Anda di halaman 1dari 4

PEMIKIRAN JOSEPH SCHACHT

Nama/ NIM : Zuhliyah Fitriani Luthfi/ 17.26.005


Prodi/ Semester : IAT/ VI
Dosen Pengampu : Dr. Abdul Haris Nasution, M.Si
Mata Kuliah : Pemikiran Tafsir Orientalis

A. Biografi Joseph Schacht


Joseph Schacht lahir pada tanggal 15 Maret 1902 di Ratibor Silesia (termasuk
wilayah Jerman). Ia berasal dari keluarga yang relative agamis dan terdidik. Ayahnya
(Eduart Schacht) adalah penganut katolik Roma dan sebagai guru anak-anak bisu dan
tuli.
Schacht merupakan seorang sejarahwan Hukum yang memberikan sumbangan
yang sangat berarti bagi ilmu pengetahuan, baik tentang perkembangan sejarah
Hukum Islam atau tentang Sunnah Nabi. Ia memulai pendidikannya di Ratibor
kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas Breslau untuk mempelajari Filosof
klasik semitik dan teologi. Karirnya dimulai sejak ia menerima pemilihan akademis di
Universitas Freiburg pada tahun 1925.Pada tahun 1970, ia bermaksud melepaskan
jabatannya dan melanjutkan rutinitasnya sebagai sarjana dan melakukan sebuah
penelitian kembali. Namun, semua keinginannya tidak terealisasikan dengan baik,
karena tiba-tiba ia terserang pendarahan otak dan meninggal dunia di rumahnya di
New Jersey pada tanggal 1 Agustus 1969.
B. Pokok pemikiran Joseph Schacht tentang hadits

Pemikiran Joseph Schacht salah satunya ditujukan terhadap doktrin-doktrin


sumber Hukum Islam. Hal tersebut berbeda dengan pemahaman tradisional, kajian
tidak bersifat Toelogis maupun Yuridis, akan tetapi lebih bersifat Historis dan
Sosiologis. Ia menawarkan Islam bukan sebagai seperangkat norma yang diwahyukan
Tuhan, akan tetapi sebagai fenomena Historis yang berhubungan erat dengan seting
sosial dalam artian ia meneliti keaslian sumber Hukum Islam melalui proses sejarah.

Salah satu komentarnya yang sangat kontra dan menggugat keimanan orang
islam ialah pertanyaan bahwa rujukan hadits-hadits dari para sahabat Nabi merupakan
prosedur yang lebih tua, dan teori tentang otoritas-otoritas hadits Nabi yang berkuasa
ialah Inovasi. Untuk membuktikan gagasan ini ia menguji evolusi istilah sunnah
sebagaimana telah dipakai pada masa Arab dalam tradisi lisan. Syafi’i sendiri berhasil
PEMIKIRAN JOSEPH SCHACHT

membuat gagasan fleksibel sunnah sebagai kumpulan praktik yang telah diterima
dalam Madzhab-madzhab awal yang disebut sebagai “Tradisi Hidup” Madzhab-
madzhab.

Joseph melanjutkan merumuskan teori Yurisprudensi hukum Islam dengan


empat sumber Hukum. Pertama, Al-qur’an yang dapat diterima penjelasannya. Kedua,
Assunnah atau praktik Nabi yang dikisahkan Hadits Shahih. Namun kedua sumber ini
belum seluruhnya dapat menjawab persoalan Masyarakat, oleh sebab itu perlu
ditambahkan dua sumber Hukum yang lain. Diantaranya adalah Qiyas (Analogi),
yaitu persoalan-persoalan yang tidak dapat ditemukan dalam praktik Nabi dan
sahabatnya dapat diselesaikan dengan Analogi. Yang terakhir adalah Ijma’ atau
consensus.

Joseph Schacht termasuk Orientalis yang cukup Produktif. Meskipun Ia


dikenal dengan kecenderungannya dalam mengkaji dan mendalami fikih, Ia juga
banyak menulis karya dalam bidang lain. Diantaranya ialah:

1. Kajian mengenai Ilmu Kalam


2. Tahqiq atas dasar manuskrip-manuskrip Kitab Fikih
3. Kajian mengenai Fikih
4. Kajian mengenai Sejarah, Ilmu Pengetahuan dan Filsafat Islam
5. Kajian-kajian keIslaman lainnya.

Menurut Abdurrahman Badawi, karya Joseph yang paling menonjol ialah


karyanya dalam kajian Sejarah Fikih Islam. Karya utamanya dalam kajian ini ialah
The Origins Of Muhammadan Jurisprudence dan yang lainnya ialah An Introduction
to Islamic Law (pengantar Hukum Islam). Kedua karya ini berdominasi Fikih (Hukum
Islam).

Dalam karya utamanya, Joseph berusaha mengembangkan teori kritik Hadits


yang diproyeksikan untuk meruntuhkan Hukum Islam. Ia juga menyajikan hasil
kajiannya dalam kajian Hukum Islam dengan mengkritik hadits-hadits yang berkaitan
dengan Hukum. Ia juga berkesimpulan bahwa hadits-hadits Nabi mengenai hukum
adalah palsu, sebab hadits hukum hanyalah buatan para ulama’ abad kedua dan ketiga
Hijriyah. Dalam bukunya yang berjudul Introduction to Islamic Law, Ia berkata
PEMIKIRAN JOSEPH SCHACHT

bahwa Khulafaurrasidin tidak menunjuk Qadhi (hakim), akan tetapi pada


pemerintahan Umayyah para gubernurnya mengambil langkah-langkah penting dalam
mengangkat para Hakim Islam atau Qadhi. Kemudian tesis ini telah menggiring
sebuah kesimpulan bahwa sebagian besar abad pertama hijriyah, Hukum Islam dalam
pengertian teknis belum ada.

Kritiknya terhadap hadits-hadits Hukum Islam disebabkan oleh kelangkaan


ayat-ayat hukum dalam Al-Qur’an, serta kebermulaan hukum islam mendapat hujan
kritik yang cukup deras, baik dari orientalis maupun dari sarjana muslim .

C. Komentar Tokoh lain tentang Pemikiran Joseph Schacht

Prof. Dr. Musthafa Azami menambah pendapat Joseph tentang Hukum Islam
dengan memaparkan beberapa hal, yaitu:

1. Aktifitas Yudisial nabi Muhammad saw. Sebagai seorang utusan sekaligus


penjelasan atas Al-Qur’an, menjelaskan mengenai perintah-perintah Allah dalam
Al-Qur’an yang masih bersifat Universal. Hal ini merupakan sebuah data yang
akurat dan mematahkan tesis kebermulaan hukum islam pasca abad pertama
hijriyah.
2. Catatan hukum dan keputusan yang didasarkan pada keputusan atau contoh Nabi
Muhammad saw.
3. Literature hukum abad pertama. Ada beberapa data yang menguatkan alasan
literature hukum yang dicetuskan pada abad pertama hijriyah.
4. Konfirmasi yang baik dari para sahabat.

Azami berpendapat bahwatidak ada keobjektifan Joseph dalam mengkaji fikih.


Menurut Azami ia dengan sengaja membuat pengkaburan fikih dengan mengganti
nomenklatur fikih dengan nomenklatur barat. Hal tersebut dapat ditinjau dari istilah
yang  digunakan oleh Joseph dalam karyanya yang bertajuk Introduction of Islamic
Law, dimana ia membagi fikih menjadi beberapa judul, orang, harta, kewajiban
umum, dan lain sebagainya. Menurut Azami susunan tersebut senagja diperkenalkan
oleh Joseph, sebab ia ingin mengubah hukum islam pada hukum romawi.
PEMIKIRAN JOSEPH SCHACHT

Dari berbagai keterangan diatas, Joseph berusaha mempengaruhi kita untuk


mempercayai bahwa hukum berada di luar wilayah agama. Dia berkata:

Pada umumnya Muhammad hanya memiliki sedikit alasan untuk mengubah


hukum adat yang sudah ada. Tujuannya selaku Nabi bukaunlah untuk membuat sistem
hukum baru, tapi sekedar mengajarkan manusia bagaimana manusia bertindak, apa
yang harus dilakukan, dan apa yang harus dihindari agar dapat dengan selamat
menghadapi perhitungan pada Hari Pembalasan dan agar masuk surga.

Dari beberapa penjelasan yang terdapat dalam fikih diatas dapat disimpulkan
bahwa sejumlah orientalis khususnya Joseph Schacht meragukan keotentisan Hukum
Islam sebagai sebuah disiplin Ilmu yang orisinil. Joseph berpendapat bahwa
kelompok aliran fikih klasik dan ahli hadits adalah pemalsu hadits, sebab
sebagaimana yang dikutip oleh Mustafa Yaqub, Joseph mengatakan “we shall not
meet any legal tradition from the prophet which can be considered authentic (kita
tidak akan dapat menemukan satupun hadits nabi yang berkaitan dengan hukum yang
dapat dipertimbangkan sebagai hadits shahih)”. Dan untuk membantah teori yang
dikemukakan oleh para orientalis, khususnya Joseph yang telah meneliti aspek
sejarah, M Azami membantah teori Joseph, khususnya mengenai Hadits. Azami
melakukan penelitian Khusus mengenai hadits nabi yang terdapat dalam naskah
klasik, diantaranya ialah naskah milik Suhail bin Abi Shaleh (w/138 H). Beliau ialah
murid Abu Hurairah sahabat nabi Muhammad saw.

Anda mungkin juga menyukai