Anda di halaman 1dari 5

NAMA : WA ODE HESTY EKA PRAWIRA D.

STAMBUK : 4517042016

MATA KULIAH : PERENCANAAN KOTA

KETERKAITAN RTRW DAN RPJP

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR) mengamanatkan


bahwa semua tingkatan administrasi pemerintahan, mulai dari nasional, provinsi, kabupaten/kota
diwajibkan menyusun Rencana Tata Ruang (RTR). Hingga saat ini, sebagian besar Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) di daerah telah selesai disusun dan dilegalkan dalam bentuk Perda.
Oleh sebab itu, perlu menjadi perhatian bagaimana implementasi rencana tata ruang tersebut
melalui pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.Dalam rangka pemanfataan
ruang, terdapat dokumen rencana pembangunan yang juga menjadi acuan bagi pengguna ruang,
baik di Pusat maupun Daerah. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Lebih lanjut, masing-masing sektor
pembangunan, baik di Pusat maupun Daerah, wajib menyusun Rencana Strategis (Renstra) dan
Rencana Kerja (Renja).

Baik UU SPPN maupun UUPR menghendaki sebuah keintegrasian, yaitu agar dokumen
rencana tata ruang yang dibuat dapat selaras dengan dokumen rencana pembangunan. Lebih
khusus lagi, RPJP Nasional 2005-2025 mengamanatkan bahwa konsistensi pemanfaatan ruang
dapat dicapai dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan.
Pemerintah Pusat, melalui pendekatan pembangunan berbasis kewilayahan mulai pada RPJMN
2010-2014 telah mulai melakukan sinkronisasitersebut. Produk dari integrasi kedua dokumen
rencana tersebut adalah Buku III RPJMN 2010-2014 dan Buku III RPJMN 2015-2019; dan
setiap tahun dijabarkan di dalam RKP. Proses sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana
pembangunan di Daerah perlu juga dilakukan dengan mengacu pada proses yang terjadi di Pusat.

Output dari kegiatan perencanaan adalah dokumen perencanaan,namun hal yang tidak dapat
diabaikan adalah kualitas proses dalam mencapai dokumen tersebut. Menurut Conyers dan Hills
(1990:74) proses perencanaan digambarkan suatu siklus yang terdiri dari decision to adopt
planning, establish organizational framework, specify planning goal, formulate objective, collect
and analyse data, identify alternative, appraise alternative, sellect prefered alternative,
implement, monitor and evaluated.Terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan dalam
memahami dan mengimplementasikan proses perencanaan diantaranya(Pontoh dan Kustiawan,
2009:312):

a) Proses perencanaan dipandang sebagai sebuah siklis dari serangkaian tahapan yang
menjembatani penyusunan tujuan dan program sebagai implementasinya;
b) Sebagai satu kesatuan maka tiap tahapan tidak boleh terisolasi dari tahapan lainnya.
Implikasinya adalah setiap tahapan tidak hanya mempengaruhi tahapan terdekat sebelum dan
sesudahnya;
c) Tiap tahapan tidak selalu dilakukan secara sekuensial.

Berdasarkan Undang-Undang no. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, disebutkan bahwa
pengaturan penataan ruang dilakukan melalui penetapan ketentuan peraturan perundang-
undangan bidang penataan ruang termasuk pedoman bidang penataan ruang. Pelaksanaan
penataan ruang dibagi menjadi beberapa tahap, dengan tahap pertama berupa perencanaan tata
ruang.

Gambar 1 Diagram Hierarki Rencana Tata Ruang di Indonesia


Sumber: UU no. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus mengacu pada Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Nasional dan RTRW Provinsi, pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang
penataan ruang, serta rencana pembangunan jangka panjang daerah. Penyusunan rencana tata
ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan perkembangan permasalahan provinsi,
keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten, daya dukung serta daya tampung linngkungan
hidup, rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten, serta RTRW kabupaten yang berbatasan
dengan kabupaten tersebut. RTRW Kabupaten menjadi pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten


d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi

f. Penataan ruang kawasan strategis kabupaten.

Jangka waktu RTRW Kabupaten adalah dua puluh (20) tahun dan dapat ditinjau kembali satu (1)
kali dalam lima (5) tahun. Apabila dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan
dengan bencana alam berskala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan
dan/atau perubahan batas teritorial negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah kabupaten yang
ditetapkan dengan undang-undang, rencana tata ruang wilayah kabupaten ditinjau kembali lebih
dari satu (1) kali dalam lima (5) tahun.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, perencanaan pembangunan di Indonesia dibagi menjadi rencana pembangunan jangka
panjang, rencana pembangunan jangka menengah dan rencana kerja pemerintah. Implikasi dari
peraturan tersebut, di setiap Kabupaten/Kota wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, mengatur bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten disusun dengan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Provinsi dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN).
Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan
pembangunan daerah di daerahnya. Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah
tersebut, Kepala Daerah dibantu oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda). Selanjutnya, pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyelenggarakan
perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Gubernur
menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi perencanaan pembangunan
antar Kabupaten/Kota di wilayahnya masing-masing. Seperti halnya dalam perencanaan
pembangunan nasional, perencanaan pembangunan di tingkat daerah meliputi:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah.
Penyusunan RPJP Daerah dilakukan melalui urutan sebagai berikut:
1) Penyiapan rancangan awal RPJP Daerah
2) Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) Jangka Panjang Daerah
3) Penyusunan rancangan akhir RPJP Daerah
Penyusunan rencana pembangunan daerah dapat berupa RPJPD untuk jangka waktu 20 (dua
puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPJP
nasional dan RPJPD Provinsi, berpedoman pada RTRW kabupaten/kota serta memperhatikan
RPJPD dan RTRW kabupaten/kota lainnya. Hal ini sesuai dengan amanat Pasal 23 ayat (2)
Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah dan RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran
dari visi, misi, dan program kepala daerah dan memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan
kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif dari kepala daerah dan wakil kepala
daerah terpilih yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah dan RTRW daerah dengan
memperhatikan RPJM Nasional, RPJMD Provinsi Jawa Timur, RPJMD Kabupaten Bangkalan
Tahun 2013-2018, serta RPJMD dan RTRW Kabupaten Bangkalan.

Gambar 2 Diagram Hubungan Dokumen Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan

Penyusunan RPJMD memperhatikan dan mempertimbangkan struktur dan pola penataan ruang
yang sesuai dengan RTRW Kota sebagai dasar untuk menetapkan lokasi program pembangunan
yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang dalam suatu daerah, Secara substansi, hubungan
RPJMD kota dengan RTRW Propinsi dan Kota, RPJMD kota berpedoman pada subtansi tujuan
penataan ruang wilayah dan rencana penetapan struktur ruang wilayah yang didalamnya memuat
rencana pengembangan perwilayahan dan pembangunan jaringan infrastruktur kota, serta
rencana pola ruang wilayah yang memuat penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya
serta pelibatan masyarakat dalam penataan ruang kota.
Dalam menyusun RPJMD, selain berpedoman pada RTRW daerah sendiri, juga perlu
memperhatikan RTRW daerah lain agar tercipta sinkronisasi dan sinergi pembangunan jangka
menengah daerah antarprovinsi/antarkabupaten/kota serta keterpaduan struktur dan pola ruang
dengan provinsi dan kabupaten/kota lainnya, terutama yang berdekatan atau yang ditetapkan
sebagai satu kesatuan wilayah pembangunan provinsi dan kabupaten/kota dan atau yang
memiliki hubungan keterkaitan atau pengaruh dalam pelaksanaan pembangunan daerah.

Gambar 3 Tujuan Integrasi Rencana Sektoral, Rencana Pembangunan, dan Rencana Tata Ruang

Anda mungkin juga menyukai