil langkah kerusakan koping
u/ konsentrasi, peka maladaptif
menghindari/mengub rangsang, mungkin
ahnya. penurunan merupakan
     Mendemonstrasikan toleransi sakit indikator marah
penggunaan metode kepala, yg ditekan dan
koping yg efektif. ketidakmampuan diketahui.
u/ mengatasi
masalah.
3.      Bantu klien u/ 3.      Pengenalan
mengidentifikasi terhadap stresor
stresor spesifik ad/ langkah
dan kemungkinan pertama dlm
strategi u/ mengubah
mengatasinya. respon
4.      Dorong klien u/ seseorang
mengevaluasi terhadap
prioritas/tujuan stresor.
hidup. 4.      Fokus perhatian
klien pada
realitas situasi
5.      Bantu klien u/ yg ada relatif
mengidentifikasi terhadap
dan mulai pandangan klien
merencanakan tentang apa yg
perubahan hidup diinginkan.
yg perlu. 5.      Perubahan yg
perlu harus
diprioritaskan
secara realistik
u/ menghindari
rasa tdk
menentu dan
tdk berdaya.
6.   Intoleransi Masalah 1.      Kaji toleransi klien
1.      Parameter
   aktifitas b/dkelemahan,let intoleransi aktivitas terhadap aktivitas menunjukkan
argi, ditandai dengan : teratasi dan klien menggunakan respon fisiologis
DS : mampu melakukan parameter klien terhadap
Nyeri sendi ADL dengan baik, frekuensi janting, stres aktivitas.
Sulit bergerak dengan kriteria : pernapasan,
DO :   Klien bergerak dengan kelemahan,
Mobilitas terbatas bebas dan tidak pusing, dsb. 2.      u/ mengetahui
terbatas. 2.      Kaji faktor
  Tidak terdapat nyeri presipitator/peny pencetus/penye
saat ebab intoleransi, bab intoleransi.
bergerak/beraktivitas kelemahan. Kelemahan dpt
. disebabkan oleh
penggunaan
obat seperti
tranquilizer dan
sedatif. Nyeri
3.      Evaluasi dapat
peningkatan menyebabkan
intoleransi intoleransi.
aktivitas. 3.      Dpt
4.      Bantu klien dalam menunjukkan
aktivitas sehari- peningkatan
hari dan kelebihan
mobilisasi. aktivitas.
5.      Rujuk ke ahli 4.      Mengurangi
fisioterapi sesuai resiko kelelahan
kebutuhan. akibat nyeri saat
bergerak.
5.      Program latihan
membantu klien
dpt beraktivitas
tanpa disertai
rasa nyeri dan
kelemahan.
7.   Ansietas b/dancaman Masalah ansietas
1.      Observasi tingkah 1.      Ansietas ringan
   terhadap perubahan klien teratasi dengan laku yg dapat
status, ditandai dengan : kriteria : menunjukkan ditunjukkan dgn
DS Klien mengungkapkan tingkat ansietas. peka rangsang
       Merasa gelisah tidak ada penyebab dan insomnia.
       Kesulitan beraktivitas fisik yang dapat Ansietas berat
DO menyebabkan cemas yg berkembang
       Ekspresi cemas ke dlm keadaan
panik dpt
menimbulkan
perasaan
2.      Pantau respon terancam, teror,
fisik, palpitasi, ketidakmampua
gerakan yg n u/ bicara dan
berulang, bergerak,
hiperventilasi, berteriak/bersu
insomnia. mpah2.
3.      Bina hubungan 2.      Cemas dpt
saling percaya. meningkatkan
4.      Libatkan keluarga pengeluaran
5.      Jelaskan semua penyekat beta-
prosedur. adrenergik.
3.     Mempermudah
intervensi.
4.      Mengurangi
kecemasan.
6.      Hargai 5.      Membantu
pengetahuan pasien dalam
pasien tentang meningkatkan
penyakitnya pengetahuan
7.      Bantu pasien tentang status
untuk kesehatan dan
mengefektifkan meningkatkan
sumber support. kontrol
kecemasan.
8.      Berikan 6.      Merasa dihargai
reinforcement
untuk 7.      Dukungan akan
menggunakan memberikan
sumber koping keyakinan
yang efektif. terhadap
pernyataan
harapan untuk
sembuh/masa
9.      Berikan obat depan.
antiansietas 8.      Penggunaan
(Transquilizer, strategi adaptasi
sedatif) dan secara bertahap
pantau efeknya. (dari mekanisme
pertahanan,
koping sampai
strategi
penguasaan)
membantu
pasien cepat
mengadaptasi
kecemasan.
9.      Dpt digunakan
bersamaan dgn
pengobatan u/
menurunkan
pengaruh
sekresi hormon
yg berlebihan.

AKPER PEMDA DONGGALA

Diposting oleh Megawati Anwar di 09.54 

Rea

ksi: 
 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest


Megawati Anwar

STIK IJ PALU - AKPER Kab. Donggala - SMA N 1 Tinombo - SMPN 1 TInombo - SMPN 3 Tomini

- SD Inpres 1 Palasa - TK Dharma Wanita

Posting Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

KELENJAR HIPOFISIS
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam
struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak.  Sela tursika melindungi hipofisa tetapi
memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan
daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan akan menyebabkan sakit kepala atau
gangguan penglihatan. Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin
lainnya. Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas
hipofisa. Hipotalamus dan hipofisis dihubungkan oleh sistem portal hipotalamo-
hipofisis.Melalui sistem tersebut releasing hormon dari hipotalamus mencapai hipofisis, shg
hipofisis mudah melepaskan hormon-hormon.
Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus
posterior (belakang).Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara
melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara
langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan
melalui impuls saraf.
Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa
banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas
kelenjar target. Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya
dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian
periode aktif dan tidak aktif.

A.     Fungsi Lobus Anterior


Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Jika hormon yang
dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga
akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan produksi
dari semua organ endokrin lain.antara lain:
1.      GH/growth hormone/ hormon pertumbuhan/somatotropik hormone/STH
Sekresi dirangsang oleh growth hormone releasing hormone/GHRH (dari hipotalamus). GH
diperlukan untuk:
 Pertumbuhan somatik dan mempertahankan ukuran yang telah dicapai.
 mampu meningkatkan metabolisme lemak
 dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak,merangsang pembentukan protein
di hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan lemak,dan mengaktifkan faktor
pertumbuhan yang menyerupai insulin
 Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan
pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan lemak
dan kadar lemak dalam darah.  Kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh harus
menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa dan dapat digunakan sebagai
cadangan sumber energi
2.      ACTH ( adenocorticotropic hormone )
Pelepasan ACTH dipengaruhi oleh cortricotropin releasing hormone dari hipotalamus.
Berfungsi:
merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal untuk mengatur produksi kortisol dan
beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik)
Tanpa kortikotropin,kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan
kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.
Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-
melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan
endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.
3.      TSH (thyroid-stimulating hormone) / hormon tirotropin
Pelepasan TSH dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus.
Berfungsi:
        Merangsang pertumbuhan
        merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme),
terlalu sedikit TSH menyebakbn berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).
4.      LH (luteinizing hormone)/ interstisial cell stimulating hormone ( ICSH )
merupakan gonadotropin,pada laki-laki LH berfungsi merangsang sekresi testosteron oleh sel
leydig (sel interstitial testis)
Pada wanita LH mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron oleh korpus luteum dalam
ovarium, merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur&
untuk  merangsang pembentukan folikel de graff dalam ovarium.
5.      FSH (follicle-stimulating hormone)
merupakan gonadotropin. Pada wanita,FSH merangsang pembentukan estrogen oleh sel sel
folikel dan progesteron,merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur&
untuk  merangsang pembentukan folikel de graff dalam ovarium. Pada laki-laki,FSH
berfungsi merangsang tubulus seminiferus untuk meningkatkan pembentukan sperma
6.      hormon prolaktin/ luteotrofin
Pelepasannya dipengaruhi oleh prolactin releasing hormon/PRH.
Berfungsi : mengendalikan sekresi air susu, dan memepertahankan adanya korpus luteum
selama hamil
B.     Fungsi Lobus Posterior
Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan
oksitosin. Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam
hipotalamus, sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa
posterior, dimana hormon ini dilepaskan.Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang
kelenjar endokrin lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target
1.      Hormon antidiuretik (vasopresin)
Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan kurang cairan/dehidrasi. Sel targetnya adalah tubulus
dan arteriol.berfungsi :
        meningkatkan TD
        meningkatkan absorsi di tubulus distal
        menurunkan krja otot saluran GI
        meningkatkan penahanan air oleh ginjal
Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.Jika terjadi dehidrasi, maka
reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar
hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya
natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-
sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan
merangsang pelepasan hormon antidiuretik.
Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula darah
yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid, obat-
obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).
Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon
antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan
dimana ginjal terlalu banyak membuang air.
2.      hormon Oksitosin
Pelepasan oksitosin dipengaruhi oleh hisapan dan persalinan. Sel targetnya adalah uterus dan
payudara.berfungsi :
        menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan untuk
mencegah perdarahan
        merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu
Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam
payudara berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa         


No Hormon Location Function
1. Hormon pertumbuhan Otot & tulang meningkatkan pertumbuhan  dengan
(growth hormone) mempengaruhi beberapa fungsi
GH/somatotropin metabolisme seluruh tubuh,
khususnya pembentukan protein

2. Prolaktin hormon Kelenjar mengatur sekresi beberapa hormon


adenokortikotropik adrenal korteks adrenal, yang selanjutnya
(ACTH) mempengaruhi metabolisme glukosa,
protein, dan lemak.

3. Hormon stimulasi Tiroid mengatur kecepatan sekresi tiroksin


tiroid (TSH) oleh kelenjer tiroid, dan tiroksin
selanjutnya mengatur kecepatan
sebagian besar reaksi – reaksi kimia
seluruh tubuh

4. Prolaktin Kelenjar susu meningkatkan perkembangan kelenjar


mammae dan pembentukan susu
5 hormon luteinisasi Indung telur mengatur pertumbuhan gonad serta
(LH) (buah zakar) aktivitas reproduksinya.

6. hormon stimulasi Indung telur mengatur pertumbuhan gonad serta


folikel (FSH) (buah zakar) aktivitas reproduksinya.

7 Oksitosin Rahim & Berperan dalm proses persalinan bayi


kelenjar susu dan laktasi
8. Hormon antidiuretik Ginjal Mengatur kecepatan ekskresi air ke
(vasopresin) dalam urin dan dengan cara ini
membantu mengatur konsentrasi air
dalam cairan tubuh.

Penyakit hipofise adalah penyakit yang tidak umum terjadi, namun dapat timbul sebagai
kondisi hiperfungsi hipofise,hipofungsi hipofise, dan lesi/massa setempat yang menyebabkan
tekanan pada khiasma optikus atau bagian basal otak.

HIPERPITUITARY
1)      Definisi Hiperpituitary
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau
lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon – hormon hipofisis lainnya sering
dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Kelenjar Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 : 36)
2)      Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab
mencakup :
        Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH,ACTH
atau prolakter.
        Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila
sekresi kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P.
2000. Jakarta : EGC)
3)      Manifestasi klinis
        Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari –
jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
        Impotensi
        Visus berkurang
        Nyeri kepala dan somnolent
        Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
        Libido seksual menurun
        Kelemahan otot, kelelahan dan letargi  (Hotman Rumahardo, 2000 : 39)
        tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa
terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
        gangguan penglihatan sampai kebutaan total
4)      Patofisiologi

Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari
kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami
pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma
mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa
jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme.penyebab
adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga
sering disebut functioning tumor.

Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan prolaktin.
Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi.
Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:

1.      prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.


Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas
sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia
reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan
sekunder,  galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan),
dan infertilitas.

2.      somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )


Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan.
Gejalah klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi
kondisi ini.
Misalnya saja pada klien prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang belum
menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan
gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang
ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-
organ dalam juga turut membesar ( misal; kardiomegali).
Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik, seperti
hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan
pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan,
namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.

3.      corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )


Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini
adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.

ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:


1.      perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
2.      perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu sendiri.
Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika ), dengan besar
diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.
Klasifikasi hipofisis/ adenoma hipofisis.
            1. encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika )
            2. invasive ( sella tursika rusak karena metastasis )
            3. mikroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm )
            4. makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm).
                Tumor ini bisa sampai ke suprasellar.
Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin
membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III (okulomotor ), saraf karnial IV
( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa menginfiltrasi
hipotalamus.

Syndrome  hyperpituitary :

1)      SIADH (Syndrome of inappropriate Antidiuretic Hormone)


  Definisi
Kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik. Gangguan produksi hormon
antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia, osmolaritas serum,
peningkatan gravitas urin, edema atau dehidrasi,dan peningkatan hormon plasma vasopresin.
Biasanya fungsi adrenal, tyroid dan ginjal dalam batas normal. Hal lain kadang gejala
SIADH berhubungan dengan trauma kepala atau tumor, dimana patologi akan mengambil
biopsi untuk memastikannya
  Etiologi
SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan hipotalamus
(bagian dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar hipofise dalam memproduksi
hormone). Pada kasus lainnya, missal: beberapa keganasan (ditempat lain dari tubuh) bisa
merangsang produksi hormon anti diuretik, terutama keganasan di paru dan kasus lainnya
seperti dibawah ini:
  Meningitis – peradangan pada meningens, selaput pelindung otak dan saraf spinalis
  Encephalitis – peradangan dijaringan otak
  Tumor otak
  Penyakit paru
  Trauma kepala
  Guillain-Barré syndrome (GBS) – keadaan reversible yang menyerang jaringan syaraf,
menyebabkan lemah otot, nyeri dan paralisa temporer di wajah dan otot kaki dan paralisa di
bagian dada bisa menganggu proses bernafas
  Penggunaan obat tertentu
  Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofise saat pembedahan
  Manifestasi klinis :
Pada kasus SIADH berat, gejalanya meliputi:
  Nausea
  Muntah
  Irritability
  Perubahan prilaku seperti meracau, bingung dan halusinasi
  Stupor
  Koma

  Patofisiologi
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ( vasopresin) menjadi kuat adalah
penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat terutama saat volume darah turun
15 – 25 persen, dengan kecepatan sekresi meningkat sering sampai 50 kali dari normal.
Penyebab peningkatan ini adalah atrium, terutama atrium kanan, mempunyai reseptor regang
yang di bangkitkan, reseptor akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menghambat sekresi
ADH. Sebaliknya, bila tidak dibangkitkan akibat tidak penuhnya pengisian, terjadi proses
yang berlawanan, dengan peningkatan sekresi ADH yang sangat besar. Lebih lanjut, di
samping reseptor regangan atrium, penurunan regangan baroreseptor pada daerah karotid,
aortik dan pulmonari dalam peningkatan sekresi ADH.
Sekresi darah yang terlalu banyak ke dalam atrium dapat terjadi pada jantung yang
kardiomegali. Atrium yang mebesar tanpa di ikutioleh katup – katupnya membuat darah
menumpuk pada atrium – atrium dan akhirnya terjadilah gagal jantung

2)      Galaktore
  Definisi
Galaktore adalah pembentukan air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang dalam masa
menyusui
  Etiologi
Penyebabnya adalah prolaktinoma (tumor yang menghasilkan prolaktin) pada kelenjar
hipofisa. Pada saat terdiagnosis biasanya prolaktinoma ini ukurannya kecil, tetapi pada pria
tumor ini cenderung membesar.Pembentukan prolaktin yang berlebihan dan terjadinya
galaktore juga bisa dirangsang oleh obat-obatan seperti fenotiazin, obat tertentu untuk
tekanan darah tinggi (terutama metildopa) dan narkotik. Penyebab lainnya yang mungkin
adalah hipotiroidisme.gagal ginjal dan efek samping obat bisa menjadi faktor penyebab
  Manifestasi klinis
  Gangguan siklus menstruasi atau siklusnya berhenti
  Wajah tampak merah
  vagina kering sehingga terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual
  Penderita pria mengalami sakit kepala atau kehilangan lapang pandang perifernya
  Sekitar 2/3 penderita pria kehilangan gairah seksualnya dan menjadi impoten
  Patofisiologi
Kelebihan prolaktin hampir selalu di sebabkan oleh adenoma hipofise, biasanya berupa
mikrokardenoma (diameter tumor kurang dari 1 cm). Atau disfungsi hipotalamus. Dopamin
merupakan inhibitor hipotalamik primer untuk pelepasan prolaktin terputusnya trasnmisi
dopamin kehipofise dapat menyebabkan prolaktin berlebihan

3)      Gigantisme
  Definisi
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis
memproduksi hormon berlebihan. Hipofisis adalah kelenjar seukuran biji kacang tanah dan
menggantung dari otak, terbaring di sebelah dalam tulang pelipis dekat bola mata. Penyakit
ini ditandai oleh pembesaran dan penebalan tulang dahi, rahang, kaki, dan tangan secara
berangsur. Penyakit ini berlangsung lambat dan baru diketahui setelah penderita memasuki
usia menengah. kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH) yang
berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis
  Etiologi
Gigantisme Primer atau Hipofisis, di mana penyebabnya adalah adenoma
hipofisis. Gigantisme Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi
GHRH dari Hipothalamus. Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas,
dll) yang mensekresi GH. Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan
ini dapat diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus
yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan
kelebihan hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih
dalam masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama
adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan
  Patofisiologi
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi
sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan
sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh
tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa
remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi
badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena
produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan
tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang
beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif
akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10
persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme
bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor
pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.
  Manifestasi klinis :
  Pertumbuhan linier yang cepat
  Tanda – tanda wajah kasar
  pembesaran kaki dan tangan
  Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat mendahului pertumbuhan linier
  Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku
  Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas
  Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih
4)      Akromegali
  Definisi
Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang
berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun
  Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofisa
jinak (adenoma)
  Manifestasi klinis
  Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah menjadi
kasar, tangan dan kakinya membengkak
  Penderita memerlukan cincin, sarung tangan, sepatu dan topi yang lebih besar
  Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit
  Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar, menyebabkan keringat
berlebihan dan bau badan yang menyengat
  Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol
(prognatisme)
  Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak. Lidah
membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada berbentuk
seperti tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi artritis
degeneratif yang melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu
sehingga terjadi gagal jantung
  Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dn lengannya karena
jaringan yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak
juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama pada lapang pandang
sebelah luar
  sakit kepala hebat
  Patofisiologi
Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa dewasa muda-yakni, sesudah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi,
namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh dan tebal tulangnya msih terus tumbuh.
Perbesaran tadi terutama dapat di lihat pada tulang – tulang kecil tangan dan kaki serta pada
tulang membranosa, termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi , tepi
supraorbital, bagian bawah rahang, dan bagian tulang vertebra, sebab pada masa dewasa
muda pertumbuhan tulang – tulang ini tidak berhenti. Akibatnya, tulang rahang tampak
menonjol ke depan, kadang kala sampai setengah inci ke depan, dahi menyempit ke depan
sebab pertumbuhan tepi supraorbitalnya sangat besar, hidung membesar sampai dua kali
ukuran normal, kakinya membutuhkan sepatu berukuran 14 atau lebih besar, dan jari –
jarinya menjadi sangat tebal

5)                  Penatalaksanaan
a)      Terapi

  Dikenal 2 macam terapi, yaitu:

1.      Terapi pembedahan (Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial )


                 Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam
pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan
pembedahan pada batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans
ethmoid sphenoid hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara
pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata,
untuk mencapai tumor hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan
mencapai kadar HP yang diinginkan tercapai pada 70 – 90% kasus. Keberhasilan tersebut
juga sangat ditentukan oleh besarnya tumor.

                Pembedahan transphenoidal
Pendekatan transphenoidal sering digunakan dalam melakukan  reseksi suatu adenoma.
Sela tursika dicapai melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan bantuan suatu
mikroskop bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan ini pun digunakan
untuk memasang implant. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk sela tursika.
Biasanya dirurup dengan lapisan fascia yang diambil dari tungkai, sehingga pasien harus
disiapkan untuk insisi tungkai. Penampilan ini dilakukan untuk mencegah bocornya cairan
serebrospinal (CSF). Kebocoran CSF dapat terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus
ditutup. Hidung mungkin mempet dan suatu sling perban ditempatkan dibawahnya untuk
mengabsorpsi drainage.
Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Data-data berikut harus diperhatikan :
1.  Keluhan postnasal drip
2.  Menelan yang konstan
3.  Adanya halo ring pada nasal sling atau balutan (tanda berupa cairan CSF yang jernih
disekeliling cairan serosa yang lebih gelap ditengahnya)
4.  Memeriksa ada tidaknya glukosa pada drainase nasal.
Cairan serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes
glukosa positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi lebih
lanjut.
        Jika terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan
kepala terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah ditentukan.
Seringkali kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang diperlukan
perbaikan dengan tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial harus
dihindari.
        Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau cordein.
Nyeri kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan petunjuk akan
adanya meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena kemungkinan terjadinya risiko
infeksi, maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat preoperatif atau postoperatif.
        Intervensi keperawatan lainnya bagi pasien dengan operasi transphenoidal meliputi hal
berikut :
1.   Memberikan cairan peroral dan diet cairan jernih segera setelah pasien sadar dan tak lagi
merasa mual setelah tinadakan anastesia.
2.   Meningkatkan diet yang sesuai (anorexia dapat timbul karena menurutnya sensasi
penciuman).
3.   Meyakinkan pasien bahwa kehilangan sensasi penciuman hanya sementara dan akan
membaik segera setelah penutup hidung nasal sling diangkat.
4.   Memberikan O2 dengan kelembaban tertentu untuk menjaga kelembaban mukosa nasal dan
oral.
5.   Melakukan perawatan mulut
a.   Jangan menggosok gigi (untuk mencegah distrupsi benangjahitan).
b.   Menggunakan kapas halus dan lembab pada saat membersihkan gigi.
c.   Sering melakukan bilas mulut.
b.   Pembedahan transfontal
Jika tumor hipofise dibawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar),
kraniotoomi dilakukan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup.  Tumor-tumor
intraserebral lain, penyakit-penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang berdekatan
dengan hipofise atau dapat menyebabkan disfungsi  hipofise sementara maupun permanen.

2.      Terapi radiasi
             Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi
tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut
setelah terapi pembedahan dilaksanakan.Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor,
menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar
GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk
menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base line level),
setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
            Radiasi hipofisis dilakukan pada pasien dengan adenoma hipofisis yang besar yang
tidak seluruh tumor bisa di angkat. 80% dari pasien dengan akromegali dapat disembuhkan
dengan radiasi. Selain mual dan muntah, efek samping radiasi yang paling sering ditemukan
adalah hipopituitarisme.
b)      pemberian obat
Bromocriptine ( parloden ) : suatu dopamine. Merupakan obat pilihan pada kelebihan
prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan pada klien
dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.Observasi efek samping pemberian
bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi lambung, mual, kram abdomen, konstipasi,
bila ada efek samping di atas kolaborasi dengan dokter, berikan obat-obatan setelah klien
makan (tidak diberikan di antara waktu makan).

6)      Pemeriksaan diagnostik
  Pemeriksaan fungsi target organ
  Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik
  Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan melakukan
efeknya terhadap kadar hormone sarum
  Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan
  Pengukuran lapang pandang
  Tes toleransi glukosa
  Tes supresi dengan dexamethason (Hotman Rumahardo, 2000 : 39).

7)      Penyuluhan kesehatan pasien dan keluarga


Pasien bersama keluarganya memerlukan penyuluhan kesehatan dan dukungan tentang
perubahan pada citra tubuh, kecemasan, disfungsi seksual, intoleransi aktifitas dan obat yang
diteruskan dirumah. Pasien pascareseksi transfenoidal perlu di beritahu untuk menghindari
kegiatan yang bisa mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial, misalnya :
membungkuk, bersin, batuk dan maneuver valsalva ketika defekasi. Pasien perlu menghindari
konstipasi. Pasien memerlukan bantuan ketika melakukan aktifitas hidup sehari-hari karena ia
cepat merasa lelah.

8)      Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah
tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktivitas
yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi
serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.
Klien tidak menyikat gigi 1-2 minggu sampai penyembuhan sempurna, cukup berkumur
setiap kali setelah makan. Jelaskan bahwa sensasi hilang rasa pada daerah insisi adalah biasa,
dapat berlangsung 3- 4 bulan. Oleh karena itu anjurkan klien memeriksakan gusinya untuk
mengetahui adanya lesi dan perdarahan dengan menggunakan cermin setiap hari.Setelah
operasi, pemberian hormon
untuk memepertahankan keseimbangan cairan. Jelaskan penggunaan obat-obatan dan
jelaskan pula perlunya tindak lanjut secara teratur.

9)      ASUHAN KEPERAWATAN  TEORI
1.      Pengkajian
a.       Pengkajian perawatan secara umum
  Pemantauan akan potensial komlikasi kelainan endokrin dan pengelolaannya
  Pemantauan akan tanda – tanda dan gejala klinik yang menunjukkan adanya
ketidakseimbangan hormonal
  Mengetahui persepsi pasien dan keluarga pasien mengenai masalah kesehatan, pengelolaan
dan bantuan yang diperlukan
  Menentukan narasumber yang diperlukan pasien dan keluarganyauntuk dapat mengatasi
penyakitnya dan untuk pengelolaannya di rumah sakit dan setelah pulang dari rumah sakit
  pengkajian psikologis dan sosial
b.      Pengkajian keperawatan secara khusus
1.      Riwayat penyakit
2.      Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3.      Kaji riwayat penyakit, Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan prolaktin, GH dan
ACTH mulai dirasakan
4.      Keluhan utama, melipuse :
  Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-jari, tangan, dll.
  Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensia
  Nyeri kepala
  Libido seksual menurun
  Perubahan tingkat energi, kelelahan, dan letargi.
  Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
  Nyeri kepala, kaji P, Q, R, S, T.
  Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan ganda, dsb.
  Kesulitan dalam hubungan seksual.
  Perubahan siklus menstruasi ( pada klien wanita ) mencakup keteraturan, kesulitan hamil
5.      Pemeriksaan fisik dan masalah klinik yang sering di jumpai, meliputi :
  Amati bentuk wajah, khas apabila ada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, dagu
menjorok ke depan
  Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik
  Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai penurunan
visus
  Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak
  Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena berkeringat
  Suara membesar karena hipertropi laring
  Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenomegali
  Hipertensi
  Disfagia akibat lidah membesar
  Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar
  Kelemahan
  Perubahan nutrisi
  Ketidakseimbangan  cairan dan elektrolit
  Perubahan karakteristik tubuh
  Intoleransi terhadap stress
  Ketidakstabilan emosional

c.       Data Subjektif
1.   Kelemahan dan pola tidur
2.   Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3.   Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4.   Riwayat kardiovaskular
5.   Polaintake dan output cairan
6.   Rasa tidak nyaman
7.   Penggunaan obat – obatan
8.   Riwayat reproduksi
9.   Penggunaan medikasi
10. Kelainan endokrin dan pengelolaannya
d.      Data Objektif
1.   Tinggi dan berat badan
2.   Proporsi tubuh
3.   Jumlah dan distribusi masa obat
4.   Distribusi lemak
5.   Pigmentasi kulit
6.   Distribusi rambut

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)      Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
2)      Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent
3)      Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
4)      Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus

Diagnosa keperawatan tambahan yang juga dijumpai adalah


1.        Nyeri(kepala,punggung) yang berhubungan dengan tekanan jaringan oleh tumor; hormon
pertumbuhan yang berlebihan
2.        Takut yang berhubungan dengan ancaman kematian akibat tumor otak
3.        Ansietas yang berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan
4.        Koping individu takefektif yang berhuhubungan dengan hilangnya kontrol terhadap tubuh
5.        Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan,latergi
6.        Perubahan sensori-persepsual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan tranmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervu optikus

3.      INTERVENSI KEPERAWATAN
1)      Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Tujuan:  Dalam waktu 2 sampai 3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh yang
positif
Intervensi keperawatan
a.       Non pembedahan
        Klien dengan kelebihan GH
1.      Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan
penampilan tubuhnya
    Rasional : Agar perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan
perubahan tubuhnya
2.      Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat dikembangkan
oleh klien
          Rasional : Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali
        Klien dengan kelebihan prolaktin
1.      Yakinlah klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan ( ginekomastia,
galaktorea )
          Rasional : agar klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan.
2.      Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya
b.      Pemberian obat-obatan
1.         Kolaborasi pemberian obat-obat seperti: bromokriptin (parloden). Merupakan obat pilihan
pada kelebihan prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga
diberikan pada klien dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.
2.        Observasi efek samping pemberian bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi
lambung, mual, kram abdomen, konstipasi, bila ada efek samping di atas kolaborasi dengan
dokter, berikan obat-obatan setelah klien makan (tidak diberikan di antara waktu makan
3.        Kolaborasi pemberian terapi radiasi. Terapi radiasi tidak diberikan pada hiperpituitarisme
akut.partikel alfa atau proton beam sebagai sumber radiasi lebih efektif tetapi responnya
lambat
4.        Awasi efek samping terapi radiasi seperti: hipopituitarisme, kerusaka nervus optikus,
disfungsi okulomotorius, perubahan lapang pandang
2)      Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
Tujuan: Klien akan mencapai tingkat kepuasan pribadi dari fungsi seksual
  Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap
fungsi seksualnya.
Rasional : agar perawat dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka kepada
perawat.
  Dorong klien agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
Rasional : agar klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya.
  Kolaborasi pemberian obat – obatan bromokriptin
  Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin
3)      Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
  Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan. Rasional : agar perawat
mengetahui apa yang dirasakan klien
  Kaji skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya
  Berikan tehnik relaksasi dan distraksi
Rasional : pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.
  Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional : pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri

4)      Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan


transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
  Dorong klien agar mau melakukan pemeriksaan lapang pandang.       
                                       Rasional : agar perawat mengetahui jarak lapang klien

Perawatan Preoperasi
  Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan
  Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi. Anjurkan klien
bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon
  Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung, menggosok gigi,
batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka
  Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi seperti
pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk pemeriksaan
kultur dan sensitivitas
  Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah
tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktifitas
yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi
serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.

Perawatan Pascaoperasi
  Amati respon neurologik klien dan catat perubahan penglihatan, disorientasi dan perubahan
kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas
  Amati pula komplikasi pascaoperasi yang lazim terjadi seperti transient insipidus (diabetes
insipidus sesaat)
  Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari hidung
  Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat
  Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas
  Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan hygiene oral secara teratur
   Kaji tanda-tanda infeksi
  Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.

Anda mungkin juga menyukai