Anda di halaman 1dari 3

Jawaban Soal UTS Online H.

Acara MK kelas B2
Oleh Ramdani Naupal S. (D1A018237)

Jawaban ini disusun yang kedua kalinya. Untuk memenuhi kewajiban dalam proses UTS Online setelah
beberapa menit yang lalu terjadi kesalahan dalam Google Form yang di share di google clasroms.

1. Pengertian dan karakteristik

a). H. Acara MK sebagai hukum yang mengatur tata cara dan prosedur pelaksanaan wewenang yang
dimiliki oleh MK yaitu MK sebagai hukum positif sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7B ayat 1 dan
24C ayat 1 dan 2 UUD 1945. Sehingga MK merupakan contentius procesrecht yaitu hukum acara
sengketa yang digunakan untuk memutus sengketa, menerapkan hukum, dan memutuskan hukum
untuk menjamin hukum materil.

b). Karakteristik khusus yang terdapat di dalam MK yaitu dasar hukum digunakan dalam proses
peradilan baik terkait dengan substansi perkara maupun hukum acara adalah konstitusi itu sendiri, yaitu
UUD 1945. Walaupun terdapat berbagai ketentuan undang-undang dan PMK sebagai dasar memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara, namun ketentuan tersebut digunakan sepanjang dinilai tidak
bertentangan dengan UUD 1945. Hal ini tidak terlepas dari sifat wewenang MK yang pada hakikatnya
adalah mengadili perkara-perkara konstitusional.

2. MK memiliki kompetensi absolut mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk: Menguji undang-undang terhadap UUD Tahun 1945, Memutus Sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD Tahun 1945,Memutus
pembubaran partai politik, dan Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Mahkamah
Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
diduga melakukan pelanggaran (impeachment). Dalam UU Nomor 8 Tahun 2015 Mahkamah Konstitusi
memiliki kewenangan tambahan Memutus perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
selama belum terbentuk peradilan khusus.

3. Asas-asas hukum acara yang memberikan “ciri khas” dan hanya “khusus” berlaku dalam Peradilan
Konstitusi yang dijalankan Mahkamah Konstitusi untuk menegakkan Hukum Konstitusi yang berada di
ranah hukum publik

a).Persidangan Terbuka untuk Umum

Pasal 40 ayat (1) UU MK. bahwa sidang MK terbuka untuk umum, kecuali Rapat Permusyawaratan
Hakim. Keterbukaan sidang ini merupakan salah satu bentuk social control dan juga bentuk akuntabilitas
hakim.

b).Independen dan Imparsial

Pasal 2 UU MK menyatakan bahwa MK merupakan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk


menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
c). Hak untuk Didengar Secara Seimbang

Pada perkara pengujian undang-undang, maka pemohon dan pemerintah serta DPR maupun pihak yang
berkaitan langsung dengan undang-undang yang dimohonkan untuk diuji juga diberi hak yang sama
untuk didengar.

d). Hakim Aktif dan Juga Pasif dalam Proses Persidangan

Hakim bersifat pasif dan tidak boleh secara aktif melakukan inisiatif untuk menggerakkan mekanisme
MK memeriksa perkara tanpa diajukan dengan satu permohonan. Maka sekali permohonan didaftar dan
mulai diperiksa, disebabkan adanya kepentingan umum yang termuat di dalamnya secara langsung
maupun tidak langsung akan memaksa hakim untuk bersikap aktif dalam proses dan tidak
menggantungkan proses hanya pada inisiatif pihak-pihak, baik dalam rangka menggali keterangan
maupun bukti-bukti yang dianggap perlu untuk membuat jelas dan terang hal yang diajukan dalam
permohonan tersebut.

e). Ius Curia Novit

Asas ius curio novit ditafsirkan secara luas, yaitu memberikan wewenang kepada pengadilan (hakim)
untuk menemukan hukum (rechts vinding) untuk mengadili perkara yang diajukan kepadanya.
Penemuan hukum itu dimaksudkan agar para pencari keadilan (justitiabelen) tetap terjamin haknya
untuk memperoleh keadilan, walaupun hukum tertulis belum mengaturnya.

4. Dalam hukum acara Mahkamah Konstitusi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 36 ayat (1) alat
bukti terdiri atas:

a). Surat atau tulisan: Surat atau tulisan adalah tanda-tanda bacaan yang bisa dimengerti dan
mengandung suatu pikiran tertentu. Dengan demikian segala sesuatu yang tidak memuat tanda-tanda
bacaan, tetapi tidak bisa dimengerti tidak tidaklah termasuk dalam pengertian alat bukti tulisan

b). Keterangan saksi: alat bukti apabila keterangan itu ia alami, didengar dan dilihat sendiri. Dugaan,
pendapat, anggapan atau keterangan yang diperoleh dari orang lain tidak disebut keterangan saksi.

c). Keterangan ahli: Keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam
persidangan tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya. Atas permintaan
kedua belah pihak atau salah satu pihak atau karena jabatannya hakim ketua sidang dapat menunjuk
seseorang atau beberapa orang ahli.

d). Keterangan para pihak: pemohon dan termohon. Pemohon dan termohon dapat beracara sendiri
secara langsung di persidangan, tetapi jika menghendaki, dapat diwakilkan kepada kuasanya.

e). Petunjuk: diperoleh dari alat bukti lain dari keterangan saksi, surat, dan barang bukti. Alat bukti
petunjuk sesuai dengan Pasal 37 UU MK yang menyebutkan bahwa MK menilai alat-alat bukti yang
diajukan ke persidangan dengan memperhatikan persesuaian antara alat bukti yang satu dengan alat
bukti yang lain.
5. Pengertian-pengertian.

a). Objectum litis artinya adalah kewenangan yang dipersengketakan dalam perkara Sengketa
Kewenangan Lembaga Negara. Objek sengketanya adalah kewenangan konstitusional antarlembaga
negara. b). Perkara yang bersifat contentius adalah perkara di bidang hukum acara yang bersifat
sengketa. Artinya, perkara pengujian undang-undang pada prinsipnya tidak terkait dengan kepentingan
yang saling bertabrakan antara satu dengan lainnya. c). Legal standing adalah keadaan di mana
seseorang atau suatu pihak ditentukan memenuhi syarat dan oleh karena itu mempunyai hak untuk
mengajukan permohonan penyelesaian perselisihan atau sengketa atau perkara di depan MK

Anda mungkin juga menyukai