Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BEDAH DIGESTIF

Disusun oleh :
Teresia Maharani Paramita
22010118220106

Pembimbing :
Prof. Dr. dr. Ignatius Riwanto, Sp.B-KBD

KEPANITERAAN SENIOR ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
GROUP B

Kasus :

Anda sebagai seorang dokter umum jaga di RS Kabupaten, dimana ada seorang dokter
bedah umum di RS tersebut. Pada suatu jaga anda kedatangan seorang laki- laki, sudah 12
tahun timbul benjolan skrotum kanan, biasanya keluar masuk 1 bulan ini tidak bisa masuk, 5
hari ini perut kembung, mual dan muntah, tidak bisa berak dan kentut. 10 tahun yang lalu
apendektomi dengan PA Apendisitis akuta perforata. Klinis: TD 80/60, nadi 120/menit, akral
dingin, turgor kurang, mata cekung, sudah 1 hari ini tidak kencing. Abdomen meteoristik,
bekas operasi transversal perut kanan bawah, gambaran dan gerakan usus (+), benjolan
skrotum lebih besar dari kepala bayi, nyeri tekan (-), tidak bisa dimasukkan. RT kolaps.
Laboratorium menunjukkan Hb 18 Gr %; Ht 51; Lekosit 8.000; pH darah 7,35; Ureum 90;
Creatinin 3,5; Natrium 135; Kalium 2,7; Chorida 96; HCO3 27.

Usia = 80 tahun
BB = 60 kg

Tugas :

1. Diagnosis dan butir-butir dasar diagnosisnya


2. Persiapan pra-bedah
3. Informed consent kepada pasien termasuk informasi prinsip operasi
4. Usulan pengelolaan pasca bedah
5. Daftar pustaka acuan

Jawaban :

1. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang. Butir-butir dasar diagnosis pada kasus ini yaitu
a) Anamnesis (anamnesis dilakukan sacara autoanamnesis dengan pasien saat pasien
datang)
 Keluhan Utama : Benjolan pada skrotum kanan pasien
 Riwayat Penyakit Sekarang
 Lokasi : Skrotum kanan pasien
 Onset : Sejak 12 tahun yang lalu
 Kronologis :
Sudah sejak 12 tahun yang lalu pasien mengeluh timbul benjolan pada
skrotum kanan, biasanya benjolan tersebut bisa keluar masuk, namun 1
bulan ini benjolan tidak bisa masuk. Sudah 5 hari ini pasien mengeluh
perut kembung, mual dan muntah, tidak bisa berak dan kentut. Pasien
memiliki riwayat operasi apendektomi dengan PA Apendisitis akuta
perforata 10 tahun yang lalu.
 Kualitas : Benjolan tersebut tidak bisa keluar masuk.
 Kuantitas : Benjolan pada skrotum kanan berukuran
kurang lebih sebesar kepala bayi.
 Faktor memperberat : (tidak terdapat data)
 Faktor memperingan : (tidak terdapat data)
 Gejala penyerta : Perut kembung, mual dan muntah, tidak bisa
berak dan kentut.
 Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat operasi apendektomi dengan PA
Apendisitis akuta perforata 10 tahun yang lalu.
 Riwayat Penyakit Keluarga : (tidak terdapat data)
 Riwayat Sosial Ekonomi : (tidak terdapat data)
b) Pemeriksaan Fisik
 Tanda Vital : TD 80/60, nadi 120/menit
 Mata : Mata cekung (+/+)
 Kulit : Turgor kurang
 Thorax : (tidak terdapat data)
 Abdomen
 I : Meteoristik, bekas operasi transversal perut
kanan bawah, gambaran dan gerakan usus (+)
 Au, Pe, Pa : (tidak terdapat data)
 Ekstremitas : Akral dingin (+/+)/(+/+)
 Rectal touche : Kolaps (+)
 Status lokalis
 I : Benjolan sebesar kepala bayi
 Pa : Benjolan tidak dapat dimasukkan,
nyeri tekan (-)
c) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


Hb 18 gr% 12-16 gr% H
Ht 51% 40-54%
Leukosit 8.000/mm3 4.000-11.000/mm3
pH darah 7,35 7,35 – 7,45
Ureum 90 mg/dl 13-39 mg/dl H
Kreatinin 3,5 mg/dl 0,6-1,3 mg/dl H
Natrium 135 mmol/L 136-145 mmol/L
Kalium 2,7 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L L
Chlorida 96 mmol/L 98-107 mmol/L
HCO3 27 18-23 H

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat


diketahui bahwa diagnosis kerja dari pasien yaitu Hernia skrotalis dekstra
inkarserata permagna dengan dehidrasi berat. Hal ini dikarenakan pada pasien
terdapat adanya benjolan pada skrotum kanan dengan ukuran sebesar kepala bayi,
benjolan tidak bisa masuk dan terdapat perut kembung, mual, muntah, tidak bisa berak
dan kentut, abdomen meteoristik, dan RT kolaps yang menandakan adanya ileus
obstruktif. Pada pasien juga terdapat tanda-tanda dehidrasi berat yaitu sudah 1 hari
tidak kencing, mata cekung, turgor kurang, dan akral dingin.

2. Persiapan Pra-Bedah
a. Memberikan O2 dengan masker sebesar 6 liter/menit.
b. Memasang IV line untuk rehidrasi dan untuk memasukkan obat.
c. Monitoring tanda-tanda vital pasien.
d. Memasang kateter urin untuk monitoring output cairan.
e. Memasang NGT untuk dekompresi tekanan intralumen usus.
f. Mengatasi dehidrasi berat
 Rehidrasi cairan (BB = 60 kg, usia 80 tahun)
Defisit cairan = 8% x TBW
= 8% x 60.000
= 4800
= 4,8 L

Defisit elektrolit
Na = 120 mEq x 4,8
= 576 mEq
Cl = 100 mEq x 4,8
= 480 mEq
K = 10 mEq x 4,8
= 48 mEq
HCO3 = 30 mEq x 4,8
= 144 mEq

 Maintanance cairan dan elektrolit (BB = 60 kg, usia 80 tahun)


Cairan = 35 cc/kgBB/hari
= 35 x 60
= 2100 cc / 24 jam
Na = 1-2 mEq/kgBB /hari
= 1-2 mEq x 60
= 60 – 120 mEq / 24 jam
Cl = 1-2 mEq/kgBB /hari
= 1-2 mEq x 60
= 60 – 120 mEq / 24 jam
K = 1 mEq/kgBB /hari
= 1 mEq x 60
= 60 mEq / 24 jam

 Kebutuhan dalam 24 jam


Cairan = 4800 cc + 2100 cc
= 6900 cc
Na = (576 mEq + 60 mEq) - (576 mEq + 120 mEq)
= 636 – 696 mEq
Cl = (480 mEq + 60 mEq) - (480 mEq + 120 mEq)
= 540 – 600 mEq
K = 48 mEq + 60 mEq
= 108 mEq
HCO3 = 144 mEq

 Pemberian Cairan
6 jam pertama = 50% x 6900 cc = 3450 cc
18 jam berikutnya = 50% x 6900 cc = 3450 cc

 Pemberian
Defisit :

Cairan Na Cl K Laktat mOsm


4800 cc 576 480 mEq 48 mEq
mEq
RL 4800 624 523,2 19,2 132 1315,2
KCl 28,8 28,8 28,8
Total 4828,8 624 552 48 132 1315,2

Maintanance

Cairan Na Cl K Kalori mOsm


2100 cc 60 mEq 60 mEq 60 mEq
NaCl
500 77 77 154
0,9%
D5% 1600 320
KCl 60 60 60
Total 2160 77 137 60 320 154
Cairan Defisit + Maintanance

Cairan 6 jam I 18 jam berikutnya


RL 2400 cc 2400 cc
NaCl 0,9 % 250 cc 250 cc
D5% 800 cc 800 cc
KCl 44,4 cc 44,4 cc
Total 3494,4 cc 3494,4 cc

3. Informed Consent kepada Pasien dan Keluarga


a. Menjelaskan keadaan pasien saat ini yaitu bahwa dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan, pasien menderita hernia skrotalis dekstra inkarserata permagna
dengan dehidrasi berat. Dimana hernia skrotalis dekstra inkarserata permagna yaitu
terjadi usus yang turun dan menonjol melalui lubang di daerah lipat paha. Penyebab
dari turunya usus dapat bermacam-macam salah satunya karena tingginya tekanan
pada rongga perut karena sering mengangkat beban berat atau kelemahan otot
dinding perut. Kelemahan otot dinding perut juga bisa merupakan salah satu akibat
dari operasi yang pernah dijalani pasien. Operasi appendiktomi dapat menyebabkan
rusaknya saraf di daerah lipat paha sehingga otot dinding peut mengalami
kelemahan. Sementara itu gangguan pencernaan yang dialami pasien yang berupa
perut kembung, mual, muntah, tidak dapat BAB / kentut diakibatkan karena usus
yang turun terjepit. Kemudian menjelaskan juga pasien mengalami kehilangan
cairan yang berat, hal ini ditandai dengan mata cekung, tidak bisa BAK, dan cubitan
kulit punggung tangan yang kembali lambat.
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa keadaan ini termasuk salah satu
kegawatan oleh karena itu perlu dilakukan pemberian cairan dan operasi untuk
mengembalikan usus ke rongga perut. Namun sebelum operasi pasien harus dalam
keadaan stabil, maka perlu pemberian cairan dan obat-obatan.
c. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur operasi yang akan
dilakukan. Pasien ini akan dilakukan 2 tahap operasi, dimana pada tahap pertama
dilakukan pembukaan dinding perut dan pemotongan dari cincin hernia untuk
melepas jepitan dari usus sehingga pasien tidak kembung lagi dan bisa BAB /
kentut. Kemudian setelah penderita lebih stabil, dilakukan operasi tahap 2. Pada
tahap 2 ini usus dikembalikan ke dalam rongga perut dan dinding perut dipererat
dengan cara mengikat kantong hernia serta dilakukan pemasangan mesh yaitu
seperti lembaran kain untuk membantu menutup dan menguatkan dinding dari
saluran lipat paha.
d. Menjelaskan risiko dan komplikasi operasi seperti perdarahan, infeksi, trauma pada
usus dan sekitarnya, hingga risiko yang paling berat yaitu kematian. Namun risiko
dan komplikasi tersebut dapat dihindari dengan prosedur yang sesuai.

4. Pengelolaan Pasca Bedah (perawatan luka, antibiotika, nutrisi, edukasi)


a. Perawatan luka
 Mencegah luka operasi terkena air pada 24 jam setelah operasi.
 Mengganti perban setiap 1-2 hari sekali atau bila perban basah / kotor.
 Mengedukasi keluarga pasien cara melakukan perawatan luka dan
mengganti perban yaitu
1) Lepas semua perhiasan di jari dan tangan selama mengganti perban.
2) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum dan setelah
mengganti perban, serta menggunakan sarung tangan saat mengganti
perban.
3) Melepas perban dengan sebelumnya dapat membasahi perban dengan air
bersih sebelum dibuka supaya memberikan rasa nyaman saat perban
ditarik.
4) Setelah perban dibuka, membersihkan luka operasi dan kulit di sekitar
luka dengan kain kasa yang telah direndam dalam cairan infus NaCl.
Usap secara perlahan dan lembut.
5) Mengeringkan luka dengan kain kasa atau kain lembut yang bersih dan
kering.

b. Antibiotika = Cefotaxim 1 g/ 12 jam IV dalam 5 hari

c. Nutrisi, Cairan, dan Elektrolit


Cairan = 35 cc/kgBB/hari
= 35 x 60
= 2100 cc / 24 jam
Elektrolit :
Na = 1-2 mEq/kgBB /hari
= 1-2 mEq x 60
= 60 – 120 mEq / 24 jam
Cl = 1-2 mEq/kgBB /hari
= 1-2 mEq x 60
= 60 – 120 mEq / 24 jam
K = 1 mEq/kgBB /hari
= 1 mEq x 60
= 60 mEq / 24 jam

Pemberian nutrisi post operasi pada pasien usia 80 tahun dengan BB 60 kg


Kalori = 30 kcal/kgBB/hari = 30 x 60 = 1800 kcal/hari
Protein = 1,2 – 2 g/kgBB/hari = (1,2 x 60) – (2 x 60) = 72 – 120 kcal/hari

Pemberian nutrisi pada hari I, II, dan III

Hari Presentase Pemberian Kalori Protein


I 50% 900 kcal 50 kcal
II 75% 1350 kcal 75 kcal
III 100% 1800 kcal 100 kcal

Hari I

Cairan Kalori Protein Na Cl K Osm


2100 900 50 60 – 120 60 – 120 60
cc kcal kcal mEq mEq mEq
Aminovel 600 1000 400 50 35 38 25 2290
Triparen 2 500 584 29 36,5 22,5 1889
KCL 12,5 12,5 12,5
D5% 600 120 667,2
Total 2112,5 1104 50 64 87 60 4846,2
Nutrisi diberikan melalui vena perifer.

Hari II

Cairan Kalori Protein Na Cl K Osm


2100 1350 75 60 – 120 60 – 120 60
cc kcal kcal mEq mEq mEq
Aminovel 600 1000 400 50 35 38 25 2290
Triparen 1 1000 932 5 15 50 2916
KENMG3 400 160 20 20 8 556
Amiparen 250 25 0,5 455,5
Total 2650 1492 75 60,5 73 83 6217,5
Nutrisi diberikan melalui vena perifer.

Hari III

Cairan Kalori Protein Na Cl K Osm


2100 1800 100 60 – 120 60 – 120 60
cc kcal kcal mEq mEq mEq
Aminovel 600 1000 400 50 35 38 25 2290
Triparen 1 1000 932 5 15 50 2916
KENMG3 400 160 20 20 8 556
Amiparen 500 50 1 911
IVELIP 20% 250 450
Total 3150 1942 100 61 73 83 6673
Nutrisi diberikan melalui vena perifer.

d. Edukasi
 Mengedukasi pasien agar tidak mengangkat barang berat, melakukan
aktivitas berlebih, atau mengejan terlalu kuat agar tidak meningkatkan
tekanan di dalam rongga perut yang bisa menyebabkan lepasnya jahitan di
perut.
 Mengedukasi pasien agar setelah bisa memperoleh makanan per oral untuk
mengonsumsi makan-makanan berprotein untuk membantu mempercepat
penyembuhan luka.
 Mengedukasi pasien untuk mengonsumsi makanan yang berserat agar tidak
sembelit, sehingga pasien tidak perlu mengejan saat BAB.
 Mengedukasi pasien agar rutin kontrol kembali ke dokter.
 Mengedukasi pasien bila benjolan muncul kembali, untuk segera kontrol ke
rumah sakit.

5. Daftar Pustaka Acuan


a. Riwanto I. Bahan Kuliah Hernia Abdominalis dan Problem Cairan Elektrolit dan
Nutrisi pada Kasus Bedah. Sub Bagian Ilmu Bedah Digestif. Bagian Ilmu Bedah
FK Undip. Semarang.
b. Syamsuhidayat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai