Anda di halaman 1dari 18

Tinjauan Pustaka

KARSINOMA SEL BASAL

Oleh:
Ramitha Yulisman, S. Ked
04084821618176

Pembimbing:
Prof . Dr. Soenarto Kartowigno, Sp.KK(K), FINSDV

BAGIAN/DEPARTEMEN DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

Referat
KARSINOMA SEL BASAL

Oleh:
Ramitha Yulisman, S.Ked
04084821618176

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan
klinik senior di Bagian/Departemen Dermatologi dan Venereologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, Periode 2 Oktober – 6
November 2017.

Palembang, Oktober 2017

Prof . Dr. Soenarto Kartowigno, Sp.KK(K), FINSDV

2
KARSINOMA SEL BASAL
Ramitha Yulisman, S.Ked
Pembimbing : Prof . Dr. Soenarto Kartowigno, Sp.KK(K), FINSDV
Bagian/Departemen Dermatologi dan Venereologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

PENDAHULUAN
Kanker kulit secara umum dibagi menjadi kanker kulit melanoma dan nonmelanoma.
Yang termasuk kanker kulit nonmelanoma adalah karsinoma sel basal dan karsinoma sel
skuamosa. Karsinoma sel basal merupakan penyakit kanker kulit yang terbanyak dijumpai,
berkisar 75-80% dari jumlah pasien kanker nonmelanoma. Di Amerika Serikat, angka
kejadian KSB meningkat, dari 65% pada tahun 1980 menjadi 80% pada tahun 2010. Menurut
data Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia (1989), dari 1530 kasus kanker
kulit, yang terbanyak adalah kasus KSB (39,93%).1
Karsinoma sel basal adalah tumor ganas yang bersifat invasif lokal, agresif, destruktif,
dan jarang bermetastasis. Etiopatogenesis Karsinoma sel basal adalah predisposisi genetik,
lingkungan, dan paparan sinar matahari, khususnya ultraviolet B (UVB) yang merangsang
terjadinya mutasi suppressor genes. Berkaitan dengan hal tersebut, malignansi ini biasanya
timbul di daerah yang terpajan sinar matahari.1,2
Menurut Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), Karsinoma sel basal bagi
dokter umum adalah kompetensi 2. Dengan demikian dokter umum harus mampu
mendiagnosis dan merujuk pasien dengan Karsinoma sel basal. Karsinoma sel basal jarang
menimbulkan metastasis tetapi karsinoma sel basal bersifat destruktif, merusak jaringan kulit
dan tulang, maka deteksi dini diperlukan untuk mencegah terjadinya Karsinoma sel basal.
Pada referat ini akan dibahas mengenai definisi, epidemiologi, etiopatogenesis, manifestasi
klinis, histopatologi, diagnosis, penatalaksanaan, pencegahan, edukasi dan prognosis
Karsinoma sel basal. Diharapkan melalui tinjauan pustaka ini dapat menambah pemahaman
mengenai Karsinoma sel basal, sehingga cepat dilakukan deteksi dan pencegahan
perkembangan Karsinoma sel basal.

3
DEFINISI

Karsinoma sel basal merupakan keganasan kulit yang berasal dari sel nonkeratinisasi
lapisan basal epidermis. Karsinoma sel basal disebut juga basalioma, epitelioma sel basal,
ulkus rodent, ulkus Jacob, atau tumor Komprecher.1

EPIDEMIOLOGI
Menurut data Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia (1989), dari
1530 kasus kanker kulit, yang terbanyak adalah kasus Karsinoma sel basal (39,93%). Di
perkirakan setiap tahun sebanyak 900.000 – 1 juta pasien didiagnosis menderita Karsinoma
sel basal di Amerika Serikat. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 3:2. Kasus
terbanyak di dunia adalah di Australia, yang mencapai 2% populasi penduduknya. Karsinoma
sel basal sering terjadi pada lanjut usia, berkisar antara 50–80 tahun, rata-rata terjadi pada usia
65 tahun. 1
Karsinoma sel basal lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada kulit
berwarna dan paparan sinar matahari yang lama dan kuat berperan dalam perkembangannya.
Predileksi kanker ini adalah di daerah muka yang terpajan sinar matahari (sinar UV). Dari
penyelidikan yang dilakukan di indonesia terdapat predileksi sebagai berikut: pipi dan dahi
50%, hidung dan lipatan hidung 28%, mata dan sekitarnya 17%, bibir 5%.3,4

ETIOPATOGENESIS
Etiopatogenesis Karsinoma sel basal berhubungan dengan faktor genetik, lingkungan,
dan yang paling sering dipicu oleh paparan sinar matahari, terutama sinar Ultraviolet B
(UVB) yang bergelombang 290–320 nm.5
Faktor genetik yang berperan terdapat pada kromosom 1 dan satu varian dari setiap
kromosom 5, 7, 9, dan 12. Varian kromosom tersebut diketahui berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam proteksi terhadap paparan sinar matahari, yang mungkin
berhubungan dengan faktor risiko tambahan terhadap paparan sinar matahari yang bersifat
heterozigot. Kelainan genetik yang bersifat homozigot terutama berhubungan dengan
pengaturan sonic hedgehog pathway signaling, paling sering terjadi pada sindrom nevoid
Karsinoma sel basal atau sindrom Gorlin. Hedgehog pathway aktif pada perkembangan fetus
dan akan berhenti bila jaringan sudah dewasa. Pada kasus-kasus karsinoma terjadi
pengaktifan HP kembali, dan hal ini juga terjadi pada kasus Karsinoma sel basal.2,3
Faktor lingkungan yang diketahui dapat memicu terjadinya Karsinoma sel basal
adalah hidrokarbon, arsenik, coal, tar, obat topikal methoxipsoralen, dan sinar UV.

4
Rangsangan onkogen, kondisi imunosupresif, luka kronis, dan trauma akut juga terbukti
sebagai faktor pencetus timbulnya tumor kulit, memicu pertumbuhan keratinosit menjadi lesi
seperti Karsinoma sel basal.2,3
Efek radiasi sinar ultraviolet terhadap kulit dapat bersifat akut dan kronik. Secara
klinis, efek akut dari radiasi UV adalah sunburn inflammation, eritema, nyeri, panas, tanning
sintesis melanin, imunosupresif lokal dan efek sistemik.2,3
Kerusakan DNA yang terjadi akibat pembentukan 6,4-photoproducts seperti
cyclobutane pyrimidine dimmers, diperbaiki dengan nucleotide excision repair (NER). Jika
DNA repair gagal dan sel yang bersangkutan tetap hidup, akan terjadi kerusakan DNA
menetap, berarti telah terjadi mutasi gen yang bersangkutan. Radiasi UV-B meningkatkan
apoptosis keratinosit untuk membunuh sel yang kerusakan DNA-nya gagal diperbaiki
terutama pada daerah yang aktif mengalami proliferasi pada lapisan basal epidermis, sehingga
kejadian mutasi oleh radiasi UV-B tidaklah mudah terjadi. Jika mutasi ini mengenai gen yang
menyandi sintesis faktor pertumbuhan (protoonkogen) atau yang menyandi sintesis faktor
penghambat pertumbuhan (tumor supressor gene), maka karsinogenesis sudah
berlangsung.2,3,5
Sinar UV yang secara kronik mengenai stem cell kulit menyebabkan photoaging,
imunosupresi, dan fotokarsinogen. Fotokarsinogen melibatkan pembentukan foto produk yang
merusak DNA. Jika DNA repair gagal, maka akan terjadi mutasi protoonkogen menjadi
onkogen atau inaktivasi tumor supressor gene. Akumulasi mutasi akibat fotokarsinogen
termasuk genetic deletion menyebabkan tidak aktifnya tumor supressor gene yang menyandi
pembentukan protein penghambat proliferasi sel. Akumulasi mutasi gen inilah yang berperan
dalam memicu terjadinya Karsinoma sel basal.2,3,5

KLASIFIKASI
Karsinoma sel basal diklasifikasikan menjadi beberapa subtipe antara lain Karsinoma
sel basal subtipe nodular, Karsinoma sel basal subtipe pigmentasi, Karsinoma sel basal
subtipe superfisial, Karsinoma sel basal subtipe morpheafom, dan Karsinoma sel basal subtipe
fibroepitelioma.2

Subtipe Nodular
Karsinoma sel basal tipe nodular adalah tipe Karsinoma sel basal paling umum.
Karsinoma sel basal tipe nodular paling sering terjadi pada kepala, leher, dan punggung atas.
Karsinoma sel basal tipe nodular mungkin memiliki beberapa ciri, yaitu papul dengan
5
cekungan di sentral, warna seperti mutiara, terdapat erosi atau ulserasi, pendarahan spontan,
pengerasan kulit, batas tidak tegas, translusen, telangiektasis dan riwayat perdarahan dengan
trauma minor. Karsinoma sel basal nodular memiliki ciri khas berupa lesi luas dengan bagian
tengah terdapat nekrosis (ulkus rodent).2

Gambar 1. Karsinoma sel basal subtipe nodular2

Subtipe Pigmentasi
Karsinoma sel basal berpigmen adalah subtipe dari Karsinoma sel basal nodular yang
menunjukkan peningkatan melanin. Karsinoma sel basal berpigmen muncul sebagai papul
hiperpigmentasi, berwarna coklat atau homogen (hitam merata).2

Gambar 2. Karsinoma sel basal pigmented3

Subtipe Superfisial
Tipe superfisial biasanya muncul pada batang tubuh dan bahu. Lesi berupa patch
eritem yang menyerupai eksim, sering multipel, berwarna merah jambu atau merah, tumbuh
perlahan dalam beberapa bulan atau tahun, mudah berdarah dan dapat membentuk ulkus.

6
Eksim yang tidak ada perbaikan dengan pengobatan harus dicurigai sebagai Karsinoma sel
basal subtipe superfisial. 2,6

Gambar 3. Karsinoma sel basal subtipe superfisial2

Subtipe Morfea
Subtipe Morfea adalah subtipe Karsinoma sel basal yang pertumbuhannya progresif
dan gambaran klinis serta histologinya jelas. Lesi pada subtipe ini putih dan terdapat skar.
Skar yang muncul tanpa riwayat trauma sebelumnya atau tanpa riwayat luka pada kulit akibat
operasi. Biasanya ditemukan pada bagian tengah wajah dan dapat menginfiltrasi saraf wajah.2

Gambar 4. Karsinoma sel basal subtipe Morfea7


Subtipe Fibroepithelioma
Subtipe fibroepitelioma atau fibroepithelioma of pinkus memiliki gambaran berupa
satu atau beberapa nodul yang keras, permukaannya halus dan berwarna sedikit kemerahan
(pink).2,6

HISTOPATOLOGI

7
Gambaran histopatologis Karsinoma sel basal berbeda-beda sesuai subtipe masing-
masing, namun kebanyakan Karsinoma sel basal memiliki beberapa karakteristik histologis
yang sama. Sel basal ganas memiliki nukleus besar dan sitoplasma yang relatif kecil.
Meskipun nukleus besar, mereka mungkin tidak tampak atipikal dan biasanya angka mitosis
tidak ada. Seringkali retraksi seperti stroma tampak pada pulau tumor, menciptakan lakuna
peritumoral yang sangat membantu dalam diagnosis histopatologis. Bentuk Karsinoma sel
basal yang paling umum adalah nodular, superfisial, dan morfea. Nodular dan morphea
paling banyak ditemukan di kepala dan leher, sementara superfisial paling sering ditemukan
di regio trungkus.2

Karsinoma sel basal nodular


Karsinoma sel basal nodular paling sering ditandai dengan papul berbentuk mutiara
atau nodul dengan rolled border dan telangiektasis. Bentuk nodular Karsinoma sel basal
ditandai dengan discrete nests dari sel basaloid di dermis papiler atau retikuler. 2,3

Gambar 5. Karsinoma sel basal nodular ditandai oleh nodul dari sel basofilik dan penarikan stromal 2

Karsinoma sel basal berpigmen


Karsinoma sel basal berpigmen menunjukkan gambaran histologi yang mirip dengan
Karsinoma sel basal nodular namun dengan penambahan melanin. Sekitar 75% Karsinoma sel
basal mengandung melanosit, tetapi hanya 25% yang mengandung melanin. Melanosit
berpotongan antara sel tumor dan mengandung banyak sekali butiran melanin di sitoplasma
dan dendrit. Walaupun sel tumor mengandung sedikit melanin, banyak sekali populasi
melanofag mengelilingi stroma tumor.2,3

8
Gambar 6. Karsinoma sel basal berpigmen7

Karsinoma sel basal superfisial


Karsinoma sel basal superfisial secara mikroskopis ditandai dengan kuncup sel ganas
yang menyebar ke dermis dari lapisan basal epidermis. Lapisan perifer menunjukkan sel
palisading. Dapat ditemui atrofi epidermis, infiltrasi inflamasi kronis pada dermis atas dan
invasi kulit minimal. Subtipe histologis ini paling sering ditemukan pada batang dan
ekstremitas, tapi mungkin juga muncul di kepala dan leher.

Gambar 7. Karsinoma sel basal superfisial. Beberapa sel basaloid terletak di subepidermis
dengan batas yang jelas dengan lapisan epidermis7

Karsinoma sel basal morfea


Karsinoma sel basal morpheaform, juga disebut infiltrative atau sclerosing Karsinoma
sel basal, terdiri dari untaian sel tumor tertanam di dalam struma berserat padat. Sel tumor
berikatan dengan erat, pada beberapa kasus, hanya satu atau dua sel tebal terjerat dalam
struma kolagen berserat padat. Kanker biasanya lebih besar daripada tampilan klinis.2,3

9
Gambar 8. Karsinoma sel basal morfea terdiri atas untaian sel kanker tertanam dalam stroma berserat padat2

Karsinoma sel basal Fibroepithelioma


Untaian panjang sel basiloma terjalin pada stroma berserat dengan kolagen yang
melimpah. Secara histologi, fibroepithelioma of pinkus menunjukkan keratosis seboroik
retikulasi dan karsinoma sel basal superfisial. 2,3

Gambar 9. Fibroepithelioma of Pinkus. Trabekula memanjang dan bercabang dari sel basaloid menyebar ke
dermis7

DIAGNOSIS
Deteksi dini Karsinoma sel basal dapat ditentukan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, sedangkan untuk diagnosis pasti ditentukan dengan pemeriksaan
histopatologi.3,6,8

Anamnesis
Pada anamnesis ditanyakan keluhan yang dirasakan pasien, perjalanan penyakitnya
serta faktor-faktor yang mungkin menjadi resiko untuk terjadinya Karsinoma sel basal. 3
10
Pasien biasanya mengeluhkan rasa gatal atau nyeri. Lesi mengalami perubahan yang
berarti dalam hal warna, ukuran dan konsistensinya. Perubahan warna bisa menjadi lebih
gelap, pucat ataupun terang. Ukurannya membesar dalam waktu yang cukup singkat. Lesi
melebar tidak merata ke samping begitu juga permukaannya.2,6
Ditanyakan apakah ada riwayat trauma sebelumnya pada lesi tersebut, riwayat adanya
ulkus dan riwayat infeksi yang sukar sembuh. Hal ini penting karena dapat menjadi faktor
predisposisi terjadinya Karsinoma sel basal sekaligus menjadi gambaran bagaimana
perkembangan lesi tersebut. Perdarahan yang terjadi walaupun karena trauma ringan juga
penting untuk ditanyakan.2,6

Pemeriksaan fisik
Lesi yang tampak pada Karsinoma sel basal antara lain tidak berambut, warnanya
mulai dari hipopigmentasi hingga hiperpigmentasi, pada tipe tertentu warna khas seperti
mutiara (translusen). Penyebaran warna tidak homogen.
Permukaan lesi Karsinoma sel basal biasanya tak rata, cekung ditengah dengan pinggir
agak menonjol (linear atau papular), kadang disertai skuamasi halus atau krusta yang melekat,
bila diangkat mudah timbul perdarahan. Perabaan berbeda-beda sesuai dengan keadaan, dapat
keras, kenyal, terasa nyeri, dan dalam taraf permulaan mudah digerakkan dari dasarnya.
Pada Karsinoma sel basal sering timbul tunas yang bersifat seperti tumor induknya.
Diameter terpanjang tumor membentuk sudut dengan garis RSTL (Rest Skin Tension Line)
dan telangiektasis kadang-kadang ditemukan mulai dari pinggir ke arah sentralnya.6,8

11
Gambar 11. Gambaran klinis Karsinoma Sel Basal (A) tipe nodular dengan telangiektasis
(panah); (B) tipe nodulo-ulseratif : lebar; (C) plak eritem superfisial disertai ulserasi yang
terdapat pada tipe superficial; (D) patch sklerotik (panah) di hidung yang terdapat pada tipe
morphea; (E) nodul gelap (panah) pada tipe pigmentasi4

Pemeriksaan Penunjang
Dermatoskopi adalah metode diagnostik non invasif, terutama dapat di gunakan untuk
diagnosis banding penyakit kulit berpigmen . Dermatoskopi dapat meningkatkan kinerja
diagnostik untuk diagnosis dini dari melanoma dan untuk membedakan pigmen melanositik
dan non melanositik berbagai lesi. Dermatoskopi lebih spesifik dan sensitif pada karsinoma
sel basal yang membuat diagnosis menjadi lebih mudah. Dermatoskopi dapat meningkatkan
akurasi diagnostik sampai 90%. Dermatoskopi secara bermakna mengurangi jumlah eksisi lesi
jinak yang tidak diperlukan, mengurangi biaya dan waktu pasien dan dokter serta membantu
dalam meyakinkan pasien.10 Pemeriksaan yang dapat menunjang penegakkan diagnosis
Karsinoma sel basal biasanya dilakukan pemeriksaan histopatologi lesi. Pemeriksaan
penunjang seperti CT scan atau MRI diperlukan jika ada kecurigaan mengenai tulang atau
jaringan lainnya.1
Diagnosis karsinoma sel basal dapat dicapai dengan interpretasi akurat dari hasil
biopsi kulit. Metode biopsi yang dianjurkan adalah shave biopsy, biasanya sudah cukup, dan
punch biopsy. Punch biopsy dilakukan pada pemeriksaan lesi datar dari varian klinis
Karsinoma sel basan morfoik atau Karsinoma sel basal berulang yang terjadi di dalam
jaringan parut.2

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding Karsinoma sel basal diringkas dalam tabel dibawah ini.2

Tabel 1. Diagnosis banding Karsinoma sel basal


DIFFERNTIAL DIAGNOSIS
NODULAR BCC
 Derrmal nevus
 Squamous cell carcinoma
 Appendegeal tumor
 Dermatofibroma
PIGMENTED BCC
 Nodular melanoma
 Superficial spreading melanoma

12
 Lentigo maligna melanoma
 Appendageal tumor
 Compound nevus
 Blue nevus
SUPERFICIAL BCC
 Bowen’s disease
 Mammary or extramammary paget’s desease
 Superficial spreading melanoma
 Single plaque of psoriasis
 Single plaque of eczema
MORPHEAFORM BCC
 Scar
 Morphea
 Trichoepithelioma
FIBROEPITHELIOMA OF PINKUS
 Skin tag
 Fobroma
 Papillomatous dermal nevus

PENATALAKSANAAN
Pemilihan tatalaksana KSB dipertimbangkan berdasarkan lokasi anatomis dan
gambaran histopatologi. Secara garis besar, terapi Karsinoma sel basal dikelompokkan
menjadi teknik bedah dan non-bedah. Tujuan dari penatalaksanaan Karsinoma sel basal
adalah menghilangkan total lesi KSB, menjaga jaringan normal, fungsi jaringan, serta
mendapatkan hasil optimal secara kosmetik.2
Pendekatan meliputi eksisi bedah standar, bedah mikrografik Mohs (MMS), dan
kemoterapi topikal. Kesempatan terbaik untuk mencapai pengobatan adalah melalui
penatalaksanaan yang adekuat pada karsinoma sel basal primer, karena tumor yang kembali
lagi cenderung berulang dan menyebabkan kerusakan lokal lebih lanjut.2
Pengobatan topikal menjadi yang paling efektif pada pengobatan karsinoma sel basal
superfisial. Penggunaan 5-Fluorouracil (5-FU) untuk terapi karsinoma sel basal seharusnya
dipertimbangkan dan harus disertakan evaluasi risiko rekurensi dan kegagalan terapi.
Sedangkan pada penggunaan imiquimod secara umum efek samping terhadap reaksi kulit

13
lokal terbatas. Keamanan dan efektivitas imiquimod untuk jenis karsinoma sel basal lain
belum ditetapkan. Imiquimod dapat dipertimbangkan sebagai terapi tunggal hanya untuk
karsinoma sel basal superfisial terbatas untuk tumor kecil pada lokasi yang memiliki resiko
kecil pada pasien yang tidak mau atau tidak dapat menjalani terapi pembedahan. Terapi
fotodinamik juga muncul sebagai salah satu pilihan terapi untuk karsinoma sel basal. Pada
terapi fotodinamik pasien harus dimonitor ketat selama 2-3 tahun pertama setelah terapi
fotodinamik, yaitu saat sebagian besar lesi kambuh terlihat. Hasil kosmetik pada terapi
fotodinamik secara signifikan lebih baik daripada pembedahan, namun pada terapi
fotodinamik memerlukan jumlah kunjungan di rumah sakit dan hal tersebut mungkin tidak
sesuai dengan semua orang dengan karsinoma sel basal.2,3,7

Primary Rekuren

Pertumbuhan Pertumbuhan Lokasi tumor di Ukuran


tumor tidak tumor agresif canthus, lipatan berapapun
agresif di badan pada badan atau nasolabial, atau dilokasi
atau ekstremitas ekstremitas periorbital atau manapun
area postauricular

Eksisi Eksisi atau Bedah Mohs


atau operasi mohs mikrografik
D&C mikrografik

Gambar 12. Algoritma untuk tatalaksana karsinoma sel basal2

FOLLOW-UP

14
Sekitar 44% orang akan mengalami kekambuhan Karsinoma sel basal dalam 3 tahun
setelah eksisi Karsinoma sel basal. Tinjauan tingkat kekambuhan yang dilaporkan dalam
penelitian dari tahun 1947 sampai 1987 setelah pengobatan Karsinoma sel basal primer
dengan bedah eksisi atau MMS menemukan bahwa setelah perawatan dengan modalitas
kurang dari sepertiga dari semua kekambuhan terjadi pada tahun pertama, hanya 50%
kekambuhan terjadi dalam 2 tahun pertama, dan 66% dalam waktu 3 tahun. Beberapa literatur
menyarankan follow-up jangka panjang harus tetap dilakukan pada pasien dengan lesi
multipel atau pasien dengan risiko tinggi.11

PENCEGAHAN DAN EDUKASI


Edukasi pasien yang memadai penting untuk mencegah kekambuhan dan penyebaran
karsinoma sel basal. Pasien harus menghindari faktor risiko, contohnya pajanan sinar
matahari, radiasi ion, konsumsi arsenik, dan berjemur. Penggunaan pakaian yang melindungi
dari sinar matahari seperti topi yang lebar, baju panjang, kacamata dengan proteksi sinar
ultraviolet sangat direkomendasikan ketika beraktivitas di luar rumah. Pasien tidak boleh
terpapar sinar matahari khususnya selama tengah hari (pukul 11.00 sd 15.00). 4
Penggunaan tabir surya dan aplikasi ulang tabir surya direkomendasikan sebelum
terkena sinar matahari. Tabir surya harus diaplikasikan secara menyeluruh, 20-30 menit
sebelum beraktivitas keluar rumah, dan diaplikasikan kembali setiap 2 jam, lebih sering ketika
berenang atau berkeringat.2,4

PEMERIKSAAN KULIT SENDIRI


1. Periksa bagian depan dan belakang tubuh anda dengan cermin,lalu ke bagian sisi
kanan dan kiri dengan tangan terangkat
2. Tekuk siku dan lihat dengaan seksama di lengan, ketiak atas dan telapaka tangan.
3. Lihatlah punggung kaki dan kaki, sela-sela jari-jari kaki dan telapak tangan.
4. Periksa punggung leher dan kulit kepala dengan cermin tangan. Bagian rambut untuk
melihat lebih dekat.
5. Periksa kembali dan bokong dengan cermin

15
Gambar 13 . Pemeriksaan Kulit Sendiri9

American Cancer Society menganjurkan agar memeriksakan kulit ke dokter setiap tiga
tahun bagi usia 20-39 tahun dan setiap tahun bagi usia di atas 40 tahun. Selain itu, dapat juga
dilakukan Periksa Kulit Sendiri (SAKURI), yaitu metode pemeriksaan kulit mandiri yang
rutin dilakukan sebulan sekali dalam rangka mendeteksi dini kanker kulit. Dengan
pencahayaan yang cukup.2,4

PROGNOSIS
Prognosis penderita karsinoma sel basal umumnya baik. Angka kekambuhan
karsinoma sel basal hanya 1% jika diterapi dengan tepat. Pasien harus tetap di-follow up
untuk kekambuhan atau lesi karsinoma sel basal baru. Edukasi penderita penting agar
melakukan pemeriksaan kulit periodik dan menghindari segala faktor risiko. Perlindungan
terhadap paparan sinar matahari dianjurkan untuk setiap pasien dengan riwayat karsinoma sel
basal.4

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis pada karsinoma sel basal.
Pada karsinoma sel basal apabila ukuran tumor >20 mm, tumor berada di wajah bagian
tengah, periocular, nasal, telinga, dan bibir, tepi lesi tidak dapat ditentukan secara klinis,
penyakit berulang, gambaran histologi berupa morpheic/infiltratif, mikronodular,
basoskuamosa dan terjadi invasi ke pembuluh darah atau perineural akan meningkatkan resiko
pada karsinoma sel basal.1

RINGKASAN
KSB merupakan tumor kulit ganas yang berasal dari sel nonkeratinisasi lapisan basal
epidermis. Faktor genetik dan lingkungan, terutama paparan sinar matahari, berhubungan
dengan etiopatogenesis Karsinoma sel basal. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan histopatologi. Gejala dan tanda keganasan kulit penting untuk
diketahui. Melalui pemeriksaan kulit sendiri (SAKURI), kanker kulit dapat dideteksi lebih
awal. Terapi Karsinoma sel basal dikelompokkan menjadi teknik bedah dan non-bedah.
Tujuan dari penatalaksanaan Karsinoma sel basal adalah menghilangkan total lesi Karsinoma
sel basal, menjaga jaringan normal, fungsi jaringan, serta mendapatkan hasil optimal secara
kosmetik Prognosis Karsinoma sel basal umumnya baik apabila dapat ditegakkan diagnosis
dini dan pengobatan segera.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukmawati TT, Reginata G. Diagnosis dan Tatalaksana Karsinoma Sel Basal. 2015. 42
(12): hal. 897-900
2. John A, David J. Basal Cell Carcinoma. In: Wolff, Goldsmith LA, Katz SI, Gilcherst BA,
Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8 th ed.
United states of America: McGraw-Hills Companies, Inc; 2012:p.1294-1302
3. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews’ Diseases of the Skin: Clinical
Dermatology, 12th ed. Chicago:Saunder-Elseviers 2015;p.633-637
4. Cipto H, Pratomo U.S et al : Deteksi dan Penatalaksanaan Kanker Kulit Dini, FKUI
Jakarta 2001
5. Pramuningtyas R, Muwardi P. Gejala Klinis sebagai Prediktor pada Karsinoma Sel Basal.
Vol. 4 No. 1 2012;p.33-36
6. Kinghorn GR, Brings , Gupta NK. Bacal cell carcinoma. In: Griffiths C, Barker J, Bleiker
T, Chalmers R, Creamer D, eds. Rook’s Textbook of Dermatology. Vol. 4. 8 th ed.
Oxford:Wiley Blackwell 2016. p.52.18-52.23
7. Sukmawati TT, Reginata G. Diagnosis dan Tatalaksana Karsinoma Sel Basal. 2015. 42
(12): hal. 897-900
17
8. Bhawan, Jag. Premalignant and Malignant Epithelial Neoplasms. In: Grant-Kels, Jane M,
editors. Color Atlas of Dermatopathology. New York: Informa Healthcare USA, Inc;
2012:p.191-208
9. Klein RD, Dykas DJ, Bale AE. Clinical Testing for The Nevoid Basal Cell Carcinoma
Syndrome in a DNA Diagnostic Laboratory. Genet Med. 2011;7(9):611-910
10. Caresana G, Giardini R. Dermoscopy Guided Surgery in Basal Cell Carcinoma.JEADV
2010;24:1395-99
11. Patel MJ, Williford PM, Shumack S. Basal Cell Carcinoma in Managing Skin Cancer.
Germany: Springer. 2007; p.37-49

18

Anda mungkin juga menyukai