1
BAB I
PENDAHULUAN
2
menciptakan sebuah sistem pemerintahan yang bersih dan transparan semakin
terlihat dengan dilibatkannya Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)
sebagai pengawas melalui audit, review, evaluasi dan pematauan dalam setiap
proses pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah, selain itu adanya
pakta integritas di setiap pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa juga
sebagai salah satu upaya untuk mencegah penyimpangan di dalam proses
pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah.
Di RS UTV sebagai salah satu RS Pemerintah, juga tidak lepas dari
persoalan tentang pelaksanaan proses pengadaan barang. Dalam suatu kasus,
proses penyusunan kebutuhan unit hanya dideadline 1 minggu dari saat
pengumuman untuk memulai mendata kebutuhan unit sampai menjadi
dokumen permintaan kebutuhan unit. Saat diumumkan banyak muncul
komplain tentang pendeknya waktu penyusunan pengajuan pengadaan
kebutuhan unit, tetapi pihak pengadaan pun seperti tak mau tahu dan justru
mendapat dukungan dari pihak Wakil direksi administrasi dan keuangan. Di
kasus lain lamanya proses dari pengajuan sampai pengadaan juga menjadi
kendala yang menjadi sorotan, sebagai contoh pengajuan mesin pengering
selang di instalasi CSSD (sebagai salah satu syarat Rumah Sakit tipe C
berdasar buku “Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD)”) yang sudah
diajukan dari 2016 yang belum juga terealisasi sampai dengan tahun 2018.
3
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. menganalisa risiko salah saji terhadap proses pengadaan barang di RS
UTV
2. menganalisa pengaruh pengendalian internal terhadapa kinerja RS UTV
secara umum
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
1. Control Enviroment / Lingkungan Pengendalian
Merupakan faktor pengendalian yang secara umum dapat memberikan
efek disiplin. Contoh lingkungan pengendalian antara lain Integritas, Nilai
Etika, Kompetensi personil instansi, Falsafah Manajemen dan gaya
operasional, cara manajemen di dalam mendelegasikan tugas dan tanggung
jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta, arahan yang
diberikan oleh dewan direksi.
2. Risk Assessment / Penilaian Resiko
komponen ini menekankan kepada “bagaimana resiko dinilai untuk
kemudian dikelola”. Identifikasi resiko dilakukan internal maupun
eksternal untuk kemudian dinilai. Penentuan tujuan atau target lebih baik
ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan dengan kondisi – kondisi yang
ada sebelum penilaian dimulai.
3. Control activities / Aktivitas Pengendalian
Komponen yang bertujuan untuk mengarahkan manajemen agar tetap
berjalan sesuai alur yang sudah direncanakan, demi terwujudnya tujuan
instansi. Aktivitas pengendalian dilaksanakan dengan menembus semua
bidang d ada di instansi. Meliputi : aktifitas – aktifitas persetujuan,
kewenangan, verifikasi, rekonsiliasi, inspeksi atas kinerja operasional,
keamanan sumberdaya (aset), pemisahan tugas dan tanggung jawab.
4. Information and Communication / Informasi dan Komunikasi
Komponen yang bertujuan sebagai alat yang membantu instansi di dalam
mengidentifikasi, mengambil, dan mengkomunikasikan informasi –
informasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu melaksanakan
tanggung jawab mereka. Informasi dan komunikasi merupakan komponen
terpenting dalam penerapan sistem pengendalian internal di sebuah
instansi.
5. Monitoring / Pengawasan
Komponen pengawasan merupakan sebuah cerminan fungsi internal audit
di dalam sebuah instansi, juga dipandang sebagai pengawasan seperti
aktifitas umum manajemen dan aktivitas supervisi.
6
Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga
menciptakan kinerja sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan
kondisi secara dinamis. Sistem Pengendalian Internal terjalin dengan aktifitas
opersional instansi, dana akan lebih efektif apabila pengendalian dibangun ke
dalam infrastruktur instansi, untuk kemudian menjadi bagian yang paling
esensial dari instansi.
Menjadi sebuah pemahaman tambahan, bahwa sistem pengendalian
internal yang efektif belum tentu menjamin tercapainya tujuan perusahaan.
Tetapi dengan penerapan sistem pengendalian internal yang handal dan
efektif dapat memberikan informasi yang tepat bagi manajer maupun dewan
direksi yang bagus untuk mengambil keputusan maupun kebijakan yang tepat
untuk pencapaian tujuan perusahaan yang lebih efektif pula.
Sistem pengendalian internal juga berfungsi sebagai pengatur
sumberdaya yang telah ada untuk dapat difungsikan secara maksimal guna
memperoleh keuntungan yang maksimal.
7
2. Penilaian risiko
3. Kegiatan pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan pengendalian internal
8
3. Kepemimpinan yang Kondusif
Sebagai pemberi teladan untuk dituruti seluruh pegawai.
Agar dapat mendorong terwujudnya hal tersebut, maka diperlukan
aturan kepemimpinan yang baik. Aturan tersebut perlu
disosialisasikan kepada seluruh pegawai untuk diketahui bersama.
9
Identifikasi risiko dilakukan atas risiko internal dan
ekstern, dimana kedua risiko tersebut sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pencapaian tujuan sebuah instansi.
2. Menganalisis Risiko
Menganalisa probability potensi risiko tinggi sampai
risiko yang sangat rendah sehingga dapat melakukan tindakan
preventif yang dapat mencegah risiko – risiko tersebut.
10
1. Menghasilkan barang /jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan,
diukur dari aspek kualitas,jumlah, waktu, biaya, lokasi dan Penyedia;
2. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;
3. Meningkatkan peran serta usaha mikro, usaha kecil, dan usaha
menengah;
4. Meningkatkan peran pelaku usaha nasional;
5. Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil
penelitian;
6. Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;
7. Mendukung pemerataan ekonomi; dan
8. Mendorong pengadaan berkelanjutan.
11
mata masyarakat. Isi dari pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018
adalah sebagai berikut :
1. Efisien
Efisien diartikan proses pengadaan dapat dilakukan dengan dana yang
minimal dengan menghasilkan barang yang berkualitas baik dan sesuai
dengan sasaran.
2. Efektif
Efektif diartikan proses pengadaan berjalan tepat waktu sesuai dengan
sasaran perkiraan awal.
3. Transparan
Transparan diartikan bahwa informasi mengenai barang dan jasa dapat
diakses oleh masyarakat umum ataupun penyedia barang/jasa yang
tertarik untuk bekerjasama.
4. Terbuka
Terbuka diartikan bahwa proses pengadaan diikuti oleh penyedia
barang/jasa yang memenuhi kualifikasi dengan prosedural yang jelas.
5. Bersaing
Bersaing diartikan di dalam proses pengadaan barang terdapat persaingan
yang sehat antar penyedia barang/jasa, tanpa intervensi pihak
berkepentingan.
6. Adil
Adil diartikan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh
penyedia barang/jasa tanpa menguntungkan pihak penyedia tertentu.
7. Akuntabel
Akuntabel diartikan proses pengadaan berlangsung sesuai dengan
prosedur yang berlaku dan dapat dipertanggungjawabkan ke publik.
12
1. PA (Pengguna Anggaran)
Merupakan pihak yang mengakibatkan penegeluaran anggaran belanja.
Dalam proses pengadaan barang, PA mempunyai peranan penting dalam
pembentukan tim pengadaan karena PA mempunyai kewenangan
langsung untuk menunjuk pihak – pihak sebagai pelaku pengadaan
barang dan jasa. Selain itu PA juga yang berwenang untuk melakukan
perjanjian dengan penyedia barang dan jasa dengan memperhatikan
batasan belanja yang telah dianggarkan.
13
Pokja pemilihan memiliki 3 anggota (dan dapat ditambah dengan syarat
berjumlah gasal). Pokja pemilihan memiliki tugas seperti pejabat
pengadaan, hanya berbeda pada jenis pengadaan barang dan jasa yang
dapat dilaksanakan, untuk Pokja Pemilihan hanya diperbolehkan untuk
penujukan langsung pengadaan barang dan jasa dengan nilai pagu di
bawah Rp 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah) dan paket
pengadaan konsultasi dengan nominal dibawah Rp 10.000.000.000,-
(sepuluh milyar).
6. Agen Pengadaan
Agen pengadaan atau Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa (UKPBJ)
adalah pelaku usaha yang diberikan wewenang oleh Kementrian /
Lembaga / Perangkat Daerah sebagai pemberi pekerjaan. Dimana UKPBJ
merupakan bentuk pengembangan ULP yang berisikan SDM yang
berkompeten dalam bidang pengadaan barang dan jasa pemerintah.
7. PjPHP / PPHP (Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan)
PPHP bertugas untuk memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa Konsultansi yang
bernilai paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
8. Penyelenggara Swakelola
Penyelenggara swakelola terdiri dari 3 tim, yaitu tim persiapan, tim
pelaksanaan dan tim pengawasan yang saling berintegritas demi
kelacaran proses pengadaan barang dan jasa.
9. Penyedia
Ketika penyedia sudah ditunjuk untuk melaksanakan sebuah kontrak,
muncul kewajiban penyedia untuk melaksanakan berbagai ketentuan
yang terdapat dikontrak. Ketentuan tersebut merupakan kualifikasi awal
yang sudah dibuat untuk memperoleh penyedia yang benar – benar sesuai
dengan kebutuhan. Penyedia harus dapat melaksanakan kontrak secara
14
efektif dan efisien dengan tetap menjamin kualitas barang dan jasa sesuai
dengan spesifikasi yang tercantum di dalam kontrak.
15
3. Pelaksanaan registrasi dan verifikasi Pengguna SPSE;
4. Pelaksanaan pelayanan pelatihan dan dukungan teknis pengoperasian
SPSE.
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN DAN PEMBAHASAN
16
3.1.2 Kondisi SDM RS UTV
RS UTV didukung oleh 439 personil, terdiri dari 16 staf kependidikan
PNS, 176 staf kependidikan non PNS dan 247 staf kependidikan
kontrak profesional.
17
mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
c. Menyelenggarakan layanan rumah sakit dengan berbasisis
evidence based medicine dengan mengembangkan sistem
informasi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan,
penelitian dan kebutuhan masyarakat.
d. Menyelenggarakan tata kelola rumah sakit berbasis good hospital
governance untuk meraih reputasi unggul nasional dan
internasional.
3. Tujuan RS UTV
a. Pendidikan Kedokteran
1) Untuk meningkatkan proses pendidikan yang efektif dan
efisien dengan sistem pendidikan profesi yang terintegrasi,
yang memenuhi standar nasional maupun internasional
2) Untuk menyediakan real patient yang memadai baik jenis
jumlah dan atau simulasi tentang pasien yang relevan untuk
mencapai kompetensi tertentu.
3) Untuk menyediakan tempat pendidikan bagi tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan lainnya guna meningkatkan kualitas
pelayanan yang berkelanjutan dan pengembangan profesi
berkelanjutan.
4) Untuk meningkatkan layanan pendidikan dan penelitian medis
melalui kerjasama dengan penerapan Teknologi Informasi
Kesehatan (TIK);
b. Penelitian Medis
1) Untuk menyediakan fasilitas yang memadai untuk melakukan
penelitian dalam ilmu kedokteran dalam rangka meningkatkan
pendidikan dan pelayanan;
2) Untuk meningkatkan ilmu kedokteran dan teknologi;
3) Untuk penilaian dan penjaringan ilmu teknologi kedokteran
c. Pelayanan Kesehatan
18
1) Untuk mengembangkan pusatunggulan dalam pelayanan medis
sehingga bisa menjadi pusat rujukan;
2) Untuk mengembangkan pelayanan berkualitas dengan
mendasarkan pada pelayanan berbasis bukti (Evidence Based
Medicine);
3) Untuk mendukung sistem rujukan kesehatan dengan rumah
sakit afiliasi dan pusat kesehatan masyarakat;
4) Untuk memberikan layanan pada masyarakat, terutama
masyarakat ekonomi rendah, dengan fasilitas kesehatan lebih
mudah diakses dan pelayanan medis yang berkualitas tinggi.
d. Implementasi ICT
1) Untuk mengembangkan database kesehatan yang dapat
diandalkan dan berkelanjutan yang berperan dalam mendukung
proses pendidikan kedokteran dengan data berbasis
masyarakat.
2) Untuk mengembangkan jaringan kolaboratif di bidang
pendidikan, penelitian, dan pelayanan.
Dari visi, misi dan tujuan dari RS UTV, dapat dilihat bahwa RS
UTV berfokus kepada pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu
kedokteran, selain fokus terhadap pelayanan kesehatan secara umum
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun
2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan.
19
dibentuk sejak sebelum RS UTV beroperasi secara aktif di tahun 2016. Proses
penganggaran dilakukakan untuk menentukan pagu anggaran / Mata Anggara
Pengeluaran (MAK) yang bisa digunakan dalam proses pengadaan barang di
RS UTV, selain itu anggaran yang disusun unit perencanaan sebagai pedoman
dalam pengawasan proses Pengadaan RS UTV.
Setelah proses penyusunan MAK, unit pengadaan mulai
merencanakan tentang pemilihan penyedia, kemudian memilih prosedur
pengadaan mana yang akan digunakan. Setelah menentukan prosedur
pengadaan, unit pengadaan menentukan kualifikasi untuk penyedia barang,
lalu susun jadwal untuk pemilihan penyedia barang yang lolos kualifikasi.
Dilanjutkan penyusunan dokumen oleh staff pengadaan beserta penentuan
Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Setelah seluruh berkas dokumen persiapan
sudah tersedia, unit pengadaan RS UTV akan mengirimkan berkas dokumen
ke LPSE Tans Village (proses lelang secara elektronik atau e-procurement).
Apabila menggunakan metode penunjukan langsung dan e-katalog, berkas
dokumen akan tetap berada di RS UTV untuk diproses secara swakelola oleh
RS UTV (bagan 1).
Salah saji terlihat dari suatu ketentuan nominal anggaran pengadaan
dibawah Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), pengadaan bisa
menggunakan pembelian / penunjukan langsung dan e-katalog oleh staff
bagian pengadaan yang berwenang. Proses pembelian / penunjukan langsung
bisa dilakukan apabila pengadaan dilakukan dalam kondisi darurat dan harus
segera dilakukan, kegiatan yang berhubungan dengan pertahanan negara yang
bersifat rahasia, dan adanya kriteria khusus seperti hanya dapat dilakukan satu
penyedia yang memiliki hak paten atas barang tersebut, contoh ketika di RS
UTV melakukan pengadaan mesin autoclave untuk instalasi CSSD yang
bermerk getinge buatan Jerman yang hak patennya di Indonesia dimiliki oleh
PT. Intergastra Nusantara.
Apabila pengadaan diatas Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah),
pengadaan harus melalui proses lelang secara elektronik atau e-procurement
yang dilakukan melalui LPSE Universitas Tans Village ( lpse.utv.ac.id ).
20
Sebelum dilaksanakan e-procurement, RS UTV tetap harus membentuk
panitia sesuai dengan pasal 8 Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018.
21
sebuah Sistem Pengendalian Internal sebagai alat untuk mengontrol dan
mengkoordinasi, sebuah organisasi maupun instansi tidak akan berjalan sesuai
harapan ataupun sasaran awal. Dalam penerapannya, Satuan Pengendali
Internal di RS UTV masih menjadi satu dengan Universitas Tans Village, hal
itu dikarenakan RS UTV merupakan salah satu unit pelaksana teknis
Universitas Tans Village. Pengendalian dilakukan secara berkala dan
dilaksanakan oleh tim ahli yang dibentuk oleh Universitas Tans Village.
RS UTV sebagai salah satu RS yang berada di bawah naungan
kementerian, berkomitmen menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik /
Good Governance demi mewujudkan kualitas pelayanan publik yang baik,
dan untuk memastikan semua itu maka diterapkanlah sistem pengendalian
internal. Untuk Sistem Pengendalian Internal yang diterapkan, RS UTV lebih
berfokus pada kinerja dua unit yang terbilang cukup vital bagi RS UTV, yaitu
unit keuangan dan pengadaan. Ketika fokus diterapkan ke unit keuangan
mungkin menjadi sebuah hal yang wajar mengingat fungsi unit keuangan
sendiri, tetapi kenapa unit pengadaan juga menjadi salah satu fokus dalam
penerapan sistem pengendalian internal? hal tersebut karena unit pengadaan
merupakan sektor yang rawan terjadi penyimpangan, terbukti dengan
banyaknya kasus yang ditangani KPK yang berhubungan dengan pengadaan
barang.
Pengendalian internal yang diterapkan di RS UTV menitikberatkan
kepada kepatuhan terhadap prosedural pelaksanaan pengadaan barang yang
tercantum Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 sebagai pedoman utama
pengadaan barang dan jasa di lingkup pemerintahan. Prosedural pengadaan
barang tersebut meliputi proses perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
penyerahan barang.
Pada tahap proses perencanaan ini, tim satuan pemeriksa internal
memastikan prosedur perencanaan yang dilaksanakan oleh PA ataupun KPA
meliputi proses pembentukan tim, penetuan metode pengadaan dan kerangka
acuan kerja sudah benar – benar disiapkan dan telah sesuai dengan regulasi
yang ada. Pembetukan tim harus dilaksanakan secara profesional dan dengan
kualifikasi kompetensi yang sudah benar – benar terlatih. Di RS UTV sendiri
22
dalam hal persiapan terlihat masih ada beberapa kekurangan, antara lain SDM
tim pengadaan yang terbatas dan mayoritas belum bersertifikasi sehingga
kompetensi masih belum terbukti secara nyata, selain itu penjadwalan
pendataan kebutuhan di unit yang masih kurang terencana sehingga semua
serba mendadak.
Setelah itu lanjut ke tahap persiapan pengadaan barang, di tahap ini
satuan pemeriksa internal memastikan prosedur persiapan oleh panitia
pengadaan sudah diterapkan sesuai prosedur dan secara dokumen lengkap.
Prosedur persiapan disini mencakup perencanaan pemilihan penyedia,
penetapan metode pemilihan penyedia, penetapan metode penyampaian
dokumen, evaluasi penawaran, penetapan jenis kontrak, penetapan metode
kualifikasi, penyusunan jadwal pemilihan penyedia dan penyusunan dokumen
pengadaan.
Tahap selanjutnya adalah pemeriksaan terhadap proses pelaksanaan
pengadaan, satuan pemeriksa internal memastikan semua prosedur benar –
benar sudah terlaksana dan seluruh dokumentasi telah lengkap. Di dalam
tahap ini pengumuman pemilihan penyedia, penilaian kualifikasi, evaluasi
penawaran, penetapan dan penujukan pemenang, penunjukan penyedia,
penandatanganan kontrak dan penyerahan pekerjaan.
Dari penerapan pengendalian di setiap tahap tersebut, diharapkan
dapat mendorong sistem pengadaan di RS UTV dapat berjalan sesuai dengan
prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel.
Dengan efektivitas dan efisiensi di unit pengadaan, barang kebutuhan
unit pelayanan dan kebutuhan Bahan Habis Pakai (BHP) akan dapat selalu
terpenuhi secara tepat waktu, tepat guna dan tepat jumlah.
Baiknya pelaksanaan pengadaan barang di RS UTV dapat mendorong
peningkatan kinerja baik pelayanan (medis) maupun non pelayanan (non
medis) di RS UTV, karena dengan penyediaan kebutuhan secara tepat waktu
dan tepat guna, kinerja civitas hospitalia tidak akan lagi tergangu dan
karyawan bisa fokus dalam hal peningkatan standar kinerja masing – masing.
Sebagai contoh kasus hambatan ketika proses pengadaan tidak berjalan secara
tepat waktu dan tepat jumlah, adalah ketika jumlah permintaan produk
23
desinfektan tidak sesuai dengan jumlah barang datang dan waktu pengadaan
yang berlarut-larut, dan di posisi tersebut stock desinfektan di gudang sudah
benar – benar habis, hal ini dapat mengakibatkan prosedur kerja di Instalasi
CSSD (Instalasi sterilisasi peralatan medis rumah sakit) tidak dapat
dilaksanakan, dan hal tersebut bisa beresiko infeksi untuk pengguna peralatan
medis.
Kemudian unit pengadaan harus memenuhi prinsip transparan,
terbuka, bersaing, adil dan akuntabel, karena dengan memenuhi prinsip
transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel, unit pengadaan akan
dianggap lebih berintegritas dan menjauhkan anggapan dari potensi
munculnya potensi kecurangan / fraud di unit tersebut. Kepercayaan publik
sangat dibutuhkan untuk memastikan proses pengadaan berjalan baik, karena
didalam pelaksanaan proses pengadaan barang di RS UTV publik juga
berperan serta sebagai fungsi pengawasan seperti pelaksanaan pengadaan di
instansi pemerintah lain pada umumnya.
24
BAB IV
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
1. RS UTV berkomitmen dalam meningkatkan pengawasan
terhadap Unit Pengadaan dengan penerapan Sistem Pengendalian Internal
yang berkesinambungan. Pengendalian Internal dilakukana di berbagai
tahap pengadaan barang, mulai dari perencanaan sampai dengan
pelaporan, dengan melibatkan tenaga – tenaga yang sudah berkompeten.
2. Dalam proses pengadaan barang di RS UTV masih memiliki
berbagai kekurangan, selain di penjadwalan yang masih kurang
terencana, RS UTV juga terkendala oleh minimnya tenaga berkompeten
di RS UTV yang telah tersertifikasi.
3. Sistem pengedalian internal memiliki berpengaruh yang
sangat besar terhadap kinerja seluruh unit di RS UTV, karena dengan
sistem pengendalian internal yang baik, keseluruhan kinerja di unit yang
ada di RS UTV akan dapat benar – benar terpantau pelaksanaannya
sesuai dengan program kerja dan regulasi yang sudah direncanakan
sebelumnya, dari penerapan tersebut manajemen dapat mengambil
25
kebijakan – kebijakan lanjutan secara tepat untuk kemajuan RS UTV
kedepannya.
4. Efektitivas dan efisiensi unit pengadaan juga mempunyai
pengaruh besar terhadap pencapaian kinerja RS UTV, karena dengan unit
pengadaan yang efektif dan efisien maka rantai distribusi barang untuk
seluruh kebutuhan rumah sakit dapat terakomodir dengan baik dan civitas
hospitalia dapat lebih fokus ke pelayanan serta peningkatan kompetensi
bidang masing - masing.
4.2 Saran
1. Membuat perencanaan yang lebih matang
mengenai proses pengadaan barang dan jasa, mulai dari perencanaan
hingga pelaksanaan untuk mencegah terjadinya keterlambatan proses
yang masih sering terjadi.
2. Peningkatan transparansi terhadap seluruh civitas
hospitalia mengenai prosedural pemilihan penyedia dalam proses
pengadaan dengan penunjukan langsung dan e-katalog.
3. Penambahan jumlah SDM berkompeten di unit
pengadaan RS UTV. Selain berkompeten, SDM juga harus bersertifikasi
dari pemerintah tentang kompetensi dalam hal pengadaan barang.
4.3 Keterbatasan
1. Sulitnya mendapatkan data dan informasi
mengenai satuan pemeriksa internal yang bertugas dalam proses
pengendalian di RS UTV.
2. Pemahaman dalam format penulisan
makalah yang masih terbatas.
3. Pemahaman mengenai materi yang ditulis
terbatas hanya bersifat materi karena belum pernah bekerja secara
langsung di unit pengadaan.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Kabupaten Boyolali”.Skripsi.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surakarta :
Surakarta.
28