CICILIA b29
CICILIA b29
E-mail: ciciliaputriks@gmail.com
Abstrak
Abstract
1
Pendahuluan
2
Pemeriksaan fisik head to toe
Pemeriksaan Neurologis
Bila diduga terdapat gangguan serebral organic, pemeriksaan
neurologic yang lebih lengkap perlu dilaksanakan termasuk uji:
kemampuan bahasa, kidal atau kinan, memori, apraxia, agnosia,
fungsi angka, disorientasi kanan-kiri, kelancaran verbal.3
2. Wawancara psikiatri
Wawancara darurat sama dnegan wawancara psikiatri baku kecuali
masalah keterbatasan waktu dan desakan kemungkinan adanya risiko pada pasien
atau orang lain. Umumnya dokter memperhatikan keluhan yang ditampilkan serta
alasan yang membawa pasien ke ruang gawat darurat. Bila dikawal oleh keluarga,
teman, atau polisi, riwayat tambahan harus dimintakan dari mereka. Apabila
pasien dinilai tidak mampu kooperatif atau tidak dapat dipercaya informasinya,
wawancara dengan orang lain yang mengenal pasien yang lebih dapat diandalkan
informasi dan kemampuan untuk melapornya.
3
Identifikasi pribadi: Pakaian, perawatan diri, misalnya pemakaian
warnawarna dan riasan yang cerah dapat terlihat pada pasien mania, pengabaian
terlihat pada pasien depresi. Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif, pwnuh
perhatian, tertarik, terus terang, suka bercanda dll. Perilaku dan aktivitas
psikomotor: cara berjalan, manerisme, erakan tubuh, kedutan stereotipi, gerakan
mencabut, menyentuh pemriksa, kikuk, pincang, kaku, lambat, hiperaktif,
kegelisahan, kontak mata, mudah marah, kesesuaian, mudah teralihkan. 1
Bicara
Kecepatan: lambat/terbelakang, atau tertahan/tidak dapat diinterupsi.
Irama: normal, intonasi datar atau berlebihan. Volume: berbisik, tenang, keras. Isi:
mempermainkan kata-kata yang berlebihan, asosiasi bunyi (clang association),
berbicara satu-satu suku kata (monosyllabic), spontan atau hanya menjawab
pertanyaan. Periksa juga adanya disfasia maupun disartria.1
4. Isi Pikiran1,2
a. Gangguan isi pikiran formal (bentuk pikiran abnormal)
Pasien tidak mengikuti susunan yang umum dalam komunikasi dan
akibatnya pembicaraan menjadi kurang berarti. Biasanya pada skizofrenia.
Derailment (gerakan Knight): terdapat kekacauan kata-kala secara tiba-
tiba dari waktu ke waktu, yang seharusnya sesuai, namun tidak dalam
konteks ini (jalannya isi pikiran menjadi keluar jalur).
4
Circumstantiality (asosiasi ionggar): isi pikiran menjadi samar-samar dan
tampak campur aduk.
Bloking isi pikiran: sensasi-sensasi isi pikiran tiba-tiba berhenti.1
b. Tempo isi pikiran abnormal
Akselerasi (isi pikiran ditekan, Sight of ideas dapat timbul tanpa penekanan
untuk bicara) atau retordasi.
c. Kepemilikan isi pikiran abnormal
Pasien merasa pikirannya dikendalikan oleh sesuatu dari luar—penarikan isi
pikiran, insersi, penyiaran (merasa pikiran seseorang ditarik oleh orang lain).
d. Isi pikiran abnormal
Waham-waham (delusi)
Waham adalah kepercayaan yang salah, tidak mudah digoyahkan, di luar
sistem kepercayaan sosial dan budaya normal seorang individu.1,3 Tipe-tipe
waham:
Grandiose (kebesaran): percaya bahwa mereka memiliki kemampuan dan
misi khusus.
Poverty (kemiskinan): percaya bahwa mereka telah dibuat miskin.
Guilt (rasa bersalah): percaya bahwa mereka telah melakukan kejahatan
dan pantos dihukum.
Nihilistic (ketidakberadaan): percaya bahwa mereka tidak berarfi afau
tidak ada.
Hypochondriacal: percaya bahwa mereka mengidap suatu penyakit fistk.
Persecutory (penganiayaan): percaya bahwa semua orang berkonspirasi
melawan mereka.
Reference (referensi): percaya bahwa mereka dipengaruhi oleh maja-
lah/televisi.
Jealousy (kecemburuan): percaya bahwa pasangan mereka tidak setia
meskipun tidak ada buktinya.
Amorous (penuh cinta): percaya bahwa orang lain sedang jatuh cinta
dengan mereka.
5
Infestation (serbuan): percaya bahwa mereka diserbu oleh serangga atau
parasit.
Passivity experiences: percaya bahwa mereka disuruh melakukan se-
suatu, atau merasakan emosi-emosi, atau dikendalikan dari iuar; somatic
passivity—merasa seolah-olah mereka dipindahkan dari luar.1
5. Persepsi Abnormal1,2
Ilusi: salah menginterpretasikan stimuli yang normal.
Halusinasi: persepsi yang salah tanpa adanya stimulus apapun; merasa hal itu
berasal dari luar dirinya.
o Pendengaran: suara-suara orang kedua langsung diarahkan kepada
pasien. Tanyakan waktu terjadi, pemicu, jumlah suara, orang pertama
atau kedua, misalnya suara tersebut mungkin mengatakan "saya tidak
berguna".
o Penglihatan
o Penciuman: biasanya bau yang tidak sedap
o Pengecapan: biasanya suatu perasaan bahwa sesuatu terasa berbeda
dan ini diinterpretasikan sebagai akibat peracunan.
o Sensasi somatik: misalnya, sensasi adanya serangga di bawah
kulitatau gerakan sendi-sendi
6. Kognisi
Gangguan kognisi adalah patognomonikpada patologi medis, neurologis,
farmakologis atau bedah (sering disebut sebagai gangguan mental organic.
Menguji fungsi kognitif (intelektual) yang meliputi pemeriksaan tingkat
kesadaran (bervariasi dari kedaran penuh sampai koma), orientasi (situasi,
waktu tempat dan orang), perhatian, ingatan (ingatan segera, ingatan baru,
ingatan jauh) dan simpanan informasi (pengetahuan yang memdai sesuai
umur dan situasi sosialnya).2
7. Pemeriksaan laboratorik
Pemeriksaan lab yang perlu dilaksanakan :
6
Uji darah
Alasan penting untuk dilakukan uji darah yakni memeriksa adanya
gangguan organic seperti endokrinopati dan gangguan penggunaan zat
psikoaktif yang mungkin menyebabkan gejala psikiatri. Selain itu juga
untuk memeriksa komplikasi fisik akibat gangguan psikiatri. 3
o Uji darah lengkap
o Uji fungsi tiroid
o Uji fungsi hati
o Kadar vitamin B12 dan Asam folat
Pemeriksaan neurologic; lanjutan meliputi pemeriksaan neurologic dasar
dan pemeriksaan penunjang seperti EEG, CT scan, pemeriksaan urin untuk
deteksi penggunaan zat/tertentu, dan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan
darah atau glukosa darah bila dicurigai terdapat penyakit organic yang
menjadi penyebab atau yang ko-eksisten. 1,2
Pemeriksaan urin; umum digunakan untuk skrining penggunaan obat-
obatan seperti marijuana (kanabis), opioid, amfetamin, kokain, steroid,
barbiturate, fensiklidin (PCP), dll. 1-4
Lima hal yang harus ditentukan sebelum menangani pasien selanjutnya:
a. Keamanan pasien3
Sebelum mengevaluasi pasien, dokter harus dapat memastikan bahwa situasi di
UGD, jumlah pasien di ruangan tersebut aman bagi pasien. Jika intervensi verbal
tidak cukup atau kontraindikasi, perlu dipikirkan pemberian obat atau
pengekangan.
b. Medik atau psikiatrik3
Penting bagi dokter untuk menilai apakah kasusnya medik, psikiatrik atau
kombinasi keduanya, sebab penanganannya akan jauh berbeda. Kondisi medik
umum seperti trauma kepala, infeksi berat dengan demam inggi, kelainan
metabolisme, intoksikasi atau gejala putus zat seringkali menyebabkan gangguan
fungsi mental yang menyerupai gangguan psikiatrik umumnya. Dokter gawat
7
darurat tetap harus menelusuri semua kemungkinan penyebab gangguan fungsi
mental yang tampak.
c. Psikosis3
Yang penting bukanlah penegakan diagnosisnya, tetapi seberapa jauh
ketidakmampuannya dalam menilai realita dan buruknya tilikan. Hal ini dapat
mempengaruhi sikapnya terhadap pertolongan yang kita berikan serta
kepatuhannya dalam berobat.
d. Suicidal atau homicidal3
Semua pasien dengan kecenderungan bunuh diri harus diobservasi secara ketat.
Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan tindak kekerasan atau pikiran bunuh
diri harus selalu ditanyakan kepada pasien.
e. Kemampuan merawat diri sendiri3
Sebelum memulangkan pasien, harus dipertimbangkan apakah pasien mampu
merawat dirinya sendir, mampu menjalankan saran yang dianjurkan.
Ketidakmampuan pasien dan atau keluarganya untuk merawat pasien di rumah
merupakan salah asatu indikasi rawat inap.
Adapun indikasi rawat inap antara lain adalah:
a. Bila pasien membahayakan diri sendiri atau orang lain
b. Bila perawatan di rumah tidak memadai, dan
c. Perlu observasi lebih lanjut.
Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding yang dapat dibuat dari seorang pasien yang
dibawa oleh polisi dalam keadaan luka-luka memar dengan kondisi gaduh gelias,
teriak-terika, bicara melantur, mengatakan ada yang ingin membunuhnya dan baru
saja mengalami tabrakan ketika mengendarai mobil dengan ugal-ugalan, adalah:
Agitasi1
8
Meningkatnya kegaduhan mental dan kegiatan motoric. Dapat terjadi pada
rentang kondisi gangguan mental yang luas. Hal ini dapat menjadi gawat darurat
karena biasanya mendahului tindak kekerasan. Singkirkan sindrom mental
organic, seperti delirium atau demensia. Periksa tanda vital pasien sebanyak
mungkin yang dapat diperiksa. Tanda vital abnormal yang mengarah pada
abnormalitas susunan saraf autonom biasanya merupakah tanda kearah gangguan
organic, seperti intoksikasi atau abstinensi obat atau alcohol.
1. Lindungi diri sendiri dan staf. Jangan menempatkan diri pada tempat yang
mudah diserang dan pastikan anda memiliki cukup staf terlatih dalam
upaya pengekangan pasien bila diperlukan
2. Pengekangan fisik harus digunakan bila medikasi tidak efektif, dan bila
tindak kekerasan atau pelarian mungkin terjadi.
3. Perhatikan tanda kekerasan. Awasi tiap perubahan perilaku, emosi, cara
bicara, atau afeknya. Tiap perubahan fungsi ini pertanda dari hilangnya
pengendalian
4. Pertahankan kesamaan diantara anggota tim tentang rencana pengobatan.
Beritahu pasien peraturan yang jelas dan tidak bertentangan tentang
9
perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima dalam UGD atau ruang
praktek, namun anggota tim harus tahu dan setuju bersama dahulu
5. Bila kemampuan pasien untuk menentukan keputusan dan sikap untuk
dirinya terganggu, serta meningkatkan risiko terhadap keselamatannya,
pasien harus dicegah meninggalkan rumah sakit. Namun persiapan
dokumen harus lengkap bila pasien dirawat inap yang bertentangan
dengan kemauannya. Bila kemampuan pasien tidak terganggu tetapi ada
risiko medik yang tinggi, dokter harus meyakinkan pasien agar ia tetap
berada di rumah sakit. Pendekatan yang efektif adalah menunjukan sikap
yang tidak menghadang, tetapi tegas, simpatik dan tulus ingin membantu
akan membuat pasien merasa berada di bawah pengawasan yang mantap.
Bila pasien menggunakan obat khusus atau ada riwayat responsive dengan
obat tertentu, gunakan obat itu lagi. Bila tak ada riwayat yang jelas,
benzodiazepine efektif seperti obat lainnya, demikian pula untuk antipsikotika.
Untuk agitasi hebat dan cenderung meningkat, obat penenang dibutuhkan.
Biasanya diberikan hipnotika sedative (contoh: benzodiazepine atau barbiturate)
atau antipsikotika.
10
Akatisia1
11
mengatakan bahwa medikasi dapat membantu mereka merasa tenang, berpikir
lebih jernigm atau mengurangi gangguan akibat suara halusinasi yang mereka
dengar.
12
dan edukasi. Bagi pasien yang rawat jalan dengan gejala akut, dapat
diberikan antipsikotik atau benzodiazepine dan pengamatan beberapa jam.
7. Terapi perilaku, terapi keluarga, terapi kelompok, psikoedukasi, dan
psikoterapi individu dapat bermanfaat.
8. Pengekangan biasanya dilakukan dengan pemberian obat dahulu yaitu
benzodiazepine atau antipsikotika. Jika agitasi hebat atau berbahaya
setelah pemberian antipsikotik IM, isolasi dan pengekangan fisik harus
dilakukan.
Intoksikasi alkohol1,5
13
Bantu pasien melalui masa intoksikasi tanda cedera atau melukai dalam
lingkungan yang aman. Reevaluasi saat sudah lewat masa intoksikasi. Evaluasi
gangguan yang terkait alcohol (seperti ketergantungan atau abstinensi) dan
gangguan jiwa lain. Bisa jadi pasien menggunakan alcohol karena untuk
mengobati kecemasan, gejala psikotik, dan depresi. Pikirkan perawatan inap dan
detoksifikasi bila perlu. Pasien yang ingin bunuh diri dan melakukan tindak
bahaya lain mungkin harus dirawat di bangsal psikiatri. Periksa tanda-tanda vital
pasien. Cari tahu apakah pasien menyalahgunakan obat/zat lain.
Intoksikasi1,5
14
7. Beri kesempatan agar zat terkuras dari tubuh pasien dan reevaluasi saat
pasien sudah tidak intoksikasi lagi.
Trauma Kepala1,2
Peran Medikolegal6-8
Setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak
atau mata gelap harus ditaruh di bawah pengampuan, pun jika ia kadang2 cakap
mempergunakan pikirannya.
Pasal 44 KUHP
15
o Tindakannya adalah hasil dari penyakit atau cacat mentalnya (Durham
rule)
o Karena cacat atau sakit mentalnya, tidak memiliki kapasitas untuk menilai
“kesalahan” perbuatannya atau tidak mampu memenuhi persyaratan
hukum (ALI (American Law Institute) test /Model Penal Code test)
Visum et Repertum
16
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya
Kesimpulan
Pada pasien yang dibawa oleh polisi dalam keadaan luka-luka memar dan
gaduh gelisah, dokter harus selalu menduga masalah medis fisik maupun psikiatri
pada diri pasien. Evaluasi menyeluruh dilakukan dengan pemeriksaan fisik yang
menyeluruh (termasuk pemeriksaan neurologi), wawancara psikiatri, pemeriksaan
status mental, dan pemeriksaan penunjang. Penanganan pun disesuaikan dengan
gejala dan kebutuhan pasien. Bila ada suatu permintaan dari pihak berwenang,
segala bentuk pemeriksaan dan penemuan harus dicantumkan dalam sebuah
catatan tertulis sebagai bukti untuk kepentingan peradilan, yang dinamakan Visum
et Repertum.
Daftar Pustaka
17
1. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.h.54-7.
2. Yosep,Iyus.(2010).Keperawatan Jiwa.Bandung:PT Refika Aditama.h.21-
3.
3. Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New
York: Lippincott Williams & Wilkins.h.67-8.
4. Stuart,GailW.(2006).BukuSakuKeperawatanJiwaedisi
5.Jakarta:EGC.h.10-4.
5. Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.h.24-7.
6. Davies,Teifiondan Craig.(2009).ABC Kesehatan
Mental.Jakarta:EGC.h.33-4.
7. Efendi J, Widodo IG, Lutfianingsih FF. kamus istilah hokum popular.
Jakarta: Prenadamedia group; 2016. H 437-8
8. Arsyadi. Fungsi dan kedudukan visum et repertum dalam perkara pidana.
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion. 2014; 2(2): 57-60
18