Anda di halaman 1dari 11

Tanya Jawab Jadwal Imunisasi

28.08.2013

Mengapa jadwal imunisasi di beberapa praktek dokter, klinik atau rumah sakit berbeda-
beda ?

Perbedaan jadwal imunisasi pada kurun waktu yang berbeda di beberapa praktek dokter antara
lain karena: sumber rujukan yang berbeda, adanya modifikasi untuk memudahkan orangtua, atau
pertimbangan khusus berdasarkan keadaan bayi dan anak pada saat itu. Sebaiknya menggunakan
jadwal imunisasi terbaru yang direkomendasikan oleh Satgas Imunisasi IDAI, karena dievaluasi
secara periodik dengan mempertimbangkan perubahan epidemiologi penyakit tertentu, adanya
vaksin-vaksin baru yang resmi beredar di Indonesia dan negara tetangga serta memperhatikan
anjuran dari WHO (Badan Kesehatan Dunia),

Jadwal imunisasi mana yang terbaik ?

Jadwal yang terbaik adalah yang masih di dalam rentang umur Jadwal Imunisasi PPI Depkes
maupun Rekomendasi Satgas Imunisasi PP IDAI (baca Bab IV tentang Jadwal Imunisasi).
Namun harus dipertimbangkan pula hal-hal lain : keadaan dan riwayat bayi/anak yang berkaitan
dengan indikasi kontra atau risiko kejadian ikutan pasca imunisasi, serta permintaan orangtua
(misalnya vaksinasi cacar air sebelum umur 10 tahun). Berdasarkan pertimbanganpertimbangan
tersebut dokter dapat melakukan penyesuaian untuk kepentingan bayi / anak, disertai penjelasan
kepada orangtua.

Jika umur bayi atau anak sudah lebih dari umur yang dianjurkan dalam jadwal imunisasi,
apakah boleh divaksin sesuai jadwal tersebut ?

Boleh, tidak berbahaya, karena anak yang belum mendapat imunisasi sesuai jadwal, berarti
belum mempunyai kekebalan terhadap penyakit tersebut. Tetapi kalau umurnya sudah terlewat
jauh beberapa tahun, untuk beberapa penyakit tertentu mungkin kurang penting, karena
kemungkinan tertular semakin kecil. Tetapi ada penyakit tertentu yang tetap penting, walaupun
sudah terlewat jauh. Untuk itu diskusikan dengan dokter, untuk mengejar imunisasi yang
terlewatkan.

Jika sudah diimunisasi lengkap pada usia balita, apakah di sekolah perlu diimunisasi lagi ?
Mengapa perlu ?

Imunisasi yang perlu diberikan ulangan pada sekolah dasar yaitu imunisasi campak dan DT
(kelas 1), dan TT (kelas 2, 3, dan 6). Banyak anak yang sudah divaksinasi campak ketika bayi
ternyata pada umur 5 - 7 tahun 28.3% masih terkena campak. Pada umur > 10 tahun masih
banyak dijumpai kasus difteri. Untuk pemberantasan tetanus neonatorum sedikitnya dibutuhkan
5 kali suntikan tetanus toksoid sejak bayi sampai dewasa, sehingga kekebalan pada umur dewasa
akan berlangsung sekitar 20 tahun lagi (lihat Bab IV tentang Jadwal Imunisasi)
Bayi prematur, apakah imunisasi harus ditunda ?

Ya, vaksin polio oral sebaiknya diberikan sesudah bayi prematur berumur 2 bulan, demikian pula
DTP, hepatitis B dan Hib.

Sumber : Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia

Penulis : Soedjatmiko, Alan R. Tumbelaka

Administrator

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.

Klinik Konsultasi IDAI

Anda dapat bertanya seputar masalah kesehatan anak anda. Pertanyaan akan dijawab oleh Dokter
spesialis anak dalam waktu 2x24 jam pada hari kerja.
Nama
Email address

Artikel Lainnya
Pentingnya Imunisasi untuk Mencegah Wabah, Sakit Berat, Cacat, dan Kematian Bayi – Balita (Bagian 2)

26.11.2015

Pentingnya Imunisasi untuk Mencegah Wabah, Sakit Berat, Cacat, dan Kematian Bayi – Balita (Bagian 1)

26.11.2015

Imunisasi pada Remaja

05.06.2015

Melengkapi/Mengejar Imunisasi (bagian IV)

30.05.2015

Melengkapi/ Mengejar Imunisasi (Bagian III)


30.05.2015

Melengkapi/ Mengejar Imunisasi (Bagian II)


30.05.2015

TUJUAN imunisasi adalah melindungi seseorang atau sekelompok masyarakat terhadap


penyakit tertentu, bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia, seperti imunisasi cacar. Jika
seseorang terlindungi dari suatu penyakit, kemungkinan terkena penyakit tersebut akan
berkurang, sehingga pada akhirnya tercapailah tujuan akhir imunisasi, yaitu pemberantasan
penyakit di dunia. Agar terlindungi dari penyakit tersebut, seseorang harus mempunyai
kekebalan tubuh dengan cara membentuk zat anti penyakit (antibodi) dengan kadar tertentu yang
disebut kadar protektif (kadar zat anti penyakit yang dapat melindungi).

Untuk mencapai kadar perlindungan tersebut, imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang telah
ditentukan.  Jadwal imunisasi terbagi atas jadwal imunisasi dasar dan jadwal imunisasi ulangan.
Ada yang cukup satu kali imunisasi, ada yang memerlukan beberapa kali imunisasi dan bahkan
pada umur tertentu diperlukan ulangan imunisasi. Jadwal imunisasi tersebut dibuat berdasarkan
rekomendasi WHO dan organisasi profesi yang berkecimpung dalam imunisasi setelah melalui
uji klinis. Oleh karena itu, jika ada imunisasi yang belum diberikan sesuai jadwal yang
seharusnya, atau imunisasi tertunda, imunisasi harus secepatnya diberikan atau dikejar.

Masalah yang paling umum dijumpai dalam praktek sehari-hari adalah imunisasi yang tidak
sesuai dengan jadwal, terlambat, tidak lengkap atau belum imunisasi. Pemberian imunisasi yang
tidak sesuai jadwal atau belum lengkap tersebut bukan merupakan hambatan untuk melanjutkan
imunisasi. Imunisasi yang telah diberikan sudah menghasilkan respon imunologis walaupun
masih di bawah ambang kadar proteksi atau belum mencapai perlindungan untuk kurun waktu
yang panjang (life long immunity)sehingga dokter tetap perlu melanjutkan dan melengkapi
imunisasi (catch up immunization)  agar tercapai kadar perlindungan yang optimal.

Saat ini, angka kematian anak di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Negara maju dan
Negara di Asean lainnya. Sebanyak 28 persen kematian disebabkan oleh diare (54 persen diare
pada balita disebabkan oleh infeksi rotavirus) dan 20 persen lainnya disebabkan oleh radang
paru/pneumonia. Pneumonia dapat disebbkan oleh berbagai kuman patogen di antaranya kuman
HiB dan Pneumokokus.

Imunisasi dibedakan sesuai dengan kelompok umur. (Tabel 1)

Pada bayi baru lahir hingga berusia 1 tahun, imunisasi dasar wajib dipenuhi untuk memberikan
kekebalan terhadap penyakit yang berbahaya pada awal masa anak. Saat anak berusia 1-4 tahun,
imunisasi ulangan bertujuan untuk memperpanjang masa kekebalan imunisasi dasar tersebut.
Masa ini juga berfungsi untuk melengkapu imunisasi yang belum lengkap (catch up
immunization). Imunisasi diulang pada usia sekolah (5-12 tahun) dan usia remaja 13-18 tahun
sambil melengkapi imunisasi. 

Tabel 1  Jenis Vaksin Sesuai Kelompok Umur

Kelompok Umur Jenis Imunisasi


BCG, polio, hepatitis B, DPT,
Lahir < 1 tahun campak, HiB, pneumokokus,
rotavirus
DPT, polio, MMR, tifoid, hepatitis
1 - 4 tahun A, varisela, influenza, HiB,
pneumokokus
DPT, polio, campak, MMR, tifoid,
5 - 12 tahun Hepatitis A, varisela, influenza,
pneumokokus
TT, hepatitis B, (MM)R, tifoid,
12 - 18 tahun hepatitis A, varisela, influenza,
pneumokokus, HPV
Lansia Influenza, pneumokokus

IMUNISASI yang wajib diberikan adalah imunisasi yang telah menjadi suatu komitmen global.
Artinya, imunisasi tersebut harus diberikan oleh semua negara di dunia seperti program
pemberantasan penyakit polio, tetanus, pertusis, campak, Hib, hepatitis B, rotavirus. Imunisasi
BCG hanya dianjurkan bagi negara endemis.
Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin (<12 jam) setelah lahir, lalu dianjurkan
pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama. Jarak imunisasi ke-3 dengan ke-2 minimal 2 bulan
dan terbaik setelah 5 bulan. Apabila anak belum pernah mendapat imunisasi hepatitis B pada
masa bayi, ia bisa mendapat serial imunisasi kapan saja saat berkunjung. Hal ini dapat dilakukan
tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis B.

BCG

Imunisasi lain adalah imunisasi BCG. Indonesia saat ini merupakan negara ke-3 tertinggi di
dunia untuk penyakit TBC, setelah India dan Tiongkok. Imunisasi BCG terbaik diberikan pada
usia 2-3 bulan karena pada bayi usia <2 bulan sistem imun anak belum matang. Pemberian
imunisasi penyokong (booster) tidak dianjurkan.

DPT

Imunisasi DPT juga termasuk komitmen global dalam rangka eliminasi tetanus. Imunisasi DPT
diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar, dilanjutkan dengan imunisasi ulangan 1 kali (interval 1
tahun setelah DPT3). Pada usia 5 tahun, diberikan ulangan lagi (sebelum masuk sekolah) dan
pada usia 12 tahun berupa imunisasi Td. Pada wanita, imunisasi TT perlu diberikan 1 kali
sebelum menikah dan 1 kali pada ibu hamil, yang bertujuan untuk mencegah tetanus neonatorum
(tetanus pada bayi baru lahir).
Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, berapa  pun interval keterlambatannya, jangan
mengulang dari awal, tetapi lanjutkan imunisasi sesuai jadwal. Bila anak belum pernah
diimunisasi dasar pada usia <12 bulan, lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar baik jumlah
maupun intervalnya. Bila pemberian DPT ke-4 sebelum ulang tahun ke-4, pemberian ke-5 paling
cepat diberikan 6 bulan sesudahnya. Bila pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun, pemberian ke-5
tidak diperlukan lagi.

Polio

Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia 2, 3, 4 bulan sesuai
program pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-18
bulan dan 6-8 tahun. Apabila imunisasi polio terlambat diberikan, jangan mengulang
pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal,  tidak peduli berapa pun
interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.

Campak

Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan (second opportunity pada crash
program campak) pada usia 6-59 bulan serta saat SD kelas 1-6. Terkadang, terdapat program
PIN (Pekan Imunisasi Nasional) campak yang bertujuan sebagai penguatan (strengthening).
Program ini bertujuan untuk mencakup sekitar 5 persen individu yang diperkirakan tidak
memberikan respon imunitas yang baik saat diimunisasi dahulu. Bagi anak yang terlambat/belum
mendapat imunisasi campak: bila saat itu anak berusia 9-12 bulan, berikan kapan pun saat
bertemu. Bila anak berusia >1 tahun, berikan MMR.

MMR

Vaksin MMR diberikan pada usia 15-18 bulan dengan minimal interval 6 bulan antara imunisasi
campak dengan MMR.  MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau sesudah penyuntikan
imunisasi lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada usia 12-18 bulan dan
diulang pada usia 6 tahun, imunisasi campak (monovalen) tambahan pada usia 6 tahun tidak
perlu lagi diberikan. Bila imunisasi ulangan (booster) belum diberikan setelah berusia 6 tahun,
berikan vaksin campak/MMR kapan saja saat bertemu. Pada prinsipnya, berikan imunisai
campak 2 kali atau MMR 2 kali.

HiB

IMUNISASI HiB dapat berupa vaksin PRP-T (konjugasi) diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan,
dan diulang pada usia 18 bulan. Vaksin HiB juga dapat diberikan dalam bentuk vaksin
kombinasi. Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun, HiB hanya diberikan 1 kali . Anak di atas
usia 5 tahun tidak perlu diberikan karena penyakit ini hanya menyerang anak dibawah usia 5
tahun. Saat ini, imunisasi HiB telah telah masuk program pemerintah, yaitu vaksin Pentabio
produksi Bio Farma, vaksin HiB diberikan bersama DPT, Hepatitis B.

Pneumokokus

Imunisasi yang penting lainnya yaitu imunisasi Pneumokokus untuk mencegah infeksi kuman
pneumokokus salah satu penyebab penting dari radang telinga, pneumonia, meningitis dan
beredarnya bakteri dalam darah. Sayangnya, imunisasi ini belum masuk program pemerintah.

Imunisasi pneumokokus diberikan tergantung usia pasien (Table 2).

Tabel 2. Jadwal dan Dosis Pemberian Imunisasi Pneumokokus

Usia Dosis dan Interval Ulangan


3 dosis, interval 6 - 1 dosis, 12 - 15
2 - 6 bulan
8 minggu bulan
2 dosis, interval 6 - 1 dosis, 12 - 15
7 - 11 bulan
8 minggu bulan
2 dosis, interval 6 -
12 - 23 bulan  
8 minggu
> 24 bulan 1 dosis  

Rotavirus

Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan untuk mencegah diare karena
rotavirus, digunakan vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2
macam. Pertama Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia 6-14 minggu
dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan.
Kedua, Rotarix diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis kedua
pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi belum diimunisasi pada usia
lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu diberikan karena belum ada studi keamanannya.

Influenza

Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada usia 6-35 bulan cukup 0,25
mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5 mL. Pada anak berusia <8 tahun, untuk pemberian
pertama kali diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-6 minggu, sedangkan bila anak
berusia >8 tahun, maka dosis pertama cukup 1 dosisi saja.

Varisela

Vaksin varisela (cacar air) diberikan pada usia >1 tahun, sebanyak 1 kali. Untuk anak berusia
>13 tahun atau pada dewasa, diberikan 2 kali dengan interval 4-8 minggu. Apabila terlambat,
berikan kapan pun saat pasien datang, karena imunisasi ini bisa diberikan sampai dewasa.
Hepatitis A & Tifoid

Imunisasi hepatitis A dan tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun. Imunisasi hepatitis A
diberikan sebanyak 2 dosis dengan interval 6-12 bulan. Imunisasi tifoid diberikan pada usia lebih
dari 2 tahun, dengan ulangan setiap 3 tahun. Vaksin tifoid merupakan vaksin polisakarida
sehingga di atas usia 2 tahun.

Vaksin pada masa remaja

Imunisasi HPV, pencegahan kanker mulut rahim yang diberikan pertama kali pada usia remaja
awal, sebagai persiapan menuju masa dewasa dan kehamilan. Vaksin HPV diberikan sejak anak
berusia 10 tahun, dapat diberikan hingga anak berusia 26 tahun. Vaksin ini bertujuan untuk
mencegah kanker leher rahim. Kejadian kanker serviks di Indonesia lebih tinggi dibandingkan
dengan kanker payudara. Terdapat dua jenis vaksin HPV. Pertama, vaksin HPV bivalen (tipe 16
dan 18), yang diberikan pada 0, 1, dan 6 bulan. Kedua, vaksin HPV kuadrivalen (tipe 6, 11, 16,
dan 18) diberikan pada 0, 2, dan 6 bulan, Pada masa remaja pertengahan, imunisasi diberikan
pada remaja yang tidak mendapat imunisasi lengkap sebelumnya, misalnya imunisasi hepatitis B,
polio, MMR, varisela, hepatitis A, pnumokokus polisakarida, serta vaksin untuk remaja tertentu
yang berisiko tinggi. Demikian juga, pada masa remaja akhir, semua jenis vaksin sudah harus
dilengkapi pemberiannya. Imunisasi juga penting diberikan pada lansia untuk mengurangi
terjadinya penyakit, khususnya influenza dan bakteri pneumokokus.

Berikut rancangan imunisasi menurut WHO (Gambar 1) termasuk catch up, jadwal imunisasi
Departemen Kesehatan (Gambar 2) dan Jadwal imunisasi anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia
(Gambar 3). Apabila status imunisasi pasien tidak diketahui, maka dianggap belum pernah
diimunisasi dan harus diimunisasi sesuai jadwal.
 

Anda mungkin juga menyukai