kesehatan
HOME
PENDIDIKAN
KESEHATAN
TIPS AND TRICK
Produk HPAI
Lihat Tangan Anda
Pendaftaran
PERALATAN
Lampu senter
Ophtalmoskope
Sarung tangan
Otoskope
Spatel lidah
Tonometer
Kassa steril
Meteran
Refleks hammer
Garpu tala
Snellen Cart
Sketsel
Selimut
TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
1. KEPALA
INSPEKSI
a) Bentuk kepala klien (bulat / lonjong / benjol, besar / kecil, simetris / tidak)
-Kulit kepala (ada luka / tidak, bersih / kotor, beruban/tidak, ada ketombe/tidak, ada kutu/tidak)
Rambut Klien:
· Penyebaran / pertumbuhan (rata / tidak)
· Keadaan rambut (rontok, pecah-pecah, kusam)
· Warna rambut (hitam, merah, beruban, atau menggunakan cat rambut)
· Bau rambut (berbau/tidak), bila berbau apa penyebabnya.
Wajah klien:
· Warna kulit wajah (pucat / kemerahan / kebiruan)
· Struktur wajah (simetris/tidak), dan adakah kesan sembab.
PALPASI
Adakah benjolan
1. MATA
Inspeksi kelengkapan dan kesimetrisan mata klien (lengkap / tidak simetris / tidak)
Inspeksi dan palpasi kelopak mata / palpebra :
Tarik kelopak mata bagian bawah dan amati konjungctiva (pucat/tidak), sclera (kuning /
tidak) dan adakah peradangan pada konjunctiva (warna kemerahan)
Inspeksi pupil :
- Adakah peradangan
- Bagaimana gerakan bola mata (normal / tidak)
Lakukan test ketajaman penglihatan dengan menggunakan kartu snellen dan tentukan
ketajaman penglihatan klien bandingkan dengan mata normal*)
Ukur tekanan bola mata klien, dengan menggunakan tonometer (bila perlu)
2. HIDUNG
a) Amati : Tulang hidung dan posisi septum nasi / lubang hidung (ada pembengkakan / tidak)
b) Amati : Lubang hidung (ada sekret / tidak, ada sumbatan / tidak, selaput lendir: kering/basah atau lembab)
kalau perlu gunakan speculum hidung untuk membuka cuping hidung.
c) Palpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis (perhatikan nyeri tekan)
3. TELINGA
b. Pemeriksaan Weber
1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang
berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu talla di tengah puncak kepala klien
3. Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah
satu telinga
4. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
4. MULUT DAN FARING
b) Inspeksi keadaan gusi dan gigi. Anjurkan klien membuka mulut:
- Normal / tidak (Apa kelainannya)
- Sisa-sisa makanan (ada / tidak), jelaskan lebarnya, keadaannya sejak kapan terjadi.
- Caries / lubang gigi (ada / tidak), jelaskan lebarnya, keadaannya, sejak kapan terjadi.
- Karang gigi (ada / tidak), jelaskan sumber perdarahan, banyaknya dsb.
- Abses (ada / tidak), jelaskan sejak kapan, apa penyebabnya, lokasinya dimana.
d) Anjurkan klien membuka mulut, kalau perlu tekan dengan menggunakan spatel lidah yang telah dibalut
kassa dan amati orofarings (rongga mulut):
- Perhatikan bau nafas (berbau / tidak)
- Ada peradangan / tidak
- Adakah kelainan (labiopalatoschizis)
- Ada luka / tidak
- Perhatikan uvula (simetris / tidak)
- Perhatikan tonsil (ada peradangan / tidak, ada pembesaran / tidak)
Pembesaran tonsil dinyatakan dengan
· T 0 = tonsil tidak ada/sudah dioperasi
· T 1 = ukuran normal
· T 2 = pembesaran tidak sampai garis tengah
· T 3 = pembesaran sampai garis tengah
· T 4 = pembesaran melewati garis tengah
- Perhatikan selaput lendir (kering / basah)
- Adakah perubahan suara
- Adakah dahak / lendir yang menutup
- Ada benda asing / tidak
5. LEHER
6. DADA
PARU - PARU
JANTUNG
PERKUSI
Perkusi jantung untuk mengetahui gambaran ukuran dan bentuk jantung
Perkusi pada jantung menghasilkan suara redup
AUSKULTASI
Dengarkan BJ I pada :
- ICS IV linea sternalis kiri (katub I tricuspidalis)
- ICS V, linea midclavicula atau apeks (katub mitral)
Dengarkan BJ II pada :
- ICS II linea sternalis kanan (katub II aorta)
- ICS II linea sternalis kiri atau ICS III linea sternalis kanan (katub II pulmonal)
Dengarkan BJ III (kalau ada)
- Terdengar di daerah mitral
- BJ III terdengar setelah BJ II dengan jarak cukup jauh, tetapi tidak melebihi separo dari fase diastolik,
nada rendah.
- Pada anak-anak dan dewasa muda, BJ III adalah normal
- Pada orang dewasa / tua yang disertai tanda-tanda oedem / dispneu, BJ III merupakan tanda
ABNORMAL. BJ III pada decomp. Kiri disebut Gallop Rhythm. Gallop Rhythm BJ III yang timbul akibat
getaran derasnya pengisian diatolik dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang sudah membesar, darah “jatuh”
ke ruang lebar, kemudian timbul getaran.
Derajat murmur :
I. Hampir tidak terdengar
II. Lemah
3)Lakukan perkusi:
1. PERKUSI BATAS HATI
1. Posisi pasien tidur terlentang dan pemeriksa berdirilah disisi kanan pasien
2. lakukan perkusi pada garis midklavikular kanan setinggi umbilikus, geser perlahan keatas, sampai
terjadi perubahan suara dari timpani menjadi pekak, tandai batas bawah hati tersebut.
3. Ukur jarak antara subcostae kanan kebatas bawah hati.
Batas hati bagian bawah berada ditepi batas bawah tulang iga kanan.Batas hati bagian atas terletak
antara celah tulang iga ke 5 sampai ke 7. Jarak batas atas dengan bawah hati berkisar 6 – 12 cm dan
pergerakan bagian bawah hati pada waktu bernapas yaitu berkisar 2 – 3 sentimeter
2. PERKUSI LAMBUNG
3. PERKUSI GINJAL
4)Lakukan palpasi
Tujuan :
Palpasi Hepar :
Letakkan tangan kiri di belakang pinggang menyangga kosta ke 11 & 12 dengan posisi sejajar dengan
kosta, ajurkan pasien untuk rileks, tangan kanan mendorong hepar ke atas dan kedalam dengan lembut
Anjurkan pasien inspirasi dalam & rasakan sentuhan hepar saat inspirasi, jika teraba sedikit kendorkan
jari & raba permukaan anterior hepar
Normal hepar : lunak tegas, tidak berbenjol-benjol
Palpasi Lien :
o Letakkan tangan kiri menyangga & mengangkat kosta ke 11& 12 bagian bawah sebelah kiri pasien
o Tangan kanan diletakkan di bawah arcus costa, lakukan tekanan kearah lien
o Anjurkan pasien untuk inspirasi dalam & rasakan sentuhan lien pada ujung jari, perhatikan apakah ada
nyeri tekan, bagaimana permukaannya, perkirakan jarak antara lien dengan batas terendah dari kosta
kiri terbawah.
Palpasi Ginjal :
a. Ginjal kanan :
Letakkan tangan kiri di pinggang pasien, paralel pada kosta ke 12, dengan ujung jari anda menyentuh
sudut kostovertebral
Angkat dan dorong ginjal kanan ke depan
Letakkan tangan kanan di kuadran kanan atas di sebelah lateral sejajar terhadap otot rektus, anjurkan
pasien untuk nafas dalam
Waktu puncak inspirasi tekanlah tangan kanan anda dalam-dalam ke kuadran kanan atas, dibawah
arcus costa & cobalah untuk ”menangkap” ginjal di kedua tangan kanan & rasakan bagaimana ginjal
kembali ke posisi waktu ekspirasi, apabila ginjal terab tentukan ukurannya, ada tidaknya nyeri tekan
b. Ginjal kiri :
o Gunakan tangan kanan untuk menyangga & mengangkat dari belakang
o Tangan kiri untuk meraba pada kauadran kiri atas, lakukan pemeriksaan seperti pemeriksaan ginjal
kanan
8. ALAT KELAMIN
Palpasi :-Daerah inguinal (lipat paha): adakah benjolan / pembengkakan / peradangan dan raba
denyut nadi femoralis.
9. MUSKULOSKELETAL
10. INTEGUMEN
Inspeksi
1) Kebersihan kulit pasien
2) Kelainan-kelainan pada kulit seperti macula, erythema, pappula, vesikula, pustula, ulkus, crusta,
ekscoriasi, fissura, cicatrix, ptechie, hematoma, naevus, pigmentosus, hiperpigmentasi, vitiligo,
hemangioma, spider nevi, lichenifikasi., striae, uremic frost, anemi, cyanosis, ikterus.
3) Bentuk kuku
Palpasi :
1) Kehangatan dan kelembapan kulit
2) Turgor kulit dengan cubitan ringan
3) Edema
11. NEUROLOGI
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari
lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi
jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya)
Lakukan perhitungan tingkat kesadaran klien dengan menggunakan alat: Glascow Come Scale (GCS).
a) Berapa nilai / score untuk tanggap / reaksi mata
ilailah 4 bila :Klien dapat membuka mata secara spontan/tanpa disuruh
ilailah 3 bila : Klien dapat membuka mata sesuai dengan perintah
ilailah 2 bila : Klien dapat membuka mata dengan rangsangan nyeri
ilailah 1 bila : Tidak ada reaksi sama sekali
k) Uji Nervus Accesarius (gerakan kepala dan bahu): Anjurkan klien untuk menggeleng dan menoleh ke kiri
– kanan, dan anjurkan klien mengangkat salah satu bahunya ke atas dan beri tekanan pada bahu
tersebut untuk mengetahui kekuatannya.
l) Uji Nervus Hypoglosal (tonjolan lidah): Anjurkan klien untuk menjulurkan dan menonjolkan lidah pada
garis tengah, kemudian dari sisi ke sisi.
b) Refleks patologis (bila dijumpai adanya kelumpuhan pada ekstimitas pada kasus-kasus tertentu)
1) Refleks babinski:
- Lakukan penggoresan pada telapan kaki dengan menggunakan benda tumpul dari belakang menyusuri
bagian lateral dan menyeberang ke medial menuju ke ibu jari kaki. Perhatikan reaksi yang terjadi pada
ibu jari kaki.
Posting Komentar
Arsip Blog
► 2016 (1)
▼ 2015 (12)
o ▼ Desember (1)
pemeriksaan fisik kepala ke kaki( head to toe)
o ► November (1)
o ► September (3)
o ► Juli (1)
o ► April (2)
o ► Maret (3)
o ► Februari (1)
Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku
divine-music.info