Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY L DENGAN DIAGANOSA

MEDIS TETANUS NEONATORUM DI RUANG MAWAR


RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA

Oleh :

Veronika
NIM : 2017.C.09a.0912

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN /2020
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi

Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas,
setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan menyusu secara normal, pada hari ketiga atau
lebih timbul kekakuan seluruh tubuh dengan kesulitan membuka mulut dan menetek di susul dengan
kejang-kejang (WHO, 2010 )

Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan adanya
infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih.Masih merupakan masalah di indonesia dan di negara
berkembang lain, meskipun beberapa tahun terakhir kasusnya sudah jarang di indonesia. Angka
kematian tetanus neonatorum tinggi dan merupakan 45 – 75 % dari kematian seluruh penderita
tetanus. Penyebab kematian terutama akibat komplikasi antara lain radang paru dan sepsis, makin
muda umur bayi saat timbul gejala, makin tinggi pula angka kematian. (Maryunani, 2013)

1.1.2 Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob dimana kuman
tersebut berkembang tanpa adanya oksigen. Tetanus pada bayi ini dapat disebabkan karena tindakan
pemotongan tali pusat yang kurang steril, untuk penyakit ini masa inkubasinya antara 5 – 14 hari
(Hidayat, 2008)
1.1.3 Klasifkasi
1. Grade 1 (ringan): trimus ringan,kaku,tidak ada gangguan pernafasan, tidak ada spasme,tidak
ada disfagis
2. Grade 2 (sedang) : trismun sedang,rigiditas,spasma dengan durasi singkat,disfagia
ringan,keterlibatan sistem pernafasan ,RR >30
3. Grade 3 (berat) : trismun berat, rigiditas seluruh tubuh, spasma berkepanjangan,disfegia
berat,gejala apnea,denyut nadi > 120
4. Grade 4 (sangat berat): Grade 3 dengan instabilitas sistem saraf otonom.

1.1.4 Patofisiologi

Pertolongan persalinan dan pemotongan tali pusat yang tidak steril akan memudahkan
spora Clostridium tetani masuk dari luka tali pusat dan melepaskan tetanospamin. Tetanospamin akan
berikatan dengan reseptor di membran prasinaps pada motor neuron. Kemudian bergerak melalui
sistem transpor aksonal retrograd melalui sel-sel neuron hingga ke medula spinalis dan batang otak,
seterusnya menyebabkan gangguan sistim saraf pusat (SSP) dan sistim saraf perifer.

Gangguan tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi presinaptik sehingga mencegah


keluarnya neurotransmiter inhibisi, yaitu asam aminobutirat gama (GABA) dan glisin, sehingga
terjadi epilepsi, yaitu lepasan muatan listrik yang berlebihan dan berterusan, sehingga penerimaan
serta pengiriman impuls dari otak ke bagian-bagian tubuh terganggu .Ketegangan otot dapat bermula
dari tempat masuk kuman atau pada otot rahang dan leher. Pada saat toksin masuk ke sumsum tulang
belakang, kekakuan otot yang lebih berat dapat terjadi. Dijumpai kekakuan ekstremitas, otot-otot
dada, perut dan mulai timbul kejang. Sebaik sahaja toksin mencapai korteks serebri, penderita akan
mengalami kejang spontan.

Pada sistim saraf otonom yang diserang tetanospasmin akan menyebabkan gangguan proses
pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal, pencernaan, perkemihan, dan pergerakan otot.
Kekakuan laring, hipertensi, gangguan irama jantung, berkeringat secara berlebihan (hiperhidrosis)
merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom. Kejadian gejala penyulit ini jarang dilaporkan
karena penderita sudah meninggal sebelum gejala tersebut timbul.
1.1.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejalanya Tetanus Neonatorum menurut (Deslidel, 2011) adalah kejang sampai


pada otot pernafasan, leher kaku, dinding  abdomen keras, mulut mencucu seperti mulut ikan, suhu
tubuh dapat meningkat.

Gambaran klinik tetanus neonatorum adalah:

1. Kejang-kejang sampai pada otot pernafasan


2. Leher kaku diikuti spasme umum
3. Dinding abdomen keras
4. Mulut mencucu seperti mulut ikan
5. Angka keamtian yang tinggi disebabkan oleh aspirasi pneumonia dan sepsis (Prof.dr.
Ida Bagus Gde Manuaba, 2013).
1.1.6 Komplikasi
a. Bronkopneumonia
b. Asfiksia akibat obstruksi sekret pada saluran pernafasan
c. Sepsis neonatorum
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leukosit
b.  pemeriksaan cairan otak biasanya normal
c. pemeriksaan elektromiogram dapat memperlihatkan adanya lepas muatan unit motorik secara
terus-menerus 
1.1.8 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan tetanus neonatorum adalah perawatan tali pusat dengan alat – alat yang steril.
(Deslidel, 2011)
Pengobatan tetanus ditujukan pada :
a. Netralisasi tosin yang masih ada di dalam darah sebelum kontak dengan sistem saraf, dengan
serum antitetanus (ATS teraupetik)
b. Membersihkan luka tempat masuknya kuman untuk menghentikan produksi toksin
c. Pemberian antibiotika penisilin atau tetrasiklin untuk membunuh kuman penyebab
d. Pemberian nutrisi, cairan dan kalori sesuai kebutuhan
e. Merawat penderita ditempat yang tenang dan tidak terlalu terang
f. Mengurangi serangan dengan memberikan obat pelemas otot dan sesedikit mungkin
manipulasi pada penderita. (Maryunani , 2010)
g. Di berikan cairan melalui intravena
h.  Obat ATS 10.000 untuk perhari di berkan selama 2hari berturut-turut dengan IM untuk
neonatus bisa di berikan IV apa bila tersedia dapat di berikan human
tetanus immununoglobulin(HTIG) 3000-6000IU.im.
i. Ampisilin 100mg/kg/BB hari di bagi 4dosis
j. Tali pusat dibersihkan atau dikompres dengan alkohol betadine 10%
k. Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan
largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian dilanjutkan
dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-
mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi
yang lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus
l. Imunisasi aktif dengan pemberian DPT, booster dose (untuk balita) jika   terjadi luka lagi,
dilakukan booster ulang
m. Imunisasi pastif, pemberian ATS profilaksis 1500-4500 UI (dapat bertahan 7-10 hari).
Pemberian imunisasi ini sering menyebabkan syok anafilaksis ehinngga harus dilakukan skin
test terlebih dahulu. Jika pda lokasi skin test tidak terjadi kemerahan, gatal, dan
pembengkakan maka imunisasi dapat diinjeksikan, anak-anak diberikan setengah dosis (750-
1250 UI). HyperTet 250 UI dan dosis untuk anak-anak diberikan setengahnya (12,5 UI) bila
tidak tahan ATS
n. Pencegahan pada luka, toiletisasi (pembersihan luka) memakai perhidrol (hydrogen peroksida
–H2O2), debridemen, bilas dengan NaCl, dan jahit.
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1.1 Identitas pasien

Nama                                  : Tn.D

Umur                                   : 8 hari

Jenis Kelamin                      : Perempuan

Pendidikan                          : -

Tempat tanggal lahir           : Metro, 8 November 2015

Agama                                : Islam

Alamat                                :Jln. Imam Bonjol Gg. Harapan No. 7 Metro Barat

Diagnosa Medis                     :Tetanus Neonatorum

No. RM                               :

Tanggal Masuk                   : 16 November 2015

Tanggal Pengkajian             : 16 November 2015

2.2.1.2  Keluhan Utama
Bayinya panas, tidak mau menyusu dan mulut bayinya mencucu seperti mulut ikan disertai kejang.
2.2.1.3  Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan bayinya panas, kejang dan mulut bayi mencucu seperti mulut ikan. anak tampak
lemah dan gelisah, Kesadaran composmentis .Tanda-tanda vital, Nadi: 124 x/mnt , Temp: 38,60C, RR
: 48 x/mnt, PB/BB: 49 cm/2600 gr. Bayi lahir pada tanggal 8 November 2007 didukun desa dengan
keadaan normal.
1.2.1.4  Riwayat Kesehatan Dahulu
Bayi lahir aterm, tidak ada kelainan
2.2.1.5  Riwayat Persalinan
Lama dan
Hamil Thn Penolong Keadaan
jenis BBL
ke lahir dan tempat anak
persalinan

1 2007 8 jam Dukun, BB : 2.700 Normal


dirumah
PB : 49

2.2.1.6  Imunisasi
Ibu mengatakan anaknya telah diimunisasi pada hari ke-2 setelah persalinan
2.2.1.7  Aktivitas
Aktivitas melemah, menangis terus
41.2.1.8  Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah dan ibu mengaku tidak pernah menderita penyakit menular ataupun penyakit keturunan.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan

1.2.2.1 Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin (bakterimia)


2.2.2.2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks
menghisap bayi tidak adekuat
2.2.3 Intervensi Keperawatan
2.2.3.1 Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin (bakterimia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2X24 suhu tubuh normal

KH :
1. Ibu Klien mengerti tentang tetanus neonatorum
2. Ibu klien dapat mengerti tindakan yang dapat menurunkan hipertermia
3. Ibu klien dapat melakukan tindakan yang diajarkan oleh perawat
Intervensi
1. Identifikasi penyebab hipertemia
2. Longgarkan atau lepas pakaian
3. Lakukan pendiginan eksternal (kompres dingin pada dahi,leher,dada,perut dan aksila)
4. Observasi suhu tubuh setiap 2 jam
5. Kolaborasi Pemberian cairan dan elektrolit intervena
Rasional
1. Untuk mengetahui penyebab hipertermia
2. Untuk pasien merasa nyaman
3. Kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara
konduksi
4. Untuk memantau agar suhu tubuh tetap normal
5. Untuk pemberian obat
2.2.3.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks
menghisap bayi tidak adekuat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2X24 jam, kebutuhan nutrisi terpenuhi
KH :
1. Ibu pasien mengerti kenapa terjadi kelemahan otot tubuh
2. ibu pasien mengerti penyebab bayi tidak mau menyusu
3. ibu pasien dapat mengerti tentang kebutuhan nutrisi bayinya
Intervensi
1. observasi intake dan output pasien dan bb pasien
2. anjurkan ibu klien menyusui bayinya setiap 2 jam sekali
3. edukasi tentang penyebab bayinya tidak mau menyusu dan kabutuhan nutrisi bayi
4. kolaborasi dengan dokter dalam pemeberian terapi iv

Rasional :

1. Untuk mengetahui seberapa parah kakurangan nutrisi klien


2.  Untuk memenuhi kebutuhan nutrisiklien
3. Ibu klien dapat mengerti tentang penyakit bayinya
4.  Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
1.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan
interdependent, dependent, independent.Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi,
rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan
dan pengumpulan data.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai alat untuk
menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini berlangsung terus menerus yang
diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan.
BAB 1
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan yaitu:


Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan adanya infeksi
melalui tali pusat yang tidak bersih.Penyakit ini disebabkan oleh karena clostridium tetani yang
bersifat anaerob dimana kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen dan pemotongan tali pusat
yang tidak steril.
Tanda dan gejala meliputi , Kejang sampai pada otot pernafasan, Leher kaku, Dinding
abdomen keras, Mulut  mencucu seperti mulut ikan dan  Suhu tubuh dapat meningkat. Komplikasi
dari penyakit Tetanus Neonatorum seperti Bronkopneumonia, Asfiksia akibat obstruksi sekret pada
saluran pernafasan, Sepsis neonatorum.Pemeriksaan penunjangnya adalah pemeriksaan laboratorium
didapati peninggian leukosit,  pemeriksaan cairan otak biasanya normal dan pemeriksaan
elektromiogram.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
Pada Perawat Agar meningkatkan kualitas dalam meningkatkan pengetahuan Tentang Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Tetanus Neonatorum dengan membaca buku-buku. Pada Mahasiswa
Mahasiswa tidak boleh mudah merasa puas dengan mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan dari
hasil diskusi dan penjelasan dosen saja, selain itu mahasiswa harus lebih aktif dalam menambah ilmu
pengetahuan dan wawasannya secara mandiri dan tidak hanya pada mata kuliah Keperawatan Anak
saja tetapi mata kuliah lainnya, agar ilmu pengetahuan dan wawasannya lebih luas.
WOCT Tetanus NeonatoriumPARU DiRuang Mawar

Etiologi
ii
Clostridium tetani anaerob

Luka tali pusat

Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi

Eksotoksin

Tetanus Neonatorium

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Spasma otot Tetanus neonatorium Kekakuan dan Tetanus


Respon inflamasi Tetanus
pernapasan kejang khas neonatorium
pada jaringan otak neonatorium
Menyebabkan pada tetanus
jantung
Hambatan
berdebar-debar Protein bersifat toksit Hambatan
asfiksia Hilangnya asehlkolis
asehlkolis
keseimbangan
Menyerang ssp tonus otot Kekakuan
MK : Penurunan pengisian
pola Otot Kekakuan
ventrikel
nafas Otot
Ketidakcukupan Menyerang Menyerang sistem
tidak
pengisian sistem arteri hipotalamus pencernaan Spasma
efektip
otot
MK :
masceter
Penurunan aliran Dema Kesusakan
MK
darah sistemik m mobilitas
:
fisik
Trismus
MK :
MK : Gg. Peningkata Disfagia
Perfusi n suhu
jaringan tubuh MK: Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Deslidel, H. (2011). Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data . Jakarta: Salemba
Medika.

Ismoedijanto, & Darmowandowo. (2006). Pediatrik . Retrieved april 8, 2016, from Pediatrik Web
site: http//www.pediatrik.com

Maryunani, Anik, & Nurhayati. (2008). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit pada Neonatus.
Jakarta : Trans Info Media.

Oman, K. S. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC.

Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H. N. (2006). Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC.

WHO. (2006). Tetanus Vaccine. Swizeerland: WHO.


ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN BAYI PENDERITA TETANUS NEONATORUM
DI PROVINSI JAWA TIMUR

Risk Analyses Factor of Infant Mortality Caused by Tetanus Neonatorum in East Java

Selvy Novita Sari


FKM Universitas Airlangga, selvyta94@gmail.com
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK

Tetanus neonatorum (TN) adalah infeksi pada bayi berusia < 28 hari, karena bakteri
Clostridium tetani yang masuk ke tubuh melalui luka. Tetanus neonatorum merupakan salah satu
penyebab kematian neonatus di dunia. Kasus tetanus neonatorum terdapat pada 14 provinsi di
Indonesia, Jawa Timur memiliki kasus tetanus neonatorum tertinggi kedua. Faktor yang
memengaruhi kematian bayi penderita TN antara lain meliputi status imunisasi TT ibu, tingkat
paritas, kecepatan pertolongan TN, dan perawatan tali pusat. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis hubungan status imunisasi TT ibu, tingkat paritas, kecepatan pertolongan TN, dan
perawatan tali pusat dengan kematian pada bayi penderita TN. Penelitian ini menggunakan
rancang bangun cross sectional dengan menggunakan 59 responden yang diperoleh dari laporan
T2 ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2014-2016. Hasil penelitian dengan
menggunakan uji chi square dan α = 0,05 diperoleh status imunisasi TT ibu hamil (p = 0,257),
tingkat paritas ibu (p = 0,034; PR = 0,39; 95% CI 0,16-0,98), kecepatan pertolongan TN (p =
0,061), dan perawatan tali pusat (p = 0,007; PR= 2,31; 95% CI 1,29-4,15). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat paritas ibu dan perawatan tali pusat
dengan kematian bayi penderita TN, serta tidak terdapat hubungan antara status imunisasi TT
ibu dan kecepatan pertolongan TN dengan kematian bayi penderita TN di Jawa Timur tahun
2014-2016. Saran penelitian, upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko kematian
bayi yaitu melakukan penyuluhan terkait imunisasi TT pada ibu hamil, mengatur kehamilan,
melakukan persalinan dan perawatan tali pusat dengan bersih.

Kata kunci: faktor risiko, kecepatan pertolongan, kematian tetanus neonatorum, paritas dan
perawatan tali pusat, status imunisasi ibu
ABSTRACT

Tetanus neonatorum is an infection in infants ( < 28 days), caused by bacteria Clostridium


tetani that enter the body through the wound. Tetanus neonatorum is one of the leading causes
of neonatal mortality in the world. The case of tetanus neonatorum is present in 14 provinces in
Indonesia, East Java has the second highest case of tetanus neonatorum. Factors affecting
infant mortality among others include maternal immunization status, parity, delay admission of
TN patients, and umbilical cord care. The purpose of this study was to analyze the relationship
between maternal immunization status, parity, delay admission of TN patients, and umbilical
cord care with mortality of tetanus neonatorum. This study uses cross sectional design using 59
respondents obtained from T2 report to Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur in 2014-2016.
The result of the research by using chi-square test and α = 0,05 obtained TT immunization of
pregnant women (p = 0.257), parity (p = 0.034; PR= 0.39; 95% CI 0.16-0.98), delay
admission of TN patients (p = 0.061), and umbilical cord care (p = 0.007; PR = 2.31; 95% CI
1.29-4.15). The conclusion of this study is there are no relationships between maternal
immunization status and delay admission with mortality of tetanus neonatorum and a
signi�cant relationships between parity and umbilical cord care with mortality of tetanus
neonatorum in East Java in 2014-2016. To reduce the risk factors of infant mortality, it is
necessary to socialize TT immunization to pregnant women, planning of pregnancy, clean
delivery and umbilical cord care.

Keywords: risk factors, delay admission, mortality of tetanus neonatorum, parity, and
umbilical cord care, maternal immunization

©2017 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY–SA license
doi:10.20473/jbe.v5i2.2017.195-206 Received 05 July 2017, Received in Revised Form
28 July 2017, Accepted 08 August 2017, Published online: 31 August 2017
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 196

PENDAHULUAN pengantin, dan bayi (Pusat Data dan Informasi


Kemenkes RI, 2012).
Tetanus neonatorum (TN) disebabkan
masuknya basil Clostridium tetani ke tubuh
melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi
baru lahir yang berusia kurang dari 28 hari.
Salah satu penyebab TN adalah apabila
pemotongan tali pusat tidak menggunakan alat
yang steril. Kasus tetanus neonatorum banyak
ditemukan di negara berkembang terutama
negara dengan cakupan persalinan oleh tenaga
Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemenkes
kesehatan yang rendah (Pusat Data dan
RI, 2012
Informasi Kemenkes RI, 2012)
Gambar 1. Jumlah Kasus Tetanus
Penyebab kematian neonatus di dunia salah
Neonatorum, Jumlah Meninggal
satunya disebabkan oleh tetanus neonatorum,
dan Persentase Meninggal Tetanus
yaitu secara global hampir sebesar 14%
Neonatorum di Indonesia Tahun
kematian neonatus disebabkan oleh tetanus
2007-2011.
neonatorum. Tetanus neonatorum hingga saat
ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
tetanus neonatorum dapat dengan melakukan
imunisasi TT yang lengkap pada ibu hamil,
perawatan persalinan dan pasca persalinan
yang bersih (UNICEF, UNFPA, and WHO,
2010).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 1999 kembali mengajak negara-negara
berkembang untuk mencapai target Eliminasi
Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN) pada
tahun 2005. Indonesia merupakan salah satu
Negara berkembang yang masih banyak
dijumpai kasus tetanus neonatorum. Oleh
karena itu pada tahun 1979 Indonesia
melaksanakan ETMN. Program ETMN adalah
suatu program untuk mengeliminasi tetanus
neonatorum dimulai dengan pemberian vaksin
Tetanus Toxoid kepada ibu hamil, calon
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 197

Jumlah kasus tetanus neonatorum di 2014 dengan kematian mencapai 54 orang atau

Indonesia cenderung mengalami kondisi yang 64,3%. Provinsi Jawa Timur turut bertanggung

menurun dari tahun 2007–2011. Meskipun jawab terhadap kasus tetanus neonatorum di

sempat mengalami kenaikan pada tahun 2008, Indonesia. Provinsi Jawa Timur memiliki

kasus tetanus neonatorum kembali menurun jumlah kasus tetanus neonatorum sebesar 17

hingga tahun 2011. Angka kematian (case kasus dengan kematian 7 orang atau CFR

fatality rate) tetanus neonatorum dari tahun 41,2% (Pusat Data dan Informasi Kemenkes

2007-2011 berada di kisaran angka 48%–61%. RI, 2012)

Jumlah kasus meninggal karena tetanus Tetanus et al., 2015). Faktor


neonatorum mengalami penurunan dari tahun Neonatorum terjadi risiko tersebut antara
2010–2011, namun terjadi peningkatan Case pada usia 0-28 hari lain tingkat paritas
fatality rate tetanus neonatorum hingga 61% (neonatal) (Pusat (Lolong and
seperti yang terlihat pada Gambar 1. Data dan Informasi Pangaribuan, 2015),
Kasus tetanus neonatorum berdasarkan Kemenkes RI, 2012). status imunisasi TT ibu
provinsi menunjukkan pada tahun 2011 Faktor risiko hamil, perawatan tali
terdapat sebanyak 15 provinsi yang memiliki kematian neonatal pusat (Pusat Data dan
kasus tetanus neonatorum, seperti terlihat di memiliki Informasi Kemenkes
grafik pada Gambar 2. Provinsi yang memiliki kemungkinan RI, 2012) dan
kasus tetanus neonatorum terbanyak adalah berkolerasi dengan kecepatan pertolongan
Provinsi Banten sebanyak 38 kasus tetanus kematian bayi rumah sakit (Lam et al.,
neonatorum dan disusul oleh Provinsi Jawa penderita tetanus 2015). Tujuan
Timur sebanyak 22 kasus tetanus neonatorum. neonatorum, begitu penelitian ini adalah
juga faktor risiko menganalisis faktor-

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemenkes


RI, 2012
Gambar 2. Jumlah Kasus Tetanus
Neonatorum per Provinsi di
Indonesia Tahun 2011.

Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum tetanus neonatorum faktor yang


pada tahun 2013 mengalami kenaikan dari juga memiliki memengaruhi status
tahun 2012. Pada tahun 2013 Case Fatality kemungkinan sebagai kematian bayi penderita
Rate mencapai 53,8% sedangkan tahun 2012 faktor prognosis tetanus neonatorum di
Case Fatality Rate tetanus neonatorum sebesar kematian bayi Provinsi Jawa Timur
49,6% (Ditjen P2PL, 2014). Terdapat 84 kasus penderita tetanus pada tahun 2014-2016.
tetanus neonatorum di Indonesia pada tahun neonatorum (Hatkar
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 198

METODE Neonatorum). status kematian bayi Pengolahan data


Penelitian ini penderita TN), melalui tahapan
Jenis penelitian
menggunakan sampel riwayat ibu hamil editing, koding,
yang digunakan
penelitian dengan (status imunisasi TT entri dan tabulasi
dalam penelitian ini
kriteria inklusi yaitu ibu), dan catatan data. Analisis
adalah studi
form T2 yang terisi persalinan (perawatan dalam penelitian
observasional analitik
lengkap terkait variabel tali pusat ). ini meliputi analisis
yaitu peneliti hanya
yang akan dianalisis. univariat yang
melakukan
Sehingga dari laporan disajikan dalam
pengamatan terhadap
T2 sebanyak 74 kasus bentuk tabel
subjek penelitian
tetanus neonatorum, distribusi frekuensi
tanpa memberikan
terdapat 59 kasus yang kemudian dianalisis
perlakuan pada
memenuhi kelengkapan berdasarkan
variabel yang akan
pengisian form T2 persentase dan
diteliti. Rancang
sesuai kriteria inklusi. analisis bivariat
bangun penelitian ini
Sumber data sebagai uji
menggunakan metode
sekunder berasal dari hipotesis. Analisis
cross sectional study
dokumen pelaporan bivariat yang
yaitu peneliti
form T2, yang ada di digunakan untuk
mengamati variabel
Dinas Kesehatan mengetahui
bebas dan tergantung
Provinsi Jawa Timur. hubungan antara
dilakukan pada sekali
Alat ukur yang beberapa variabel
waktu pada saat yang
digunakan adalah independen dengan
bersamaan (Murti,
formulir T2 yang berisi variabel dependen
2003).
data riwayat bayi dengan
Populasi dalam
penderita TN, riwayat menggunakan uji
penelitian ini adalah
ibu hamil, dan catatan chi-square. Kriteria
bayi penderita tetanus
terkait persalinan. uji hubungan antara
neonatorum yang
Pengumpulan data variabel bebas dan
dilaporkan ke Dinas
dilakukan dengan cara variabel terikat
Kesehatan Provinsi
mencari dari sumber berdasarkan nilai p
Jawa Timur tahun
data sekunder yang (p value) yang
2014- 2016 melalui
meliputi: riwayat bayi dihasilkan dan
form T2 (Fomulir
penderita TN (meliputi dibandingkan
Pelacakan Kesakitan/
paritas, kecepatan dengan nilai
Kematian tersangka
pertolongan TN, dan kemaknaan (α =
Kasus Tetanus
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 199

0,05). Hipotesis meningkat/ Analisis pelaporan form T2


nol (Ho) ditolak memperbesar risiko univariat diketahui bahwa
jika nilai p < α kematian pada bayi dilakukan untuk bayi yang menderita
atau (p < 0,05) penderita tetanus mendeskripsi- kan TN memiliki
dan Ho diterima neonatorum. Jika variabel-variabel riwayat ibu yang
jika nilai p > α PR = 1 berarti tidak dalam penelitian melakukan
atau (p > 0,05). terdapat asosiasi ini. Variabel imunisasi TT dan
Peneliti juga antara pajanan tersebut meliputi tidak melakukan
menghitung dengan risiko variabel dependen imunisasi TT serta
Prevalensi Rasio kematian pada bayi (status kematian terdapat bayi yang
(PR) dengan penderita tetanus bayi penderita memiliki paritas
tingkat neonatorum. Jika TN) dan variabel kurang dari 2
kepercayaan yang PR < 1 independen (kelahiran ≤ 2) dan
digunakan sebesar menunjukkan (status imunisasi lebih dari 2
95%. Prevalence bahwa pajanan akan TT ibu, paritas, (kelahiran > 2).
Ratio (PR) mengurangi risiko kecepatan Kecepatan
digunakan untuk kematian pada bayi pertolongan TN, pertolongan bayi
mengukur penderita tetanus dan perawatan tali penderita TN
besarnya risiko neonatorum. pusat). dilakukan 24 jam (<
variabel Hasil observasi 2 hari) setelah
independen HASIL dari dokumen
terhadap variabel gejala dan terdapat paritas, kecepatan
Hasil yang
dependen. Nilai pula yang lebih dari pertolongan TN,
diperoleh dari
PR ini 24 jam (≥ 2 hari). perawatan tali pusat
pengolahan data
menunjukkan Perawatan tali pusat dan status kematian
sebanyak 59
besarnya risiko pada bayi penderita bayi TN di Provinsi
responden kasus TN
pada masing- TN ada yang sudah Jawa Timur pada
yang berasal dari
masing variabel dilakukan sesuai tahun 2014-2016
dokumen pelaporan
independen yang anjuran medis dan berdasarkan
form T2 di Dinas
diteliti terhadap terdapat pula yang distribusi frekuensi
Kesehatan Provinsi
kematian bayi masih menggunakan masing-masing
Jawa Timur,
penderita tetanus ramuan- ramuan variabel dapat dilihat
didapatkan hasil
neonatorum. Jika dalam merawat tali pada Tabel 2.
penelitian sebagai
PR pusat.
berikut:
> 1 menunjukkan Gambaran status Tabel 2. Distribusi
bahwa faktor pajanan Analisis Univariat imunisasi TT ibu, Status
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 200

Imunisasi yaitu sebesar 69,5% sesuai anjuran medis. menggunakan


TT Ibu, atau sebanyak 41 Anjuran medis yang kunyit, kapur sirih,
Paritas, bayi menderita TN dimaksud adalah merica, kopi, bubuk
Kecepatan merupakan bayi yang menggunakan kain genting, angkok,
Pertolongan dilahirkan oleh ibu kasa steril, alkohol, garam, daun bawang
TN, yang memiliki dan antiseptik dan perpaduan
Perawatan riwayat persalinan ≤ lainnya. Sedangkan, beberapa bahan
Tali Pusat 2. ramuan yang tersebut.
dan Status Tabel 2 dimaksud adalah Distribusi frekuensi
Kematian menunjukkan bahwa perawatan tali pusat status kematian
Bayi mayoritas kecepatan dengan bayi
Penderita pertolongan K tan 41 69,5
Tetanus penderita TN e Tal 18 30,5
Neonatorum dilakukan < 2 hari, l i
di Provinsi yaitu sebesar 59,3% a Pu
Jawa Timur atau sebanyak 35 h sat
Tahun 2014- bayi yang mendapat ir A
2016 pertolongan < 2 hari a n

atau mendapat kan n j


34 57,6
Variabel ≤ u
pertolongan selama 25 42,4
Jumlah 2 r
kurang dari 24 jam
Persentase K a
setelah terdiagnosis
Kecepatan Pertolongan
Status TNIbu
Imunisasi TT
< 2 hari menderita TN. e n
Imunisasi
≥ 2 hari 356 59,3 l
Tidak Imunisasi Distribusi 10,2
1453 40,7
89,8
a M
frekuensi perawatan
Paritas e
tali pusat bayi h
ir d
penderita TN pada
a i
Tabel 2
n s
menunjukkan bahwa
mayoritas perawatan >
2 R
tali pusat telah sesuai
a
dengan anjuran
m
medis, yaitu sebesar
u
57,6% atau sebanyak
a
34 bayi melakukan
Per n
perawatan tali pusat
awa
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 201

pe N t sembuh dan tetap bahwa mayoritas adalah bayi dengan


nd tet hidup. Meskipun ibu tidak kelahiran ≤ 2,
eri ap mayoritas bayi melakukan
ta hi penderita TN imunisasi TT
T du mampu bertahan (Tetanus Toxoid),
N p, hidup, namun yaitu sebesar
pa ya hanya memiliki 89,8% atau
da itu perbedaan sebanyak 52 ibu
Ta se persentase tidak dari bayi penderita
bel be berbeda jauh, TN yang tidak
2 sa dibandingkan melakukan
me r dengan bayi imunisasi TT (tidak
nu 54 penderita TN yang imunisasi atau
nju ,2 meninggal yaitu hanya sampai
kk % sebesar 45,8% atau imunisasi TT1).
an at sebanyak 27 bayi Hanya sebesar
ba au penderita TN yang 10,2% ibu yang
hw se meninggal. melakukan
a ba imunisasi TT
Status Kematian Analisis Bivariat
ma
Bayi TN ny (hingga TT2) dari
yo Hidup ak Analisis
32 bivariat
54,2 bayi yang
Meninggal 27 45,8
rit dilakukan untuk
Total 32 59 100 menderita TN.
as ba mengetahui hubungan Status imunisasi TT
ba yi dua variabel yaitu ibu dari bayi
yi pe variabel dependen penderita TN
ya nd (status kematian) memiliki perbedaan
ng eri dengan variabel persentase yang
me ta independen (paritas, cukup besar antara
nd T usia bayi penderita TN, keduanya.
eri N kecepatan pertolongan Distribusi
ta da TN, status imunisasi TT frekuensi paritas
T pa ibu, penolong bayi penderita TN
persalinan, berat pada Tabel 2,
Distribusi bayi penderita TN menunjukkan bahwa
frekuensi status pada Tabel 2 mayoritas paritas
imunisasi ibu dari menunjukkan bayi penderita TN
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 202

bayi lahir, umur memiliki makna bayi TN diperoleh meninggal yaitu


kelahiran dan bahwa terdapat nilai signifikan meninggal 6,8% dan
perawatan tali pusat). hubungan antara dengan nilai p = hidup 23,7%. Tabel 3
Hasil analisis variabel dependen 0,257 sehinga nilai p menunjukkan hasil
menggunakan uji dan independen > α (0,05). analisis statistik dengan
chi-square dihasilkan dan Ho diterima Berdasarkan hasil menggunakan uji chi-
tabulasi data yang memiliki makna analisis statistik square antara paritas
disajikan pada Tabel sebaliknya.. tersebut dapat dengan status kematian
3. Pada tabel Hubungan antara diperoleh kesimpulan bayi penderita TN
tersebut, ditunjukkan status imunisasi TT bahwa tidak terdapat diperoleh nilai p =
nilai p (p value) dari pada ibu dengan hubungan yang 0,034 (p < α) yang
masing- masing kematian pada bayi bermakna antara bermakna terdapat
variabel dan penderita TN status imunisasi ibu hubungan antara
dibandingkan dengan ditampilkan pada dan kematian bayi tingkat paritas dengan
nilai kemaknaan (α = Tabel 3. Tabel 3 TN. status kematian bayi
0,05). Hipotesis nol menunjukkan bahwa Hasil penelitian
(Ho) ditolak jika ibu yang tidak pada Tabel 3,
nilai p < 0,05 dan Ho mendapat imunisasi menunjukkan
diterima jika nilai p > TT (tidak imunisasi bahwa persentase
0,05. Ho ditolak bayi penderita TN

atau hanya sampai TN yang meninggal yang meninggal pada


imunisasi TT1) dengan ibu yang usia neonatal dari ibu
memiliki bayi mendapat imunisasi TT dengan paritas ≤ 2
penderita TN yang menunjukkan persentasenya lebih

meninggal dengan persentase lebih besar besar dari pada bayi


persentase lebih kecil dari pada bayi yang yang hidup pada ibu
dari pada bayi yang hidup yang menderita yang berparitas sama
hidup yang menderita TN dengan ibu yang yaitu dengan

TN dengan ibu yang memiliki status persentase meninggal


memiliki status imunisasi yang sama 39% dan hidup

imunisasi yang sama yaitu dengan persentase 30,5%, sedangkan ibu


yaitu dengan meninggal 6,8% dan dengan paritas > 2
persentase meninggal hidup 3,4%. Hasil uji persentase bayi TN
39% dan hidup chi-squre pada variabel yang hidup lebih

50,8%, sedangkan status imunisasi ibu besar dibandingkan

bayi yang menderita dengan status kematian dengan bayi TN yang


Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 203

penderita TN di pertolongan < 2 pertolongan bayi yang bermakna


Provinsi Jawa hari (1 hari) bayi TN dengan status antara kecepatan
Timur pada tahun penderita tetanus kematian bayi TN pertolongan dan
2014- 2016. neonatorum yang diperoleh nilai kematian bayi TN.
Berdasarkan meninggal memiliki signifikan dengan Hubungan antara
perhitungan persentase lebih nilai p = 0,061 perawatan tali
statistik diperoleh kecil (20,3%) dari sehinga nilai p > α pusat dengan
nilai Prevalensi pada bayi yang (0,05). kematian bayi
Rasio sebesar 0,39 hidup yang Berdasarkan hasil penderita TN
(95% CI 0,16- menderita tetanus analisis statistik ditampilkan pada
0,98) sehingga neonatorum yang tersebut dapat Tabel 3. Tabel 3
responden yang mendapat kecepatan diperoleh menunjukkan
memiliki paritas > pertolongan yang kesimpulan bahwa persentase
2 memiliki risiko sama yaitu bahwa tidak bayi penderita
akan kematian meninggal 20,3% terdapat hubungan
pada bayi dan hidup 39%,
penderita tetanus sedangkan bayi Tabel 3. Analisis Faktor Risiko Status
neonatorum lebih penderita tetanus Kematian Tetanus Neonatorum

rendah, yaitu neonatorum yang


dengan Status Imunisasi TT Ibu,
sebesar 0,39 mendapat
Paritas, Kecepatan Pertolongan TN,
daripada pertolongan > 2 hari
Penolong Persalinan, dan Perawatan
responden yang yang meninggal
Tali pusat di Provinsi Jawa Timur
memiliki paritas ≤ persentasenya lebih
Tahun 2014-2016
2. besar dibandingkan
Status Kematian TN
Hubungan dengan bayi tetanus Total p
antara kecepatan neonatorum yang V Meninggal PR
value
pertolongan hidup yaitu a
CI
dengan kematian meninggal 25,4% r n % 95%
bayi penderita dan hidup 15,3%. i % n
tetanus Variabel kecepatan a
neonatorum pertolongan TN b
ditampilkan pada dengan status e
Tabel 3. Tabel 3 kematian bayi TN l
menunjukkan berdasarkan Hasil
< 2 hari
bahwa persentase uji chi-squre pada
Status Imunisasi TT Ibu
kecepatan variabel kecepatan
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 204

Tidak Imunisasi 23 39 30 50, dengan bayi TN bayi penderita


8 yang hidup yang tetanus neonatorum
mendapatkan sebesar 2,31
Imunisasi 4 6,8 2 3,4
perawatan tali pusat daripada yang
yang sama yaitu melakukan
meninggal 16,9% perawatan sesuai
Paritas
Kelahiran > 2 4 6,8 14 23, dan hidup 6,8%. anjuran medis.
7 Hasil uji statistik
PEMBAHASAN
variabel perawatan
Kelahiran ≤ 2 23 39 18 30, tali pusat dengan Distribusi
5 status kematian bayi frekuensi paritas

TN berdasarkan bayi penderita TN


Kecepatan pada Tabel 2
hasil uji chi-square
Pertolongan menunjukkan bahwa
diperoleh nilai p =
0,007 (p < α) yang mayoritas paritas
25, 9
TN 15 bayi penderita TN
4 berarti terdapat
hubungan bermakna adalah bayi dengan
2 hari 20, 23 antara jenis kelahiran ≤ 2
≥ 12
3 perawatan tali pusat sebesar 69,5%.

dengan status Penderita TN di

Perawatan Tali pusat kematian bayi Jawa Timur banyak


Ramuan 17 28, 8 dialami pada bayi
penderita TN di
8 yang memiliki
Provinsi Jawa Timur
tahun 2014-2016. kelahiran awal atau
Anjuran Medis 10 16, 24
Berdasarkan pertama, hal tersebut
9
perhitungan statistik dapat dipengaruhi

diperoleh nilai faktor pengetahuan


TN yang meninggal meninggal 28,8%
Prevalensi Rasio ibu dalam
yang perawatan tali dan hidup 13,6%,
sebesar 2,31 (95% melakukan vaksinasi
pusat tidak sesuai sedangkan bayi
CI 1,28-4,15) TT selama
anjuran medis penderita TN yang
sehingga responden kehamilan untuk
memiliki persentase meninggal yang
yang melakukan memberikan
lebih tinggi dari pada perawatan tali pusat
perawatan tali pusat kekebalan TN pada
bayi yang hidup sesuai anjuran medis
dengan ramuan bayi. Sesuai dengan
yang mendapatkan memiliki persentase
dapat meningkatkan penelitian yang
perawatan tali pusat lebih rendah
risiko kematian pada dilakukan di Banda
yang sama yaitu dibandingkan
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 205

Aceh bahwa 42 ibu dari bayi menunjukkan bahwa dapat dilakukan


pengetahuan ibu penderita TN yang pertolongan dengan menjaga tali
memengaruhi tidak melakukan penderita TN di Jawa pusar tetap kering
perilaku ibu untuk imunisasi TT. Timur sudah baik. dan bersih.
melakukan vaksinasi Distribusi Kondisi tersebut juga Perawatan tali pusat
TT (Fitriah, 2012). frekuensi sesuai dengan dapat dilakukan
Ibu yang baru kecepatan kondisi distribusi dengan
mendapatkan pertolongan bayi frekuensi status menggunakan kasa
kehamilan awal atau penderita TN pada kematian bayi kering ataupun kasa
pertama memiliki Tabel 2. penderita TN pada dengan antiseptik.
kemungkinan untuk menunjukkan bahwa Tabel 2 Perawatan tali pusat
memiliki mayoritas kecepatan menunjukkan bahwa yang benar dampak
pengetahuan yang pertolongan mayoritas bayi yang memberi dampak
kurang dibanding ibu dilakukan < 2 hari menderita TN tetap positif pupusnya tali
yang sudah pernah (24 jam), yaitu hidup, yaitu sebesar pusat sekitar hari ke
hamil atau sebesar 59,3% atau 54,2% atau sebanyak 5-10 hari, namun
melahirkan. sebanyak 35 bayi 32 bayi penderita TN perawatan tali pusat
Pengetahuan tersebut yang mendapat dapat sembuh dari yang tidak benar
terkait hal apa saja pertolongan < 2 hari. penyakit tetanus dapat berdampak
yang harus Kondisi Tersebut neonatorum dan mengakibatkan
dipersiapkan dalam mampu bertahan kematian pada bayi
kehamilan, hidup. (Muliawati dan
persalinan, dan Distribusi Susanti, 2015).
menjaga tumbuh frekuensi perawatan
kembang bayinya. Faktor Risiko
tali pusat bayi
Kondisi tersebut Status Imunisasi
penderita TN pada
sesuai dengan TT Ibu dengan
Tabel 2 menunjukkan
distribusi frekuensi Status Kematian
bahwa mayoritas
status imunisasi ibu Bayi Penderita
perawatan tali pusat
dari bayi penderita Tetanus
sesuai anjuran medis,
TN pada Tabel 2. Neonatorum di
yaitu sebesar 57,6%
menunjukkan bahwa Provinsi Jawa
atau sebanyak 34
mayoritas ibu tidak Timur Tahun 2014-
bayi melakukan
melakukan imunisasi 2016
perawatan tali pusat
TT, yaitu sebesar sesuai anjuran medis. Hubungan antara
72,9% atau sebanyak Perawatan tali pusat status imunisasi TT
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 206

pada ibu dengan persentase lebih α (0,05). kekebalan yang sangat


kematian pada bayi besar dari pada bayi Berdasarkan hasil protektif dan tahan
penderita TN yang hidup yang analisis statistik lama terhadap tetanus.
ditampilkan pada menderita TN tersebut dapat Durasi perlindungan
Tabel 3. Hubungan dengan ibu yang diperoleh kesimpulan yang diberikan oleh
antara status memiliki status bahwa tidak terdapat vaksin TT bergantung
imunisasi TT pada imunisasi yang sama hubungan yang pada jumlah total dosis
ibu dengan kematian yaitu dengan bermakna antara yang diberikan. Dosis
pada bayi penderita persentase meninggal status imunisasi ibu pertama vaksin TT
TN ditampilkan pada 6,8% dan hidup dan kematian bayi memberikan respons
Tabel 3. Tabel 3 3,4%. Kondisi TN. Kondisi tersebut antibodi terhadap
menunjukkan bahwa tersebut mungkin terjadi tetanus yang
ibu yang tidak menunjukkan bahwa dikarenakan sebaran berkembang perlahan
mendapat imunisasi mayoritas bayi data tidak seimbang, yang terdiri dari IgM
TT (tidak imunisasi penderita TN karena dari 59 non-penetralisir dan
atau hanya sampai memiliki ibu yang responden bayi TN sejumlah kecil antibodi
imunisasi TT1) memiliki riwayat hanya 6 bayi TN yang IgG. Respons antibodi
memiliki bayi tidak melakukan memiliki ibu dengan pada pemberian vaksin
penderita TN yang imunisasi TT (tidak riwayat imunisasi TT TT yang pertama tidak
meninggal dengan imunisasi atau hanya (hingga TT2). mencukupi untuk
persentase lebih kecil sampai imunisasi Vaksin tetanus memberikan
dari pada bayi yang TT1). Bayi TN yang toksoid (TT) adalah perlindungan terhadap
hidup yang meninggal mayoritas salah satu vaksin tetanus. Setelah dosis
menderita TN memiliki ibu tidak yang paling efektif, kedua, konsentrasi
dengan ibu yang imunisasi TT (tidak aman, stabil, dan antibodi pelindung
memiliki status imunisasi atau hanya murah yang pernah mulai berkembang,
imunisasi yang sama sampai imunisasi ada. Vaksin TT namun setahun setelah
yaitu dengan TT1). Hasil uji chi- diberikan dengan vaksinasi perlindungan
persentase meninggal square pada variabel aman selama menurun. Hasil dosis
39% dan hidup status imunisasi ibu kehamilan dan untuk ketiga dapat
50,8%, sedangkan dengan status orang dengan memberikan
bayi yang menderita kematian bayi TN immunocompromised. perlindungan yang
TN yang meninggal diperoleh nilai Apabila diberikan tetap tinggi untuk
dengan ibu yang signifikan dengan dengan benar, vaksin beberapa orang.
mendapat imunisasi nilai p = 0,257 TT dapat Pemberian vaksin
TT menunjukkan sehinga nilai p > memberikan TT(booster) setelah
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 207

pemberian yang 2013). Agar ibu hamil imunisasi TT neonatorum.


ketiga tetap mendapat imunisasi TT akan memberikan Sehingga
memberikan yang lengkap ibu hamil efikasi vaksin penyimpanan
kekebalan yang dianjurkan melakukan tetanus toxoid vaksin TT perlu
tinggi, meskipun bila imunisasi sebanyak 3 hampir 100% diperhatikan agar
diberikan bertahun- kali, yaitu pertama akan tetapi akan kualitas vaksin TT
tahun setelahnya. sejak ibu positif hamil, terus menurun tetap baik saat
Jadwal pemberian kemudian untuk dengan diberikan dan dapat
vaksinasi yang imunisasi selanjutnya berjalannya waktu memberikan
disarankan berbeda- dengan minimal jarak 4 sehingga perlu kekebalan terhadap
beda di setiap negara. minggu, dan dilakukan booster infeksi tetanus.
WHO selanjutnya setelah 6-12 setiap 10 tahun
merekomendasikan bulan kemudian atau sekali Faktor Risiko
(Surya,
bahwa setidaknya dianjurkan pada 2016). Paritas dengan
Efikasi
lima dosis vaksin TT trismester ke dua akhir yang Status Kematian
terus
diberikan selama 12- atau selama trismester menurun Bayi Penderita
dapat
15 tahun, dimulai ke tiga kehamilan memberikan Tetanus

pada masa bayi dan (setelah 20 minggu peluang Neonatorum di


untuk
dosis keenam kehamilan) (ACIP, terinfeksi Provinsi Jawa
TN.
dianjurkan untuk 2011). Timur Tahun
Vaksin tetanus
diberikan pada awal Banyak faktor yang toxoid 2014-2016
sensitif
masa dewasa untuk dapat memengaruhi terhadap Hubungan antara
memastikan pemberian imunisasi pembekuan tingkat paritas
perlindungan jangka TT pada ibu, seperti sehingga vaksin dengan kematian
panjang (WHO, faktor pengetahuan, tersebut dapat bayi penderita TN
2007). sikap, dan persepsi ibu rusak apabila ditampilkan pada
Imunisasi TT pada (Fitriah, 2012). terpapar suhu Tabel 3. Tabel 3
ibu hamil bertujuan Kelengkapan dingin (Depkes menunjukkan
untuk RI, 2005). Vaksin bahwa persentase
memberikan yang rusak bayi penderita TN
kekebalan tetanus tentunya akan yang meninggal
pada ibu. Ibu yang menghilangkan pada usia neonatal
memiliki kekebalan kemampuan dari ibu dengan
terhadap tetanus akan proteksinya dalam paritas ≤ 2
mewariskan imunitas mencegah infeksi persentasenya lebih
pada bayinya (CDC, tetanus besar dari pada bayi
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 208

yang hidup pada 2014-2016. et al., 2015). Bayi (Ogawa, et al.,


ibu yang Berdasarkan yang lahir tidak 2013; UCI, 2012).
berparitas sama perhitungan statistik cukup umur Organ tubuh dan
yaitu dengan diperoleh nilai (prematur) metabolisme tubuh
persentase Prevalensi Rasio meningkatkan bayi yang belum
meninggal 39% sebesar 0,39 (95% risiko terhadap matang pada bayi
dan hidup 30,5%, CI 0,16-0,98) kelangsungan yang lahir
sedangkan ibu sehingga responden hidup bayi premature
dengan paritas > 2 dengan paritas > 2 akan memengaruhi neonatorum yang
persentase bayi memiliki risiko ketahanan bayi saat memiliki paritas ≤ 2,
TN yang hidup akan kematian pada masa awal kondisi tersebut
lebih besar bayi penderita kehidupan untuk dapat dipengaruhi
dibandingkan tetanus neonatorum mampu bertahan oleh imunitas yang
dengan bayi TN lebih rendah, yaitu hidup. terbentuk pada ibu
yang meninggal sebesar 0,39 Berdasarkan hasil karena telah
yaitu meninggal daripada responden analisis pada memiliki riwayat
6,8% dan hidup yang memiliki penelitian ini, antara imunisasi TT yang
23,7%. Tabel 3 paritas ≤ 2. tingkat paritas sudah dilakukan ibu
menunjukkan Kehamilan lebih > 2 terhadap kematian pada kehamilan
hasil analisis atau memiliki paritas bayi penderita sebelumnya.
statistik dengan yang tetanus neonatorum Pernyataan tersebut
menggunakan uji tinggi merupakan diperoleh hasil didukung oleh
chi-square antara salah satu hubungan yang penelitian CDC yang
paritas dengan kehamilan berisiko. signifikan dengan menjelaskan bahwa
status kematian Dampak dari paritas arah hubungan yang imunisasi TT
bayi penderita TN yang tinggi adalah berbanding terbalik. booster pada ibu
diperoleh nilai p = preeklamsia Penelitian ini hamil dilakukan
0,034 (p < α) yang (Fajarsari and diperoleh hasil risiko apabila ibu telah
bermakna terdapat Prabandari, 2016). kematian lebih memiliki imunisasi
hubungan antara Terjadinya rendah pada bayi TT lengkap lebih
tingkat paritas preeklamsia dapat penderita tetanus dari 10 tahun (CDC,
dengan status menyebabkan bayi neonatorum yang 2013). Kesimpulan
kematian bayi lahir prematur dan memiliki paritas > 2 yang diperoleh
penderita TN di berdampak pada dibandingkan adalah kekebalan
Provinsi Jawa kondisi kesehatan dengan bayi imunisasi TT dapat
Timur pada tahun neonatal (Mendola, penderita tetanus bertahan selama
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 209

kurang lebih 10 restriction (IUGR) memengaruhi nutrisi memiliki berat lahir


tahun sehingga (Asmana, et al., yang diperoleh janin rendah dapat
memungkinkan 2016). Kondisi pada saat kehamilan. meningkatkan risiko
memberi kekebalan tersebut tentunya Nutrisi yang kematian pada saat
pada kehamilan akan memengaruhi diperoleh janin pada kelangsungan hidup
selanjutnya dan kesehatan janin. saat kehamilan dapat bayi pada tahun
memberikan Kondisi kesehatan memengaruhi pertama kehidupan
kekebalan bawaan janin yang tidak tumbuh kembang (UCI, 2012). Hal
pada bayinya. baik, akan janin. Nutrisi yang ini berkaitan dengan
Kematian pada berdampak pada kurang pada janin pertumbuhan dan
kelahiran pertama kesehatan bayi yang dapat memberikan pematangan
juga dipengaruhi dilahirkan. Sehingga kondisi yang (maturasi) organ dan
oleh usia ibu saat bayi akan cenderung merugikan, seperti alat-alat tubuh yang
melahirkan. Apabila memiliki kerentanan menyebabkan bayi belum sempurna,
ibu terlalu muda (< terhadap kondisi terlahir dengan berat akibatnya BBLR
18 tahun) saat kesehatannya. badan rendah atau sering mengalami
melahirkan akan Penelitian lain BBLR (Suwarni, et gangguan kesehatan
memberikan banyak menyebutkan al., 2014). Bayi pada tahun pertama
dampak yang bahwa pada yang kehidupan.
merugikan pada bayi tingkat Gangguan kesehatan
(Kozuki, et al., paritas yang tinggi tersebut seperti
2013). Kehamilan akan meningkatkan seringnya bayi
pertama cenderung kematian pada bayi mendapatkan
terjadi kegagalan (Sonneveldt, et al., komplikasi dan
dalam pembentukan 2013). Paritas yang kondisi terburuknya,
blocking antibodies tinggi memengaruhi apabila bayi tidak
terhadap antigen kesiapan fungsi mampu bertahan
plasenta sehingga organ untuk menjaga dapat berdampak
dapat menimbulkan kehamilan dan kematian pada bayi
respons imun yang menjaga janin (Kusnasetia and
tidak (Nur, et al., 2016). Rini, 2016).
menguntungkan baik Kehamilan yang
pada janin maupun Faktor Risiko
berulang-ulang dapat
ibu hamil. Janin Kecepatan
membuat dinding
dapat mengalami Pertolongan
uterus mengalami
intrauterine growth dengan Status
kerusakan, sehingga
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 210

Kematian Bayi yang meninggal dilakukan di RS pertama


Penderita Tetanus persentasenya lebih Indramayu dan (Tantijawati, L., and
Neonatorum di besar dibandingkan Cirebon Krisnawati, B.,
Provinsi Jawa dengan bayi tetanus menunjukkan nilai 2006).
Timur Tahun 2014- neonatorum yang OR=6.95 dengan Fatalitas
2016 hidup yaitu (95% CI: 2.378- pertolongan

Hubungan antara meninggal 25,4% 20.340), penderita TN sangat

kecepatan dan hidup 15,3%. hasil analisis pada tinggi karena pada

pertolongan dengan Variabel kecepatan penelitian tersebut umumnya

kematian bayi pertolongan TN menunjukkan bahwa pertolongan

penderita tetanus dengan status penderita tetanus dilakukan apabila

neonatorum kematian bayi TN neonatorum yang keadaan bayi sudah

ditampilkan pada berdasarkan hasil uji mendapat gawat atau

Tabel 3. Tabel 3 chi-square pada pertolongan lebih pertolongan yang

menunjukkan bahwa variabel kecepatan dari 2 hari berisiko terlambat karena

persentase kecepatan pertolongan bayi TN meninggal dunia 6.9 terlambat melakukan

pertolongan < 2 hari dengan status kali lebih besar diagnosis. Kondisi

(1 hari) bayi kematian bayi TN daripada yang tersebut dapat

penderita tetanus diperoleh nilai dibawa ke rumah dipengaruhi karena

neonatorum yang signifikan dengan sakit pada hari

meninggal memiliki nilai p = 0,061 ketidaktauan ibu Semakin lama


persentase lebih kecil sehinga nilai p > α terkait gejala tetanus penundaan pertolongan
(20,3%) dari pada (0,05). Berdasarkan neonatorum yang maka berdampak
bayi yang hidup yang hasil analisis statistik muncul pada bayi. semakin buruknya
menderita tetanus tersebut dapat Penderita tetanus prognosis tetanus
neonatorum yang diperoleh neonatorum harus neonatorum (Lam, et
mendapat kecepatan kesimpulan bahwa segera dibawa ke al., 2015).
pertolongan yang tidak terdapat rumah sakit, agar Kecepatan
sama yaitu hubungan yang mendapat pertolongan TN
meninggal 20,3% bermakna antara pengawasan dan memengaruhi
dan hidup 39%, kecepatan segera mendapat tatalaksana pengobatan
sedangkan bayi pertolongan dan pertolongan karena tetanus, seperti
penderita tetanus kematian bayi TN. sering timbul efektivitas pemberian
neonatorum yang Kondisi tersebut komplikasi seperti (anti tetanus serum)
mendapat berbeda dengan dehidrasi, sepsis, atau ATS. ATS akan bekerja
pertolongan > 2 hari penelitian yang pneumonia aspirasi. efektif apabila
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 211

diberikan sebelum 24 Faktor Risiko yang mendapatkan penderita tetanus


jam luka. ATS Perawatan Tali Pusat perawatan tali pusat neonatorum sebesar
diberikan kepada dengan Status yang sama yaitu 2,31 daripada yang
yang belum Kematian Bayi meninggal 16,9% dan melakukan
mendapatkan Penderita Tetanus hidup 6,8%. Hasil uji perawatan sesuai
imunisasi, sedangkan Neonatorum di statistik variabel anjuran medis.
yang sudah mendapat Provinsi Jawa Timur perawatan tali pusat Suatu penelitian
imunisasi dapat Tahun 2014-2016 dengan status yang dilakukan di
diberikan imunisasi Hubungan antara kematian bayi TN negara-negara
TT ulangan apabila perawatan tali pusat berdasarkan hasil uji berkembang
sudah waktunya dengan kematian bayi chi-square diperoleh menjelaskan bahwa
(WHO dan Depkes penderita TN nilai p = 0,007 (p < α) perawatan tali pusat
RI, 2009). Bayi usia < ditampilkan pada Tabel yang berarti terdapat dengan baik dapat
28 hari belum 3. Tabel 3 menunjukkan hubungan bermakna menurunkan risiko
mendapatkan bahwa persentase bayi antara jenis kematian pada bayi.
imunisasi TT, penderita TN yang perawatan tali pusat Peningkatan risiko
imunisasi baru akan meninggal yang dengan status kematian akibat TN
diberikan pada anak perawatan tali pusat kematian bayi dipengaruhi
saat memasuki masa tidak sesuai anjuran penderita TN di terhadap tingginya
sekolah dasar (Pusat medis memiliki Provinsi Jawa Timur pajanan patogen
Data dan Informasi persentase lebih tinggi tahun 2014-2016. pada tali pusat.
Kemenkes RI, 2012). dari pada bayi yang Berdasarkan Perawatan tali pusat
Kekebalan terhadap hidup yang perhitungan statistik yang bersih dan
TN pada bayi mendapatkan perawatan diperoleh nilai menghindari
didapatkan dari tali pusat yang sama Prevalensi Rasio pajanan patogen
kekebalan bawaan yaitu meninggal 28,8% sebesar 2,31 (95% CI sangat diperlukan
dari ibunya. Apabila dan hidup 13,6%, 1,28-4,15) sehingga agar tali pusat
ibu belum sedangkan bayi responden yang terhindar dari
mendapatkan penderita TN yang melakukan perawatan infeksi. Penelitian
kekebalan terhadap meninggal yang tali pusat dengan tersebut diperoleh
TN, bayi sangat perawatan pusat ramuan
tali dapat hasil analisis
rentan terhadap TN sesuai anjuran medis meningkatkan risiko statistik RR 0.76
sehingga penanganan memiliki persentase kematian pada bayi dengan (95% CI
segera pada bayi yang lebih rendah 0.68 to 0.84) yang
terdiagnosa TN dibandingkan dengan dapat disimpulkan
sangat diperlukan. bayi TN yang hidup bahwa perawatan
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 212

tali pusat yang disebabkan oleh dengan tersebut berbeda


baik atau sesuai praktik perawatan menggunakan dengan penelitian
anjuran medis tali pusat secara antiseptik lain yang
dapat menurunkan tradisional. dibanding menjelaskan bahwa
risiko kematian Program intervensi menggunakan perawatan tali pusat
neonatal (Khan, untuk perawatan kasa kering tidak dengan kasa steril
A.A., et al., tali pusat dengan memiliki memiliki
2013). baik mendapatkan keunggulan antara kemampuan yang
Perawatan tali dukungan dari satu sama lain lebih baik untuk
pusat dipengaruhi WHO. Program dalam mencegah mempercepat
oleh kebiasaan tersebut perlu infeksi tali pusat pupusnya tali pusat.
masyarakat dikembangkan dan ataupun Penelitian tersebut
(kebudayaan dilaksanakan mencegah risiko disebutkan bahwa
lokal) yang dengan kepercayaan kematian TN. penggunaan kasa
beberapa memiliki dan dukungan ibu, Perbedaan steril pada
dampak pelayanan yang ditemukan perawatan tali pusat
merugikan seperti kesehatan, dukun adalah cepat atau akan membuat tali
penggunaan arang bayi tradisional dan lainnya tali pusat pusat pupus dalam
dan ramuan- masyarakat (Grant akan pupus. waktu 5 hari
ramuan tertentu et al., 2014). Menurut suatu sedangkan
(Saleh et al., Perawatan tali penelitian, tali perawatan tali pusat
2015; Coffey and pusat pada unit pusat akan lebih dengan
Brown, 2017). pelayanan cepat pupus menggunakan kasa
Penelitian tersebut kesehatan apabila dengan antiseptik,
memiliki penggunaan bahan menggunakan tali pusat akan
kesimpulan yang terdapat antiseptik (Imdad pupus dalam waktu
sama dengan penggunaan bahan et al., 2013). 7 hari (Utami dan
penelitian yang yang berbeda, ada Pernyataan Sulastri, 2017).
dilakukan di yang menggunakan SIMPULAN memiliki p > 0,05
Uganda. kasa dengan DAN SARAN yaitu variabel status
Penelitian di antiseptik atau imunisasi TT ibu
Uganda menggunakan kasa Simpulan dan kecepatan
menjelaskan kering atau kas pertolongan bayi TN
Berdasarkan
bahwa kematian steril (Utami and yang memiliki
semua variabel yang
neonatal Sulastri, 2017). makna bahwa tidak
dianalisis terdapat
umumnya Perawatan tali pusat ada hubungan yang
variabel yang
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 213

bermakna antara yang memiliki anjuran medis. promosi kesehatan


variabel tersebut paritas ≤ 2. Risiko Berdasarkan kepada masyarakat
dengan variabel kematian lebih penelitian yang dengan memberikan
status kematian bayi rendah pada bayi dilakukan di negara- penyuluhan dan
penderita TN. penderita TN yang negara berkembang penyampaian
Variabel yang memiliki paritas menunjukkan informasi yang
memiliki nilai p < >2 dipengaruhi oleh perawatan tali pusat intensif tentang
0,05 yaitu variabel imunitas yang dengan baik dapat pentingnya
paritas dan terbentuk karena menurunkan risiko kelengkapan
perawatan tali pusat telah memiliki kematian pada bayi. imunisasi TT pada
yang memiliki riwayat imunisasi Kesimpulan yang ibu hamil untuk
makna bahwa TT yang sudah diperoleh dari mencegah kematian
terdapat hubungan dilakukan ibu pada penelitian di Jawa bayi akibat tetanus
yang bermakna kehamilan Timur pada tahun
antara paritas dan sebelumnya. 2014-2016 terhadap
perawatan tali pusat Perhitungan faktor risiko
dengan status statistik antara kematian bayi
kematian bayi perawatan tali pusat penderita TN
penderita TN. dengan kematian menunjukkan bahwa
Perhitungan bayi penderita TN variabel paritas dan
statistik antara diperoleh nilai perawatan tali pusat
paritas dan kematian Prevalensi Rasio memiliki hubungan
bayi penderita TN sebesar 2,31 (95% bermakna dengan
diperoleh nilai CI 1,28-4,15) kematian bayi
Prevalensi Rasio sehingga responden penderita tetanus
sebesar 0,39 (95% yang melakukan neonatorum dengan
CI 0,16-0,98) perawatan tali pusat keeratan hubungan
sehingga responden dengan ramuan yang rendah.
yang memiliki dapat meningkatkan Saran
paritas > 2 memiliki risiko kematian pada
Saran yang dapat
risiko akan kematian bayi penderita
direkomendasikan
pada bayi penderita tetanus neonatorum
adalah bagi Dinas
tetanus neonatorum sebesar 2,31
Kesehatan Provinsi
lebih rendah, yaitu daripada yang
Jawa Timur, agar
sebesar 0,39 melakukan
meningkatkan
daripada responden perawatan sesuai
sosialisasi atau
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 214

neonatorum serta benar terkait Immunization a systematic


himbauan untuk kehamilan, Practice. Tersedia review. BioMed
melakukan persalinan, dan di:http://www. Central
persalinan di fasilitas bayinya. smchealth.org/sit Pregnancy and
kesehatan dan Bagi peneliti es/main/files/file- Childbirth.
melakukan selanjutnya attachments/ Tersedia di:
perawatan tali pusat diharapkan dapat pregnant_tdap_us https://
sesuai anjuran medis. melengkapi variabel e.pdf. [Sitasi: 24 bmcpregnancychil
Bagi pelayanan lain yang terkait Mei 2017]. dbirth.biomedcent
kesehatan diharapkan faktor prognosis Asmana, S.K., ral.com/
dapat menjaga kematian bayi Syahredi, articles/10.1186/s
kualitas vaksin TT, penderita tetanus Hilbertina, N. 12884-017-1250-
agar ibu yang neonatorum, seperti 2016. Hubungan 7 [Sitasi: 3 Juli
melakukan imunisasi tata laksana Usia dan Paritas 2017].
TT mendapat pengobatan tetanus dengan Kejadian Depkes, RI. 2005.
kekebalan dan dapat neonatorum dan Preeklampsia Panduan teknis
memberikan efektivitas pelayanan Berat di Rumah Pengelolaan
kekebalan pada kesehatan terutama Sakit Achmad Vaksin dan Rantai
bayinya terhadap dalam penanganan Mochtar Dingin. Jakarta:
infeksi tetanus kasus tetanus Bukittinggi Tahun Ditjen PP dan
neonatorum, serta neonatorum. 2012–2013. PL. Tersedia di:
menjaga proses Jurnal Kesehatan http://perpustakaa
persalinan berjalan REFERENSI Andalas, 5(3), pp. n.depkes. go. id:
secara bersih dan 640-646. Tersedia 8180 /
ACIP. 2011. ACIP
aman. di:http://jurnal.fk. bitstream/
Provisional
Bagi masyarakat unand.ac.id/index. 123456789 /
Recommendations
di Jawa Timur, php/jka/ 1360 / 1 /
for Pregnant
terutama bagi para article/view/591 BK2009-Sep14.pdf
Women on Use of
ibu hamil untuk lebih [Sitasi: 3 Juli [Sitasi: 10 Juni
Tetanus Toxoid,
memperluas 2017]. 2017].
Reduced
pengetahuannya atau Coffey, P.S. & Fajarsari, D.,
Diphtheria Toxoid
dengan selalu Brown, S.C. 2017. Prabandari, F.
and Acellular
berkonsultasi dengan Umbilical cord- 2016. Pengaruh
Pertussis Vaccine
tenaga kesehatan care practices in Paritas dan Indeks
(Tdap), s.l.:
agar dapat membuat low- and middle- Masa Tubuh
Advisory
keputusan yang income countries: (IMT) terhadap
Committee on
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 215

Kejadian Kabupaten Uy, M.E., 2017].


Preeklamasi di Banyumas. Jurnal Mantaring, J.B., Kozuki, N., Lee,

Ilmiah Kebidanan, practices in Luweero Bhutta, Z.A. 2013. A.C.C., Silveira,

7(2). Tersedia di: district, Uganda. Umbilical cord M.F., Sania, A.,

http:// Paediatrics & Child antiseptics for Vogel, J.P., Adair, L.,

ojs.akbidylpp.ac.id Health, 19(6), p. preventing sepsis et al. 2013. The

/index.php/Prada/a 333. Tersedia and death among associations of parity

rticle/ di:https://www. newborns. and maternal age

viewFile/195/153 ncbi.nlm.nih.gov/pm Cochrane Library, with small-for-

[Sitasi: 10 Juni c/articles/PMC41739 Issue 5. Tersedia gestational-age,

2017]. 63/ [Sitasi: 29 Mei di: preterm, and

Fitriah. 2012. 2017]. https://www.ncbi.n neonatal and infant

Perilaku Ibu hamil Hatkar, N., Shah, N., lm.nih. mortality: a meta-

terhadap Imran, S., Jadhao, A. gov/pubmed/23728 analysis. BioMed

Imunisasi Tetanus 2015. Study of 678 [Sitasi: 26 Mei Central Public

Toxoid di Incidence, Mortality 2017]. Health, 13(3).

Puskesmas Tangse & Causes of Khan, Adeel Ahmed, Tersedia

Kabupaten Pidie. Neonatal Tetanus Aysha Z., Fauziah di:https://bmcpublic

Skripsi. Sekolah among all Neonatal R. 2013. health.

Tinggi Ilmu Intensive Care Unit Interventions to biomedcentral.com/

Kesehatan [NICU] Admissions reduce neonatal articles/10.1186/147

U’budiyah. in Tertiary Health mortality from 1-2458- 13-S3-S2

Tersedia: Care Center of neonatal tetanus in [Sitasi: 29 Mei

http://simtakp.uui.a SBHGMC, Dhule. low and middle 2017].

c.id/ Journal of Evolution income countries - Lam, P.K., Trieu, H.T.,

dockti/FITRIAH- of Medical and a systematic Lubis, I.N.D., Loan,

skripsi.pdf [Sitasi: Dental Sciences, review. BMC H.T., Thuy, T.T.D.,

10 Juni 2017]. 4(40), pp. 6967- Public Health, Wills, B., et al.

Grant, E., Munube, 6973. Tersedia di: 13(322). Tersedia 2015. Prognosis of

D., Lumala, P., https://www.jemds.c di: neonatal tetanus in

Sentongo, S.A., om/latest- https://bmcpublich the modern

Dodds, L., articles.php? ealth. management era: an

Bortolussi, R., et at_id=7799 [Sitasi: biomedcentral.co observational study

al. 2014. Neonatal 23 Mei 2017]. m/articles/10.1186 in 107 Vietnamese

deaths and Imdad, A., Bautista, /1471-2458- 13- infants.

umbilical cord care R.M.M., Senen, K.A.A., 322 [Sitasi: 26 Mei International
Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 216

Journal of ncbi.nlm.nih.gov/ 25(3), pp. 139- Mei 2017].


Infectious pubmed/2549903 146. Tersedia Muliawati, S.,
Diseases, Volume 9 [Sitasi: 3 Juli di: Susanti, L.W.
33, pp. 7-11. 2017]. http://ejournal.l 2015. Studi
Tersedia di: Tantijawati, L., and itbang.depkes.g Deskriptif
https://www. Krisnawati B. o.id/index.php/ perawatan Tali

2006. Faktor- MPK/article/vi Pusat pada bayi

faktor Prognosis ew/4384 Baru Lahir di

Kematian [Sitasi: 24 Mei Puskesmas

Tetanus 2017]. Gajahan

Neonatorum di Mendola, P., kecamatan

RS Kabupaten Mumford, S.L., Pasarkliwon

Indramayu dan Männistö, Kota Surakarta.

Kabupaten Tuija I., Jurnal

Cirebon. Jurnal Holston, A., Maternity, 2(1).

Kesehatan Reddy, U.M., Tersedia

Masyarakat et al. 2015. di:http://ejurna

Nasional Vol 1, Hubungan l.akbidcm.ac.i

No. 2, pp. 51-56. Preeklamasi d/index.php/

Tersedia di: dengan maternity/article/

http://journal.fkm Kondisi Bayi view/30 [Sitasi:

.ui.ac. yang dilahirkan 10 Juni 2017]

id/kesmas/article/ secara Sectio Nur, R., Arifuddin,

view/311 [Sitasi: 3 Caesarea di A., Novilia, R.

Juli 2017]. Lolong, RSUD DR. 2016. Analisis

D.B., Pangaribuan, Moewardi Faktor Risiko

L. 2015. Surakarta. Kejadian Berat

Hubungan Epidemiology, Badan Lahir

Kunjungan K4 26(1), pp. 17- Rendah di

dengan Kematian 26. Tersedia di: Rumah Sakit

Neonatal Dini di http://journals. Umum

Indonesia ums.ac.id/inde Anutaputra Palu.

(Analisis Lanjut x.php/ Jurnal Preventif,

Data Riskesdas BIK/article/do 7(1), pp. 1-64.

2013). Media wnload/3755/2 Ogawa, M.,

Litbangkes, 422 [Sitasi: 24 Matsuda, Y.,


Selvy Novita Sari, Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus … 217

Kanda, R., Kementrian


Konno, J., Kesehatan
Mitani, M., Republik
Makino, Y.; et Indonesia.
al. 2013. Tersedia di:
Survival Rate http://www.
of Extremely depkes.go.id/dow
Low Birth nload.php?
Weight Infants file=download/
and Its Risk pusdatin/buletin/
Factors: Case- buletin-mnte.pdf
Control Study [Sitasi: 23 Mei
in Japan. ISRN 2017].
Obstetrics and Saleh, J. A.,
Gynecology, Nemecek, J.,
Volume 2013. Jones, C. 2015.
Tersedia di: Impact of
https://www.nc hygienic caring
bi.nlm.nih.gov/ of the umbilical
pmc/ cord in the
articles/PMC38 Prevention of
58981/ [Sitasi: Neonatal
10 Juni 2017]. Tetanus. Webmed
Pusat Data dan Central Public
Informasi Health, 6(5).
Kemenkes RI. Tersedia di:
2012. Eliminasi https://www.
Tetanus
Maternal dan
Neonatal di
Indonesia. In:
Buletin Jendela
Data dan
Informasi
Kesehatan.
Jakarta:
webmedcentral.com/article_view/4891 [Sitasi 10
Juni 2017].
Kusnasetia, S., Rini, R. 2016. Pengaruh Konseling terhadap Motivasi Ibu
Melakukan Perawatan Metode Kangguru pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2). Tersedia di:
https://journal.unnes.ac.id/nju/index. php/kemas/article/view/4028 [Sitasi 26
Mei 2017].
Sonneveldt, E., Plosky, W., Stover, J. 2013. Linking high parity and maternal and
child mortality: what is the impact of lower health services coverage among
higher order births?. BioMed Central Public Health, 13(3). Tersedia
di:https://www. ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3847680/ [Sitasi 3 Juli
2017].
Surya, R. 2016. Skoring Prognosis Tetanus Generalisata. CDK-238, 43(3), pp.
199-203. Tersedia di: http://www.cdkjournal.com/index.
php/CDK/article/download/34/31 [Sitasi 29 Mei 2017].
Suwarni, Y., Noor, M.S., Rahayu, A. 2014. Hubungan antara Paritas, LILA,
Kadar Hb dan Usia Ibu Hamil dengan Berat Lahir Bayi. Jurnal Publikasi
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(1).
UCI. 2012. Prematurity and Low Birth Weight, s.l.: The Urban Child Institute.
Tersedia di: http:// www.urbanchildinstitute.org/articles/policy-
briefs/prematurity-and-low-birth-weight [Sitasi: 3
Juli 2017].
UNICEF, UNFPA., WHO. 2010. Achieving and Sustaining Maternal and
Neonatal Tetanus Elimination: Strategic Plan 2012–2015, New York:
UNICEF, UNFPA, and WHO. Tersedia
di:http://www.who.int/immunization/diseases/ MNTEStrategicPlan_E.pdf
[Sitasi 10 Juni 2017]
Utami, D.G.B., Sulastri. 2017. Perbedaan Lama Lepas Tali Pusat Perwatan
dengan Kasa Steril dibandingkan dengan Kasa Alkohol di Desa Bawean
Kecamatan Delanggu. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan. Tersedia di:
http://journals.ums. ac.id/index.php/BIK/article/view/3765 [Sitasi: 3
Juni 2017].
WHO, Depkes RI. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 1 ed.
Jakarta: World Health Organization and Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Tersedia di: http://www.searo.who.
int/indonesia/documents/9789791947701-buku- saku-kesehatan-anak-
indonesia.pdf?ua=1 [Sitasi: 3 Juni 2017].
WHO. 2007. Maternal and Neonatal Tetanus. World Health Organization.
Tersedia di: http://www. who.int/immunization/diseases/Maternal_and_
neonatal_tetanus_Seminar.pdf [Sitasi: 17 Juli 2017].

Anda mungkin juga menyukai