H DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ASFIKSIA DI RUANG MAWAR
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
Oleh :
Amelia Fransisca
2017.C.09a.0824
NIM : 2017.C09a.0824
Tingkat : III A
Pembimbing Praktik
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan Pada By. Ny.H Dengan Diagnosa Medis Asfiksia Di Ruang Mawar
RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit Asfiksia.
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan..............................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4
1.1 Konsep Penyakit.............................................................................................................4
1.1.1 Definisi..........................................................................................................................4
1.1.2 Anatomi Fisiologi.........................................................................................................4
1.1.3 Etiologi..........................................................................................................................6
1.1.4 Klasifikasi.....................................................................................................................7
1.1.5 Patofisiologi (Pathway).................................................................................................9
1.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)......................................................................13
1.1.7 Komplikasi..................................................................................................................13
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................14
1.1.9 Penatalaksanaan Medis...............................................................................................13
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.................................................................................
1.2.1 Pengkajian.......................................................................................................................
1.2.2 Diagnosa.........................................................................................................................
1.2.3 Intervensi.........................................................................................................................
1.2.4 Implementasi...................................................................................................................
1.2.5 Evaluasi...........................................................................................................................
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................
2.1 Pengkajian..........................................................................................................................
2.2 Diagnosa.............................................................................................................................
2.3 Intervensi............................................................................................................................
2.4 Implementasi......................................................................................................................
2.5 Evaluasi..............................................................................................................................
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................
3.1 Saran...................................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.3 Klasifikasi
a. Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan
istimewa
b. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi detak
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
reflek iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang
pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu
bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik
sama asfiksia berat (Kamarullah, 2005).
Cara menilai tingkatan APGAR score menurut Utomo (2006) adalah
dengan:
1). Menghitung frekuensi jantung.
2). Melihat usaha bernafas.
3). Menilai tonus otot.
4). Menilai reflek rangsangan.
5). Memperlihatkan warna kulit.
Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat asfiksia yang
dialami bayi:
Tanda tanda
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
vital
Appearance Seluruh tubuh biru Tubuh kemerahan Seluruh tubuh
(warna kulit) atau putih Ekstermitas biru kemerah-merahan
Pulse
(Frekuensi Tidak ada < 100 x/ menit > 100 x/ menit
jantung)
Grimance
Tidak ada Menyeringai Batuk/Bersin/Menangis
(reflek)
Activity Tidak Ada Fleksi ekstremitas
Fleksi kuat, gerak aktif
(tonus otot) Gerakan (Lemah)
Lambat atau
Respiration Menangis kuat atau
Tidak ada tidak teratur
(pernapasan) keras
(Merintih)
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai
skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi
baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena
resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit
seperti penilaian skor Apgar) .
1.1.4 Etiologi
Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir. Penyebab asfiksia adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2
b. Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
c. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke uri
d. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
e. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
f. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
g. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
h. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
i. Paralisis pusat pernafasan
j. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
k. Trauma dari dalam : akibat obat bius
Menurut Betz et al. (2001), terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya asfiksia, yaitu :
1) Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan
pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena
perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi.
2) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3) Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin.
4) Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa
hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang
terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital
pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran
pernapasan, hipoplasia paru.
1.1.5 Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia
pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi
lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi
lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus
tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan
bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan
pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera. (Aziz,
2010)
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul akibat asfiksia adalah:
a. Sembab Otak
b. Pendarahan Otak
c. Anuria atau Oliguria
d. Hyperbilirubinemia
e. Obstruksi usus yang fungsional
f. Kejang sampai koma
g. Komplikasi akibat resusitasinya sendiri : Pneumothorax
1.2.4 IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap
perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.
1.2.5 EVALUASI
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu
proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak
serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara
terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang
lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi
dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah
ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa
keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2. 1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal, 09 Maret 2020 pukul
20.30 WIB bertempat di ruang Mawar RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ,
dengan teknik anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, di dapat data – data sebagai
berikut :
2.1.1 Identitas
1) Identitas bayi
Nama bayi : By. Ny. H
TTL : Palangkaraya, 09-03-2020
Jam kelahiran : 08.45 Wib
2) Identitas orang tua
Nama ayah : Tn. A
Umur ayah : 43 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama ayah : Islam
Nama ibu : Ny. H
Umur ibu : 34 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Agama ibu : Islam
h. Toraks
Toraks By. Ny. H simetris, klavikula normal, ada retraksi dinding dada,
pernapasan tidak teratur
i. Abdomen
Abdomen By. Ny. H datar
j. Spina/tulang belakang (spina bifida)
By. Ny. H tidak mengalami kelainan tulang belakang (spina bifida)
k. Kulit
Struktur kulit By. Ny.H keadaan kulit bayi halus dan telihat kulit bersih,
Warna kulit pucat, ekstremitas sianosis.
l. Keadaan dan kelengkapan tubuh dan ekstremitas
Bentuk normal, jari-jari tangan lengkap, akral dingin, tidak terdapat
benjolan dan lesi
m. Tali pusat
Terlihat bersih dan tidak ada infeksi
n. Anus
memiliki lubang anus yang terbentuk sempurna
o. Mekonium
Tidak ada
p. Refleks: (moro,menggengam, menghisap, berjalan)
Refleks moro baik, belum dapat menggengam dengan baik, dapat
menghisap susu dot dengan baik, dan belum bisa berjalan.
Data Penunjang
Senin, 09-03-2020
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 9,43 x 10^3/ul 4,50 – 11,00
HGB 13,5 g/dl 12,5 – 18.0
PLT 324 x 10^3/ul 150-400
Glukosa sewaktu 58 mg/dl <200
Penatalaksanaan Medis
Senin, 09-03-2020
Nama Obat Dosis Obat Rute Indikasi
Infus Dektrose 10 cc/jam Infus Mengatasi kekurangan cairan, mengatasi
10% hipoglikemia
Ampisilin 2x180 m/12 IV Berfungsi untuk membunuh bakteri
jam penyebab infeksi
Amelia Fransisca
ANALISA DATA
N DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH
O OBYEKTIF PENYEBAB
1. DS : - Suplai O2 keparu-paru Pola Nafas
DO : menurun Tidak Efektif
- Pasien tampak merintih
Nafas Cepat
- Pasien tampak lemah
- Pernafasan tidak teratur Sesak nafas (Apnea)
- Cuping hidung
- APGAR score: 5/6 Pola Nafas Tidak
- Appearance (warna kulit) : Efektif
Tubuh kemerahan, Ekstermitas
biru
- Pulse (Frekuensi jantung): >
100 x/ menit
- Grimance (reflek): Gerakan
sedikit
- Activity (tonus otot): Fleksi
ekstremitas (Lemah)
- Respiration (pernapasan):
Lambat atau tidak teratur
(Merintih)
- Terdapat retraksi dada
- Terpasang O2 Nasal Kanul 1 lpm
- RR : 65x/menit
S : 33,5oC
N : 130x/menit
SPO2 : 96%
2. DS : - Lemak subkutan tipis
DO : Hipotermi
- Bayi menangis lemah Suhu tubuh di bawah
- Warna kulit pucat nilai normal
- Ekstremitas sianosis
- Kulit teraba dingin Kulit teraba dingin
- Suhu : 33,5oC
- Bayi dalam inkubator Hipotermi
- Penghangatan infant warmer
PRIORITAS MASALAH
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Suplai O2 keparu-paru menurun
ditandai Pasien tampak merintih, Pasien tampak lemah, Pernafasan tidak
teratur, APGAR score: 5/6 Appearance (warna kulit) : Tubuh kemerahan,
Ekstermitas biru, Pulse (Frekuensi jantung): > 100 x/ menit, Grimance (reflek):
Gerakan sedikit, Activity (tonus otot): Fleksi ekstremitas (Lemah), Respiration
(pernapasan): Lambat atau tidak teratur (Merintih), Akral dingin, Terdapat
retraksi dada, Terpasang O2 Nasal Kanul 1 lpm, RR : 65x/menit , S : 33,5oC,
N : 130x/menit, SPO2 : 96%
2. Hipotermi berhubungan dengan Suhu tubuh di bawah nilai normal berhubungan
yang ditandai dengan bayi menangis lemah, warna kulit pucat, ekstremitas
sianosis, kulit teraba dingin, suhu : 33,5oC, bayi dalam inkubator, penghangatan
infant warmer
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. Ny. H
Ruang Rawat : Mawar
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 1. Observasi tanda-tanda vital klien
berhubungan dengan jam jam diharapkan Pola nafas dapat teratasi dengan 2. Monitor pola nafas (frekuensi,kedalaman,usaha nafas)
Suplai O2 keparu-paru kriteria hasil: 3. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan
menurun 1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif pengisapan lendir
2. Ekspansi dada simetris 4. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan penurunan ventilasi
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal 5. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
2. Hipotermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 1. Pertahankan bayi pada inkubator dengan kehangatan
dengan Suhu tubuh di jam diharapkan hipotermi dapat teratasi dengan 36oC
bawah nilai normal kriteria hasil: 2. Pantau suhu setiap 3 jam sekali
1. Suhu tubuh dalam batas normal 3. Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
2. Akral hangat dingin/panas
3. Bayi tidak menggigil dan kepanasan 4. Ganti popok bila basah
4. Tidak sianosis 5. Hindarkan untuk sering membuka penutup karena akan
menyebabkan fluktuasi suhu dan peningkatan laju
metabolisme
6. Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. Ny. H
Ruang Rawat : Mawar
Hari/Tanggal Tanda Tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Senin, 9 Maret 2020 S: -
10.15 wib 1. Mengobservasi tanda-tanda vital klien O:
11.12 wib 2. Memonitor pola nafas (frekuensi, 1. TTV :
kedalaman, usaha nafas RR : 65x/menit ,S : 33,5oC, N :
12.24 wib 3. Mempertahankan kepatenan jalan nafas 130x/menit, SPO2 : 96% Amelia Fransisca
dengan melakukan pengisapan 2. Cuping hidung , terdapat retraksi dada
lender(suction) 3. Cairan dalam tabung suction tampak
12.10 wib 4. Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan jernih
4. Terpasang O2 nasal kanul 1 lpm
P: Masalah belum teratasi
A: Lanjutkan intervensi
Senin, 9 Maret 2020 S: -
10.23 wib 1. Mempertahankan bayi pada inkubator O:
dengan kehangatan 35oC 1. Bayi dalam inkubator dengan suhu 35
10.35 wib 2. Memantau suhu setiap 3 jam sekali o
C
10.44 wib 3. Menghindarkan bayi kontak langsung 2. Bayi di beri selimut dan jangan
11.10 wib dengan sumber dingin/panas membuka penutup inkubator
4. Mengganti popok bila basah 3. Popok diganti bila basah Amelia Fransisca
5. Menghindarkan untuk sering membuka 4. Inkubator dalam keadaan tertutup,
penutup karena akan menyebabkan keculi memberi susu dan mengganti
fluktuasi suhu dan peningkatan laju popok
metabolisme 5. Suhu bayi normal : 36 oC
6. Mengatur suhu ruangan dengan panas yang P: Masalah teratasi sebagian
stabil A: Lanjutkan intervensi
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia,
hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam
periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan
bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat
mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga
kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan
generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20
tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini
dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan
alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua
(diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
3.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik
terhadap Asfiksia pada bayi baru lahir. Oleh karena itu, perawat juga harus mampu
berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan
edukasi kepada keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan
pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Talbot Laura A. 2007, Pengkajian Keperawatan, EGC : Jakarta.