Anda di halaman 1dari 30

PENGUKURAN KINERJA DI PEMERINTAH : TEORI DAN APLIKASI DAN

PENETAPAN HARGA BARANG DAN JASA PUBLIK DI INDONESIA


(PERBANDINGANNYA DENGAN SEKTOR BISNIS)

Makalah

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Studi Akuntansi Sektor Publik

DosenPembimbing :

Farah Nisa Ul Albab, SE.,M.Sc

Ditulisoleh

Kelompok 8:

Rahmawati (1702015126)

Dinda Larasati (1702015141)

Indri Budiati (1702015155)

Shafira Kania Utami (1702015170)

SEMESTER 6/ 6-D

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.Besar harapan penulis agar
makalah ini dapat memberikan masukan untuk menambah wawasan serta memberikan
manfaat yang berguna untuk semua pihak dan penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis.Walaupun demikian penulis
telah berusaha dengan segala daya upaya agar penulisan makalah ini dapat selesai dengan
baik. Kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Jakarta, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengukuran Kinerja dan Fungsi Pengendalian Manajemen Organisasi
Publik ..................................................................................................... 3
2.2. Kesesuaian Desain Pengukuran Kinerja Dengan Desain Sistem
Pengendalian Manajemen ...................................................................... 5
2.3. Konsep Value for Money Pada Pengukuran Kinerja ............................. 8
2.4. Pengukuran Ekonomi ............................................................................. 8
2.5. Pengukuran Efisiensi .............................................................................. 8
2.6. Pengukuran Efektivitas .......................................................................... 9
2.7. Konsep Dasar : Input, Output, dan Outcome ......................................... 10
2.8. Konsep Best Value ................................................................................. 11
2.9. Implementasi Pengukuran Kinerja di Perusahaan .................................. 12
3.0. Manajemen Pelayanan Publik dan Manajemen Pelayanan
Swasta/Bisnis ......................................................................................... 13
3.1. Penentuan Harga Pelayanan Publik ........................................................ 17
3.2. Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual ..................................................... 19
3.3. Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Sektor Swasta ............................... 21
3.4. Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Publik ........................................... 22

BAB III PENUTUPAN


3.1. Kesimpulan.............................................................................................. 24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Semua organisasi baik swasta maupun sektor publik pasti memiliki tujuan yang ingin
dicapai. Untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, setiap organisasi memiliki strategi yang
berbeda-beda. Pemilihan dan penentuan strategi yang akan diterapkan tergantung pada
kondisi internal dan eksternal yang dimiliki dan dihadapi oleh organisasi. Agar dan
dilaksanakan, strategi organisasi harus dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan.Untuk
menjamin bahwa program dan kegiatan yang telah ditetapkan terscbut dilaksanakan dengan
baik dan sesuai dengan tujuan organisasi, maka diperlukan sistem pengendalian manajemen.

Sistem pengendalian manajemen sektor public berfokus pada bagaimana strategi dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo,
2009). Efisiensi dan efektivitas organisasi telah menjadi obsesi dari hamper semua ilmu
pendekatan manajemen, baik pendekatan ilmu manajemen klasik maupun pendekatan
manajemen ilmiah. Perkembangan berbagai teori manajemen menunjukkan bahwa
menciptakan organisasi yang efektif dan efisien bukan pekerjaan yang mudah dan sederhana,
melainkan sangat rumit dan multi dimensional (Mahmudi, 2007). Oleh karena itu, menyusun
sistem pengendalian manajemen yang dapat menciptakan organisasi berjalan efektif dan
efisien juga cukup rumit. Untuk itu, sistem pengendalian manajemen harus didukung dengan
perangkat lain, yaitu struktur organisasi yang sesuai dengan tipe pengendalian manajemen
yang digunakan, manajemen sumber daya manusia, dan lingkungan yang mendukung
(Mardiasmo, 2009).

Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang dapat dinikmati oleh publik tanpa harus
mengeluarkan biaya. Dengan kata lain, barang/jasa publik adalah fasilitas yang diberikan
oleh pemerintah untuk publik/masyarakat secara umum tanpa masyarakat tersebut
mengeluarkan biaya untuk dapat menikmatinya. Jasa publik disediakan secara seragam
kepada seluruh pengguna diseluruh daerah dan seluruh masyarakat dapat memanfaatkan jasa
ini. Namun demikian, bukan berarti bahwa penyedian jasa publik ini tanpa menimbulkan
biaya. Sebuah proses publik digunakan dalam menentukan jumlah yang harus disediakan dan
distribusi biaya kepada para individu. Pemerintah terlihat dalam penyediaan barang dan jasa
publik karena kegagalan mmekanisme pasar.

1
Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber, yaitu
pajak dan pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik
(Mardiasmo, 2009). Tentu saja dalam penentuan harga pelayanan publik ini yang namanya
pemerintah memiliki andil yang sangat besar. Dengan adanya keterlibatan pemerintah
diharapkan dalam penentuan harga barang publik, adalah ingin meningkatkan baik effisiensi
alokas sumber daya maupun keadilan dalam distribusi pendapatan.
Pemerintah akan terlibat dalam penyediaan barang pribadi untuk memproteksi
masyarakat dari penipuan, kepastian tersedianya jasa, maupun keseragaman kualitas jasa.
Semua keterlibatan pemerintah ini ditunjukkan untuk mencapai penentuan harga yang efisien.
Tujuan kebijakan harga oleh mencakup tindakan-tindakan yang perlu agar pasar bekerja lebih
baik, termasuk memperbaiki arus informasi atau mengurangi unsur-unsur monopoli dan
batasan-batasan dalam masukknya perusahaan-perusahaan baru dalam pasar.
Atas uraian fenomena tersebut maka ditulis suatu makalah dengan judul “PENGUKURAN
KINERJA DI PEMERINTAH : TEORI DAN APLIKASI DAN PENETAPAN
HARGA BARANG DAN JASA PUBLIK DI INDONESIA (PERBANDINGANNYA
DENGAN SEKTOR BISNIS)” untuk membahas lebih lanjut tentang fenomena ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran Kinerja dan Fungsi PengendalianManajemenOrganisasiPublik


Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa setiap organisasi memerlukan pengendalian
manàjemen untuk mencapai tujuannya. Pengendalian manajemen sudah melekat dengan
keberadaan organisasi. Artinya, fungsi pengendalian manajemen dalam suatu organisasi ada
sejak organisasi tersebut berdiri dan akan tetap ada seiring dengan keberlangsungan
organisasi.
Mahmudi (2007) membagifungsi pengendalian menjadi dua jenis, yaitu pengendalian
formal dan informal. Pengendalian formal dilakukan melalui saluran komunikasi formal
berupa aktivitas-aktivitas resmi organisasi yang bersifat rutin, seperti perumusan strategi,
perencanaan strategis, penganggaran, operasionalisasi anggaran, dan evaluasi kinerja.
Pengendalian informal dilakukan melalui jalur komunikasi informal seperti komunikasi
langsung, pertemuan informal, diskusi, memo, observasikelapangan, jamuan atau disebut
juga melalui metode management by walking around. Desain sistem pengendalian
manajemen yang baik adalah desain yang mampu menyelaraskan antara pengendalian
manajemen formal dan informal. Dalam organisasi pemerintahan, biasanya lebih
menggunakan pengendalian formal. Namun demikian, semenjak adanya konsep New Public
Management, pendekatan pengendalian manajemen organisasi sektor publik, terutama
pemerintahan, menjadi lebih fleksibel, yaitu kombinasi antara pengendalian formal dan
informal. Dalam bidang akuntansi, F. W. Taylor mengembangkan konsep pengendalian
dalam akuntansi manajemen. Pengendalian dalam akuntansi manajemen terkait dengan
pengendalian biaya dan pengendalian anggaran yang dikendalikan
melałuipusatpertanggungjawabanakuntansi.Melainkan, pengendaliandapatdilakukan melalui
pengendalian aktivitas. Dari konsep ini munculahkonsep activity-based costing, activity-
based budgeting, dan activity-based management. Konsep dan filosofi pengendalian
aktivitas tidak hanya relevan diterapkan untuk organisasi bisnis, akan tetapi juga dapat
diadopsi pada organisasi sektor publik (Mahmudi, 00). Contoh penerapan dari pengendalian
aktivitas pada organisasi sektor publik adalah diterapkannya penganggaran berbasis kinerja
(performance-based budgeting) pada pemerintah daerah. Pelaksanaan anggaran berbasis
kinerja dimulai sejak dikeluarkannya Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Pengukuran
kinerja ini sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam
3
menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekadar kemampuan
menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, tetapi meliputi kemampuan
menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan
efektif (konsep value for money). Artinya, bahwa setiap rupiah yang dibelanjakan
pemerintah harus berdampak terhadap kepentingan dan kebutuhan publik sesuai dengan
tuntutan publik, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

Mahmudi (2007: 14) mengidentifikasi tujuan dilakukannya pengukuran kinerja pada


organisasi sektor publik, yaitu:

a. mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi;


b. menyediakan sarana pembelajaran bagi pegawai;
c. memperbaiki kinerja untuk periode berikutnya;
d. memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian
reward dan punishment;
e. memotivasi pegawai;
f. menciptakan akuntabilitas publik.
Sedangkan manfaat disusunnya pengukuran kinerja bagi organisasi pemerintahan adalah
(Mardiasmo, 2009: 122):
a. memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
manajemen;
b. memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan;
c. untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya
dengan target kinerja serta melakukan tindakan korcktifuntukmemperbaikikinerja;
d. sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and
punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan
sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati;
e. sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki
kinerja organisasi;
f. membantu mengidentifikasi apakah kepuasanpelanggansudahterpenuhi;
g. membantumemahami proses kegiataninstansi pemerintah; dan
h. memastikan bahwa pengambilan keputusandilakukansecaraobjektif.
Berdasarkan tujuan dan manfaat di atas, pengukuran kinerja sektor publik dilakukan
untuk memenuhi tiga maksud, adalah sebagai berikut (Mardiasmo, 2009: 121).

4
1. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki
kineria pemerintah, maksudnya adalah untuk membantu pemerintah berfokus pada
tujuan dan sasaran program unit kerja. Akibatnya, hal ini dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan pelayanan publik.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan.
3. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan akuntabilitas publik
dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

2.2 Kesesuaian Desain Pengukuran Kinerja Dengan Desain Sistem Pengendalian


Manajemen
Pengukuran kinerja merupakan alat bagi manajemen untuk menilai keberhasilan
organisasi. Dalam organisasi sektor publik, keberhasilan organisasi dinilai dari kemampuan
organisasi dalam menyediakan pelayanan publik yang murah dan berkualitas. Apabila
organisasi sektor publik tersebut mampu menyediakan pelayanan publik yang murah dan
berkualitas, maka organisasi tersebut akan memperoleh kepercayaan dan dukungan publik.
Kepercayaan dan dukungan publik ini penting bagi organisasi sektor publik, karena mereka
akan mempertanggungjawabkan kepada publik atas penggunaan dana yang diperolehnya
dari publik. Mengukur keberhasilan organisasi sektor publik tidaklah mudah seperti
mengukur keberhasilan pada organisasi bisnis. Terdapat beberapa hal yang perlu dijawab
untuk mengetahui keberhasilan suatu organisasi sektor publik, yaitu sebagai berikut
(Mahmudi, 2007: 13).
1. Apa yang sebenarnya akan diukur?
2. Skala atau ukuran apa yang akan digunakan?
3. Berapa toleransi kesalahan yang akan diterima?
4. Siapa yang akan mengukur?
Untuk siapa informasi kinerja tersebut dan apa yang akan
merekalakukandenganlaporanhasilkinerjatersebut?
Untukmenjawabpertanyaan-pertanyaantersebut, diperlukan koherensi, keterpaduan dan
keterkaitan antar-elemen sistem pengendalian manajemen dan kcsesuaian antara proe
pengendalian manajemen dan struktur pengendalian manajemen. Desain sistem
pengendalian yang efektif harus mempertimbangkan beberapa faktor.

5
Sudrajat (2007) menyebutkan faktor faktor yang perlu menjadi pertimbangan dalam
menyusun sistem pengendalian manajemen yang nantinya juga akan meinengaruhi dalam
menyusun sistem pengukuran kinerja, yaitu sebagai berikut.
1. Desain sistem pengendalian tergantung pada karakteristik lingkungan yang dihadapi.
Dalam konteks organisasi sektor publik, yang memiliki karakteristik lingkungan dengan
ketidakpastian lingkungan yang tinggi, sasaran organisasi yang samar, dan banyaknya
variasi kepentingan dari berbagai pihak (Untoro, 2010), menjadikan pendekatan
kontinjensi sangat relevan digunakan untuk menyusun sistem pengukuran kinerja.
2. Paradigma, merupakan peta yang menggambarkan kondisi lingkungan yang dihadapi
oleh suatu organisasi. Paradigma akan memengaruhi cara anggota di dalam organisasi
untuk bersikap dan bertindak. Berdasarkan suatu paradigma tertentu, suatu sistem
dirancang sehingga dapat mengorganisasi berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan
sistem, untuk itu paradigma yang dianut oleh anggota organisasi juga akan menjadi
pertimbangan dalam menyusun sistem pengukuran kinerja.
3. Sistem terdiri atas dua bagian, yaitu proses dan struktur. Untuk menciptakan organisasi
yang memilikikinerja tinggi diperlukan sistem manajemen kinerja yang terintegras
dengan sistem pengendalian manajemen (Mahmudi, 2007), pada proses pengendalian
manajemen maupun pada struktur pengendalian manajemen. Integrasi sistem manajemen
kinerja dengan kedua bentuk pengendalian manajemen pada organisasi sektor publik
akan dijelaskan pada Gambar 9.1.
4. Keahlian manajerial (managerial skill). Keahlian atau kompetensi diperlukan un
menjalar.kan sistem yang telah dirancang, Meskipun, sistem telah disusun dengan baik
namun jika anggota di dalam organisasi tersebut banyak yang tidak berkompeten untuk
melaksanakannya, maka sistem tersebut tidak bisa berjalan.

6
Integrasi sistem manajemen kinerja dengan proses pengendalian manajemen dapat
digambarkan

PerumusanStrategi

RencanaStrategis:
PerencanaanStrategis
-sasaranstrategis

-indikatorkinerja
Umpanbalik&tind
akankoreksi
Penyusunan Program

PenyusunanAnggaran

Implementasi PengukuranKinerja

Pengawasan (Monitoring)

PencapaianHasildanPeng
PelaporanKinerja
gunaan dana

EvaluasiKerja HasilPenilaianKinerja

Peranansistemmanajemenkinerja tampak pada tahap perencanaan strategis,


implementasi, dan evaluasi kinerja. Tolok ukur kinerja pada program dan pelaksanaan
anggaran harus sesuai dengan rancangan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan pada
rencana strategis, yang merupakan penjabaran dari visi, misi, tujuan, dan strategi organisasi

7
pada tahap perencanaan strategis. Rencana strategi berisi tentang sasaran strategis yang akan
dicapai oleh organisasi, hasil (outcome) dan indikator kinerja, inisiatif strategis serta target
kinerja. Pada tahap implementasi, organisasi melakukan pengukuran kinerja untuk
mengetahui tingkat pencapaian strategi dalam mencapai tujuan organisasi. Ukuran kincrja
pada tahap implementasi harus mengacu pada ukuran kinerja yang ditetapkan pada tahap
perencanaan strategis agar tidak terjadi penyimpangan dan ketidakadılan dalam memberikan
penilaian terhadap kinerja manajer.

2.3 Konsep Value for Money Pada Pengukuran Kinerja


Konsep value for money merupakan konsep untuk mengukur ekonomi, efektivitas,
das efisiensi kinerja program, kegiatan dan organisasi. Konsep valu: for money (VFM)
adalah konsep yang penting dalam organisasi scktor publik sehingga sering kali disebut
dengan inri dari pengukuran kinerja sektor publik. VFM juga mengandung arti sebagai
penghargaan terhadap nilai uang. Hal ini berarti setiap rupiah harus dihargai secara layak
dan digunakan sebagaimana mestinya (Mahmudi, 2007). Selain konsep VFM, terdapat juga
pendekatan yang lebih baru dalam manajemen kinerja sektor publik yaitu konsep best
practice atau bert value yang merupakan perluasan dari konsep VFM.

2.4 Pengukuran Ekonomi


Ekonomiadalahhubunganantara pasar dan masukan (cost of input). Dengan kata lain,
ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas tertentu
pada harga terbaik yang dimungkinkan (Mardiasmo, 2009). Mahmudi (2007) mengartikan
ekonomi sebagai perbandingan antara input sekunder (bahan baku, personel, dan
infrastruktur) dengan input primer (kas). Pada pengukuran ekonomi berhubungan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut (Mardiasmo, 2009: 133).

a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi?

b. Apakah biaya organisasi lebih besar dari biaya organisasi lain yang sejenis yang

dapatdiperbandingkan?

c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya keuangannya secara optimal?

2.5 Pengukuran Efisiensi


Efisiensimerupakanhalpenting dari ketiga pokok bahasan value for money.
Efisiensidiukurdenganrasioantara output dengan input. Semakin besar output dibanding

8
input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi (Mardiasmo, 2009). Ukuran
efisiensi mengukur biaya atas output (cost of output). Ukuran efisiensi mengukur seberapa
baik organisasi mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk menghasilkan
output (Mahmudi, 2007).

Dalampengukurankinerja value for money, efisiensi dapatdibagimenjadidua:

(a) efisiensialokasi (efisiensi 1) dan

(b) efisiensi teknis atau manajerial (efisiensi 2).

Efisiensialokasiterkaitdengan kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya input pada


tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis (manajerial) terkait dengan kemampuan
mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output tertentu. Pengertian efisiensi
berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Perbaikan terhadap efisiensi dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain (Mardiasmo, 2009: 134):

1. meningkatkan output pada tingkat input yang sama;

2. meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan
input;

3. menurunkan input pada tingkat output yang sama; dan

4. menurunkan input pada tingkat proporsi yang lebih besar daripadaproporsipeningkatan


output.

Indikatorefisiensimenggambarkanhubungan antara masukan sumber daya oleh suatu unit


organisasi (misalnya: staf, upah, biaya administratif) dan keluaran yang dihasilkan indikaror
tersebut memberikan informasi tentang konversi masukan menjadi keluaran (yaitu efisiensi
dari proses internal). Dalam implementasinya, untuk mengukur efisiensi organisasi sektor
publik dapat menggunakan teknik tertentu, seperti data envelopment analysis (DEA). DEA
adalah sebuah teknik yang didasarkan pada pemrograman linear yang membantu analis untuk
mengukur dan memperbaiki kinerja dari sebuah agen, program, layanan, atau "keputusan
unit" lainnya dengan memperkenankan mereka untuk menentukan efisiensi relatifnya
(Gianakisdan McCue, 1999).

9
2.6 Pengukuran Efektivitas
Efektivitasadalahukuranberhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya.
Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi terscbut telah berjalan
dengan efektif. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah
mencapai kegiatan yang telah ditetapkan. Pengukuran efektivitas mengukur hasil akhir dari
suatu pelayanan dikaitkan dengan outputnya (cost of outcome).
Indikatorefektivitasmenggambarkanjangkauan akibat dan dampak (outcome) dari
keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program. Semakin kontribusi output
yang dihasilkan berperan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka
semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi. Pengukuran efektivitas bisa dilakukan
hanya dengan mengukur outcome. Suatu pelayanan mungkin dilakukan secara efisien,
namun belum tentu efektif jika pelayanan tersebut tidak menambah nilai bagi pelanggan.
Oleh karena itu, indikator efisiensi dan efektivitas harus digunakan secara bersama-sama.
Jika suatu program dinyatakan efektif dan efisien, maka program tersebut dapat dikatakan
cost-effectiveness.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa ketiga pokok bahasan dalam value for money
sangat terkait satu dengan yang lainnya. Ekonomi membahas mengenai masukan (input),
efisiensi membahasmengenaimasukan (input), dankeluaran (output), dan efektivitas
membahas mengenai output dan dampak (outcome).
2.7 Konsep Dasar : input, output, dan outcome

Istilah “ukurankinerja” pada dasarnya berbeda dengan istilah “indicator


kinerja”.Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sedangkan
indicator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang
sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.

Mahmudi (2007:89) menyebutkan bahwa indikator kinerja yang akan dikembangkan


hendaknya memiliki karakteristik, yaitu:

1. Sederhana dan mudah dipahami;


2. Dapat diukur;
3. Dapat dikuantifikasi;
4. Dikaitkan dengan standard atau target kinerja;
5. Berfokus pada pelayanan pelanggan, kualitas, danefisiensi;
6. Dikaji secara teratur

Sedangkan, dalam organisasi pemerintah indicator kinerja memiliki peran, antara lain
(Mardiasno, 2009: 128):

10
a. Untuk membantu memperjelastujuanorganisasi;
b. Untukmengevaluasi target akhir(final outcome)yang dihasilkan;
c. Sebagaimasukanuntukmenentukanskemainsentifmanajerial;
d. Memungkinkanbagipemakaijasalayananpemerintahuntukmelakukanpilihan;
e. Untukmenunjukan standard kinerja;
f. Untukmenunjukaneffektifitas;
g. Untukmembantumenentukanaktivitas yang memilikiefektifitasbiaya paling
baikuntukmencapai target sasaran; dan
h. Untuk menunjukan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk
dilakukan penghematan biaya.

Selainitu, untuk menentukan indicator kinerja perlu mempertimbangkan komponen


sebagaiberikut (Mahmudi, 2007: 90; Mardiasmo, 2009: 125).

1. Biayapelayanan;
2. Tingkat penggunaan;
3. Kualitasdan standard pelayanan;
4. Cakupanpelayanan;
5. Kepuasan.

Indikator Input

Input adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam suatu proses tertentu
untuk menghasilkan output. Input dibagi menjadi dua, yaitu input primer dan input skunder.
Pengukuran input adalah pengukuran sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu proses dalam
rangka menghasilkan output.

Indikator Output

Output adalah hasil langsung dari suatu proses. Pengukuran output adalah pengukuran
pengeluaran yang dihasilkan dari proses. Sudrajat (2007: 197) menyatakan bahwa
pengukuran output harus memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Ditujukan kebidang kinerja sesungguhnya,


2. Tepat sasaran,
3. Tepat waktu,
4. Objektif

Contoh output yang kuantitatif keuangan adalah jumlah PAD yang berhasil diperoleh oleh
bagian pendapatan pada DPPKAD, sedangkan contoh output yang kuantitatif non keuangan
adalah jumlah lulusan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi pada periode tertentu, dan
sebagainya.

Indikator Outcome

Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan kepada masyarakat. Outcome lebih
tinggi nilainya dari pada output. Pengukuran outcome adalah pengukuran dampak social atau

11
aktivitas. Pengukuran outcome tidak dapat dilakukan sebelum hasil yang diharapkan dari
suatu program atau kegiatan di tetapkan, dan pengukuran outcome tidak dapat dilakukan
sebelum suatu program atau kegiatan tersebut selesai dilakukan atau telah mencapai tahap
tertentu.

2.8 Konsep Best Value


Konsep best value merupakan perluasan dari konsep VFM (Mahmudi, 2007). Konsep
best value merupakan suatu konsep yang mewajibkan unit kerja pemerintah pemberi
layanan public untuk memberikan pelayanan terbaik (best value).
Unit kerja yang termasuk kategori unit kerja best value harus focus memberikan
perbaikan pelayanan secara terus-menerus dengan cara mengombinasikan prinsipe konomi,
efesien, dan efektif dalam pelayanan, serta harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.
Unit kerja best value bukan merupakan unit kerja yang menjalankan fungsi pendapatan.
Karakteristik utama konsep best value adalah penetapan serangkaian indikator kinerja
untuk mengukur kinerja unit kerja pemberi layanan yang merupakan unit kerja best value.
Indicator kerja yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi adalah indicator outcome
(hasil), sedangkan indikator input dan output digunakan untuk menilai level kegiatan.
2.9 Implementasi Pengukuran Kinerja di Pemerintahan

Mahmudi (2007) menyatakan bahwa manajemen kinerja yang terintegrasi (integrated


performance management) terdiri atas dua bagian utama, yaitu perencanaan kinerja dan
pengukuran kinerja. Perencanaan kinerja terdiri atas empat tahap, yaitu:

1. Penentuanvisi, misi, dantujuan (goal), sertastrategi;


2. Penerjemahanvisi, misi, dantujuan, sertastrategikedalam:
a. Sasaranstrategis;
b. Inisiatifstrategis;
c. Indicator kinerja;
d. Target kinerja
3. Penyusunan program;
4. Penyusunananggaran.

Sementaraitu, pengukuran kinerja value for money dibangun atas tiga komponen utama,
yaitu:

1. Komponenvisi, misi, sasaran, dan target;


2. Komponen input, proses, output, danoutcome;
3. Komponen pengukuran ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Menurut PP Nomor 58 tahun 2005 pasal 38 ayat 2 menyatakan bahwa penyusunan


anggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indicator
kinerja, analisis standard belanja (ASB), standard satuanharga, dan standard pelayanan

12
minimal (SPM). Diantara komponen-komponen anggaran berbasis kinerja (ABK) tersebut,
indicator kinerja, ASB dan SPM merupakan instrument anggaran yang terpenting.

Rentra dihasilkan melalui kombinasi dua pendekatan, yaitu pendekatan top down dan
bottom up. Renstra yang dihasilkan dari pendekatan top down merupakan inisiatif dari
pemerintah yang merupakan jabaran dari visi dan misi kepala daerah. Sedangkan, renstra
yang berasal dari pendekatan bottom up merupakan hasil dari penjaringan aspirasi
masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk pelayanan publik. SPM merupakan pelayanan
dasar yang diselenggarakan pemerintah secara tepat syarat hingga menghasilkan mutu
tertentu. Hal ini berarti bahwa SPM disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat, dan
pemerintah wajib berusaha bagaimana memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, termasuk
cara membiayainya.

Rencana kerja yang memuat program dan kegiatan sebagai penjabaran dari visi, misi,
tujuan, dan strategi pemerintah/ pemerintah daerah disebut dengan rencana kerja pemerintah
(RKP)/ rencana kerja pemerintah daerah (RKPD).Sedangkan, rencana kerja yang berisi
kegiatan, tolok ukur kinerja, jenis indicator, target kinerja, sasaran kegiatan, dan usulan
anggaran disebut dengan rencana kerja anggaran (RKA). RKA merupakan dokumen yang
mengaitkan pengukuran kinerja value for money melalui indicator input, output dan
outcome dengan nilai usulan anggaran (belanja, pendapatan, danpembiayaan).

Struktur RKA terdiriatas 3 bagian utama, yaitu pada bagian pertama berisi program
dan kegiatan beserta lokasinya serta prakiraan anggaran saat ini (tahun n) dan prakiraan
anggaran maju (tahun n+1) berdasarkan rencana strategis yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah. Bagian kedua merupakan bentuk pengukuran kinerja VFM yang berisi
indicator dan tolok ukur kinerja dari program dan kegiatan yang terkait.Untuk menilai
kewajaran atas beban kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan diperlukan ASB dan standard
satuan harga.

ASB juga dapat digunakan sebagai data pembanding yang bermanfaat untuk nilai
efesiensi dan efektivitas ABK. Suatu program atau kegiatan dikatakan semakin efesien jika
untuk mencapai output tertentu diperlukan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan
data dasar (benchmark) atau dengan biaya tertentu akan diperoleh output yang lebih besar
dibandingkan data dasar dan sebaliknya.

13
3.0 MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DAN MANAJEMEN PELAYANAN
SWASTA/BISNIS.

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ( Meneg PAN ) Nomor 63/
KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang –undang. Fungi pelayanan publik adalah salah satu fungsi fundamental yang harus
diemban pemerntah di tingkat pusat maupun daerah. Fungsi ini juga diemban oleh
BUMN/BUMD dalam memberikan dan menyediakan layanan jasa dan/ atau barang publik.
Dalam konsep pelayanan dikenal dua jenis pelaku pelayanan, yaitu penyedia layanan dan
penerima layanan. Menurut Barata (2003) penyedia layanan atau service provider adalah
pihak yang dapat memberikan suatau layanan tertentu kepada konsumen, beruapa layanan
dalambentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods) maupun jasa-jasa
(service).penerima layanan adalah pelanggan (consumer) yang menerima layanan dari
penyedia layanan.

Adapun berdasarkan status keterlibatannya dengan pihak yang melayani terdapat 2


(dua) golongan pelanggan yaitu :

1) Pelanggan internal adalah orang-orang yang terlibat dalam proses penyediaan jasa
atau proses produksi barang, sejak dari perncanaan, pencitraan jasa atau pembuatan
barang sampai dengan pemasaran barang, penjualan dan pengadministrasiannya.
2) Pelanggan eksternal adalah semua orang yang berada diluar organisasi yang
menerima layanan penyerahan barang.

Pada prinsipnya pelayanan publik berbeda dengan pelayanan swasta. Namun demikian
terdapat persamaan di antara keduanya, yaitu:

a) Keduanya berusaha memenuhi harapan pelanggan dan mendapakan kepercayaannya.


b) Kepercayaan pelanggan adalah jaminan atas kelangsungan hidup organisasi.

Karakteristik khusus dari pelayanan publik yang membedakannya dari pelayanan swasta
adalah sebagai berikut :

14
a) Sebagian besar layanan pemerintah berupa jasa, barang tak nyata, misalnya perizinan,
sertifikat, peraturan, informasi keamanan, kerertiban, kebersihan, transportasi dan
sebagainya.
b) Selalu terkait dengan jenis pelayanan-pelayanan yang lain, dan membentuk sebuah
jalinan sistem pelayanan yang berskala regional atau bahkan nasional
c) Pelanggan internal cukup menonjol, sebagai akibat dari tatanan organisasi pemerintah
yang cenderung birokratis. Dalam dunia pelayanan berlaku prinsip utamakan
pelanggan eksternal lebih dari pelanggan internal, namaun situasi nyata dalam hal
hubungan antar lembaga pemerintah sering memojokkan petugas pelayanan agar
mendahulukan pelanggan internal.
d) Efesiensi dan efektifitas pelayanan akan meningkat seiring dengan peningkatan mutu
pelayanan, semakin tinggi mutu pelayanan bagi masyarakat semaki tinggi pula peran
serta masyarakat dalam kegiatan pelayanan.
e) Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tidak langsung yang
sangat berpengaruh kepada upaya-upaya pengembangan pelayanan.
f) Tujuan akhir dari pelayanan publik adalah terciptanya tatatan kehidupan masyarkat
yang berdaya untuk mengurus persoalannya masing-masing.

Savas (1987) mengelompokkan jenis-jenis barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat
dan individu ke dalam 4 ( empat ) kelompok berdasarkan konsep exclusion dan comsumtion
dalam hal pengelolaan penyedia pelayanan publik. Cirri dari exclusion akan melekat pada
barang/jasa jika pengguan potensinya dapat ditolak menggunakannya. Kecuali jika yang
bersangkutan dapat dipindah tangankan apabila terjadi kesepakatan antara pembeli dan
pemasok. Sedangkan dari segi consumption adalah barang konsumsi merupakan barang atau
jasa yang dapat diperguanakan secara bersama-sama atau kolektif oleh banyak oaring tanpa
ada pengurangan kualitas maupaun kuantitasnya.

exclusion Konsumsi individual Konsumsi kolektif


Mudah mencegah orang lain Barang privat Barang semi publik
untuk ikut menikmati
Sulit mencegah orang lain Barang semi privat Barang publik
untuk ikut menikmati
1. Barang Privat

15
Barang adan jasa jenis ini dikonsumsi secara individual dan tidak dapat diperoleh oleh si
pemakai tanpa persetujuan pemasoknya. Bentuk persetujuannya bisa dilakukan dengan
penetapan dan negosiasi harga tertentu.serta transaksi pembelian. Contoh makana, pakaian

2. Barang semi privat

Barang dan jasa jenis ini dikonsumsi secara individual, namun sulit mencegah siapa pun
untuk memperolehnya meskipun mereka tidak mau membayar, atau biasa disebut jugan
dengan barang semi privat. Contoh, pembelian radio ketika dinyalakan, si pemilik tidak dapat
mencegah orang lain untuk tidak ikut mendengarkan.

3. Barang semi publik

Barang dan jasa jenis ini umumnya digunakan secara bersama-sama namun si pengguna
harus membayar dan merekea yang tidak dapat/ mau membayar dapat dengan mudah dicegah
dari kemungkinan menikmati abarang tersbut. Semakin sulit atau mahal mencegah seorang
konsumen potensial dari pemamfaatan toll goods semakin serupabarang tersebut dengan ciri
barang publik. Contoh jalan told an jembatan timbang.

4. Barang publik

Barang dan jasa ini umunya digunakan secara bersama-sama dan tidak mungkin mencegah
siapa pun untuk menggunakannya, sehingga masyarakat ( pengguna ) pada umumnya tidak
bersedia membayar berapa pun tanpa dipaksa untuk memperoleh barang misalnya jalan raya
dan taman.

Dari keempat pengelompokan barang tersebut penyediaan jenis barang privat dan
semi privat dapat murni dilakukan oleh swasta.sedangkan penyediaan barang semi publik
dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta. Khusus untuk penyediaan jenis barang
publik haruslah oleh pemerintah.

Dalam keputusan Menpan nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang pedoman umum


penyelenggaraan pelayanan publik, pengelompokan pelayanan publik secara garis besar
adalah :

a. Pelayanan administrative
b. Pelayanan barang
c. Pelayanan jasa

16
Pelayanan publik identik dengan representasi dari ekseistensi birokrasi pemerintahan, karena
berkenaan langsung dengan salah satu fungsi pemerintah, yaiu memberikan pelyanan. Oleh
karenanya sebuah kualitas pelayanan publik merupakan cerminan dari sebuah kualitas
birokrasi pemerintah. Selain itu dalam paper-nya yang berjudul Management in the Publik
Domain,Stewart & Ranson (1998) secara umum menggambarkan perbedaan manajemen
pelayanan pada sektor swasta.

1) Sektor swasta lebih mendasarkan pada pilihan individu dalam pasar. Organisasi di
sektor swasta dituntut untuk dapat memenuhi selera dan pilihan individual untuk
memenuhi keputusan tiap-tiap individu pelanggan. Keadaan seperti itu berbeda
dengan yang terjadi disektor publik. Sektor publik tidak mendasarkan pada pilihan
individual dalam pasar tetapi pilihan kolektif dalam pemerintahan. Organisasi
sektor publik mendasarkan pada tuntutan masyarakat yang sifatnya kolektif
(masa).
2) Karakteristik sektor swasta adalah di pengaruhi hukum permintaan dan penawaran
( supply and demand ). Permintaan dan penawaran tersebut akan berdampak pada
harga suatu produk barang atau jasa. Sementara itu, penggerak sektor publik
adalah karena kebutuhan sumber daya. Adanya kebutuhan masyarakat terhadap
sumber daya, seperti air bersih, listrik, keamanan, kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya menjadi alasan utama bagi sektor publik untuk menyediakannya.
3) Manajemen di sektor swasta bersifat tertutup terhadap akses publik, sedangkan
sekor publik bersifat terbuka untuk masyarakat terutama yang terkait dengan
manajemen pelayanan. Dalam organisasi sektor publik, informasi harus diberikan
kepada publik seluas mungkin untuk meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas
publik sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima seluruh masyarakat
secara menyeluruh. Sementara itu disektor swasta informasi yang disampaikan
kepada publik relative terbatas.
4) Sektor swasta berorientasi pada keadilan pasar ( equity of market ). Keadilan
pasar berarti adanya kesempatan yang sama untuk masuk pasar. Sektor swasta
berkepentingan untuk menghilangkan hambatan dalam memasuki pasar. Keadilan
pasar akan terjadi apabila terdapat kompetisi yang adil dalam pasar sempurna,
yaitu dengan tidak adanya monopoli dan monopsoni.
5) Tujuan manajemen pelayanan sektor swasta adalah untuk mencari kepuasan
pelanggan, sedangkan sektor publik bertujuan untuk menciptakan keadilan dan

17
kesejahteraan sosial. Sektor publik dihadapkan pada permasalahan keadilan
distribusi, kesejahteraan sosial, sedangkan sektor swasta tidak dibebani tanggung
jawab untuk melakukan keadilan distributive seperti itu.
6) Organisasi sektor swasta memiliki konsepsi bahwa pelanggan adalah raja.
Pelanggan merupakan penguasa tinggi. Sementara itu, dalam organisasi sektor
publik kekuasaan tertinggi adalah masyarakat.
7) Persaingan dalam sektor swasta merupakan instrument pasar, sedangkan dalam
sektor publik yang merupakan instrument pemerintahan adalah tindakan kolektif.
Keadaan inilah yang menyebabkan sektor publik tidak bisa menjadi murni pasar
akan tetapi bersifat setengah pasar.

Kekuatan sektor swasta adalah kekuatan pasar, sehingga kekuatan pasar yang akan
memaksa orang membeli atau keluar dari pasar. Sektor swasta bisa membebankan harga yang
berbeda untuk pelanggan yang berbeda dan hal ini tidaka akan mengundang protes berupa
demonstrasi.

3.1 PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK

Dalam penentuan kebijakan penetapan harga barang dan jasa publik, ternyata tidak
terlepas dari proses politik. Karena pemerintah memiliki andil yang besar dalam
penentuannya, proses politik diperlukan dalam menentukan :

a) Berapa jumlah barang publik yang harus disediakan ; dan


b) Bagaimana implikasinya terhadap distribusi biaya yang akan menjadi
tanggung jawab para individu.

Dalam penentuan harga pelayanan publik pemerintah perlu turun tangan untuk
menjamin bahwa manfaat eksternal juga perlu dipertimbangkan. Faktor eksternal yang
dimaksud adalah faktor-faktor yang berada diluar lingkungan perusahaan/lembaga
pemerintah pelayanan publik yang dapat mempengaruhi perubahan kebijakan harga barang
atau jasa publik, contohnya kondisi pasar,ekonomi, politik dan lain-lain.

Dalam menentukan harga pelayanan publik, pemerintah mempertimbangkan beberapa


tujuan terkait dengan penyediaan barang atau jasa. Tujuan tersebut antara lain :

a) Dapat dijual dengan harga pasar


b) Dijual dengan tingkat harga tertentu yang berbeda dengan harga pasar;

18
c) Diberikan secara gratis kepada para konsumennya.

Masing-masing keputusan akan mempunyai konsekuensi. Sebagai contoh, meskipun


keputusan memberikan secara gratis kepada masyarakat akan memaksimalkan penggunaan
barang atau jasa oleh masyarakat. Cara ini menmbulkan biaya yang sangat tinggi yang harus
ditanggung oleh pemerintah. Dengan kata lain, contoh tersebut menggambarkan kondisi yang
tidak efisien bagi penyediaan barang dan jasa oleh pemerintah.

Keputusan penentuan harga oleh pemerintah ditunjukan untuk memperbaiki alokasi


sumber daya ekonomi pada sektor publik. Dalam perekonomian, tingkat harga merupakan
suatu tanda tingginya nilai yang merupakan kesediaan konsumen untuk membayar atas
barang yang dihasilkan oleh produsen, sekaligus tingginya biaya untuk menghasilkan barang
tersebut oleh produsen.

Ketidakefisienan atau pemborosan akan terjadi apabiala dipandang dari ilmu ekonomi
yaitu konsumen menilai barang atau jasa yang disediakan oleh pemerintah terlalu mudah
diperoleh. Contoh yang digunakan adalah penyediaan publik utilities oleh pemerintah seperti
air minum dan listrik. Pemerintah tidak diharapakan untuk memperoleh keuntungan dari
penyediaan barang yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak itu, sehingga pemerintah dapat
menetapkan harga tertinggi. Pemerintah hanya menutup biaya totalnya yang mengakibatkan
perusahaan-perusahaan pemerintah penyediaan barang utilitas publik akan tetap berjalan
tanpa mengalami kerugian.

Akan tetapi, situasi penyediaan utilitas publik tersebut diatas tidak berlaku untuk
seluruh barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah. Perusahaan yang mengelola utilitas
publik yang harus menjual produksinya tanpa memperoleh keuntungan sama sekali akan
menghadapi permasalahan dalam jumlah tertentu. Pemerintah akan menetapkan jumlah
keuntungan maksimal, kemudian konsumen akan membayar jumlah diatas nilai yang
ditetapkan sebelumnya pada saat zero profit. Pada konsumen tidak terlalu dibebankan tingkat
harga yang terlalu tinggi, tetapi produsen masih dapat melakukan perluasan usaha untuk
menambah investasinya.

Penentuan harga dengan metode inilah yang harus dipertimbankan dalam


pengambilan keputusan penyediaan barang publik oleh pemerintah. Kajian-kajian harus
dilakukan utuk memperoleh kebijakan yang tepat sasaran, artinya perusahaan penghasil
utilitas publik diwajibkan membatasi keuntungan yang harus diperoleh oleh perusahaan-

19
perusahaan tersebut, mengingat tugas pemerintah dalam pnyediaan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat.

3.2 PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL


Dalam Mardiasmo (2009) disebutkan bahwa pemerintah dapat dibenarkan menarik
tarif untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui
perusahaan milik pemerintah. Disebutkan pula beberapa pelayanan publik yang dapat
dibebankan tarif pelayanannya yaitu:
 Penyediaan air bersih
 Transportasi publik
 Jasa pos dan telekomunikasi
 Energy dan listrik
 Perumahan rakyat
 Fasilitas reaksi atau pariwisata
 Pendidikan
 Jalan tol
 Irigasi
 Jasa pemadam kebakaran
 Pelayanan kesehatan
 Pengolahan sampah atau limbah

Dalam membebankan tarif pelayanan publik Mardiasmo (2009) juga menyatakan beberapa
alasannya, seperti:

1. Adanya barang privat versus barang publik


Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang mamfaat barang atau
jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh pembelinya, sedangkan yang tidak
mengonsumsi tidak dapat menikmati barang dan jasa tersebut. Contoh : makanan,
minuman, listrik, telpon dan sebagainya.
Barang publik adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang mamfaat barang dan
jasa tersebut dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama.

Hal yang menjadi masalah adalah bagaimana membedakan barang publik dengan
barang privat, ini dikarenakan hal berikut :

20
 Batasan barang publik dengan barang privat sulit ditentukan
 Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang atau jasa publik, tetapi dalam
penggunaannya tidak dapat dihindari keterlibatannya beberapa elemen
pembebanan langsung, seperti pelayanan medis, tarif obat, tarif air.
 Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada
membebankan pajak karena pembebanan tariff lebih mudah pengumpulannya
Dalam penyediaan barang publik, yang perlu diperhatikan adalah :
 Identifikasi barang atau jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat
 Siapa yang berkompeten untuk menyediakan kebutuhan publik tersebut
 Dapatkah penyediaan pelayanan publik tertentu diserahkan kepada sektor swasta
dan pihak ketiga
 Pelayanan publik apa saja yang tidak harus dilakukan pemerintah tapi dapat di
tangai oleh swasta.

2. Efesiensi ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan banyaknya barang dan jasa yang mereka ingin
konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasikan sumber
daya melalui :
 Pendistribusian permintaan;
 Pemberian Insentif untuk menghindari pemborosan;
 Pemberian insentif kepada pemasok berkaitan dengan skala produksi
 Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan meningkatkan
persediaan jasa.

3. Prinsip keuntungan

Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan langsung kepada
masyarakat yang menerima jasa tersebut dianggap “wajar” bila berdasarkan prinsip
bahwa yang tidak menikmati mamfaat tidak perlu membayar. Jadi pembebanan hanya
dikenakan kepada masyarakat atau mereka yang di untungkan kepada pelayanan
tersebut.

21
3.3 DASAR PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN SEKTOR SWASTA

Perusahaan dalam menetapkan harga suatu produk atau jasa, ada dua faktor yang harus
dipertimbangkan yaitu :

a) Faktor Internal perusahaan meliputi :


1) Tujuan pemasaran perusahaan
Faktor utama yang menetukan dalam penetapan harga adalah tujuan
pemasaran perusahaan.
2) Strategi bauran pemasaran
Harga adalah salah satu komponan bauran pemasaran.oleh karena itu, harga
perlu di koordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran
lainnya ; yaitu produk, distribusi, dan promosi.
3) Biaya
Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus
ditetapkan perusahaan agar tidak mengalami kerugian.
b) Faktor eksternal perusahaan meliputi :
1) Sifat pasar dan permintaan;
Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dn permintaan yang
dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan
monopoli, maupun oligopoly.
2) Persaingan;
Kebebasan perusahaaan dalam menentukan harga itu bergantung pada jenis
pasar yang berbeda-beda. Berdasarkan bentuk persaingannya, empat jenis
pasar antara lain ;
 Pasar persaingan murni (pure competition)
 Pasar persaingan Monopoli ( Monopolistic competition )
 Pasar Persainagan oligopoly ( Oligopolistic competition )
 Pasar Monopoli Murni ( Pure Monopoly)

22
3.4 DASAR PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN PUBLIK

Penyediaan barang publik memiliki tujuannya dalam menciptakan penggunaan sumber daya
secara efisien, menambah penapatan, dan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat pada
segmentasi yang berbeda.

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, instansi milik pemerintah apakah BUMD
dan BUMN akan memberikan tariff pelayanan publik yang diwujudkan dalam bentuk
retribusi, pajak dan pembebanan tarif jasa langsung kepada masyarakat sebagai konsumen
jasa publik.

Kesulitan dalam penentuan tarif pelayanan kepada mengingat terdapat kesulitan


dalam membedakan barang publik dengan barang privat, dikarenakan adanya kesulitan dalam
menentukan batasan antara kedua barang tersebut. Adanya pebebanan secara langsung dalam
penggunaan barang/jasa publik, dan kecendrungan membebankan tariff pelayanan langsung
daripada membebankannya pada pajak yang dibayarkan secara berkala. Kesulitan berikutnya
adalah terdpa tanggapan bahwa dlam suatu siste ekonomi campuran, barang privat lebih baik
disediakan oleh pihak swasta da barang publik diberikan secara kolektif oleh pemerintah
yang dibayai oleh pajak.

Dalam strategi harga terdapat beberapa alternatif untuk menentukan harga yaitu:

1) Two-part tariffs : banyak kepentingan publik (seperti listrik) dipungut dengan two-
part tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur
dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
2) Peak-load tariffs : pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang
disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak yang harus menggambarkan higher
marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum).
3) Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total
untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas
pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan publik
untuk membayar.
4) Harga diatas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga diatas
marginal cost, seperti tarif parker mobil, adanya beberapa biaya perijinan atau licence
fee.

23
Penentuan tarif ini juga harus mempertimbangkan opportunity cost untuk staf,
perlengkapan, opportunity cost of capital, accounting price, untuk input ketika harga pasar
tidak menunjukkan value to siciety (opportunity cost).

Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat
mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat. Marginal
cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan harga di sektor publik.
Digunakan marginal cost pricing atau tidak, yang jelas harus ada kebijakan yang jelas
mengenai harga pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara akurat dan mampu
mengidentifikasi skala subsidi publik.

Berapa pun harga yang dibebankan kepada masyarakat harusnya juga merujuk pada
standar yang dibuat oleh organisasi sektor publik sebagi bentuk perbandingan pelayanan yang
dapat di ukur, untuk itu sektor publik harus segera merumuskan Standar Pelayanan Minimum
(SPM) yang menekankan pada pengelolanan sektor publik yang memiliki paradigma Value
for Money yang merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan
pada tiga elemen utama yaitu: Ekonomi, Efesiensi, dan Efektivitas.

Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam
satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat
meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang
boros dan tidak produktif. Efisiensi adalah pencapaian output yang maksimium dengan input
yang tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu dan
efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau
target yang telah ditetapkan (Efisiensi/tepat sasaran). Dalam penentuan standar pelayanan
minimum, sebagai feed-back pelayanan kepada masyarakat maka organisasi sektor publik
harus memperhatikan stakeholder sebagai orang yang berkentingan dengan keberadaan
perusahaan karenanya keterlibatan stakeholder dalam penyusunan tarif dan standar pelayanan
minimum sangat urgen seperti, masyarakat umum, akademisi dan para konsultan dan pihak
yang konsen dalam sektor publik.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengukuran kinerja sektor public bukan hanya bagaimana kemampuan uang public
dibelanjakan, tetapi dilihat juga dari segi ekonomis, efesiensi, dan efektivitas, dan tentunya
dari segi outcome. Untuk melakukan pengukuran kinerja dengan melihat variable kunci
kemudian dikembangkan pada unit kerja yang bersangkutan untuk dapat diketahui tingkat
pencapaian kinerja, dari sinilah dapat diketahui apakah kinerja suatu organisasi sudah sesuai
dengan apa yang direncanakan meliputi ekonomi, efesiensi, efektivitas dan lain-lain atau
tidak. Jika tidak tercapai maka dikatakan bahwa pengukuran kinerja suatu organisasi tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Tentunya kinerja bukanlah akhir dari segalanya tetapi ini
merupakan acuan atau segi pemerintah atas apa yang telah dilakukannya dalam
pengembangan organisasi (khususnya di sektor publik).

Dalam sektor publik mempunyai suatu dampak yang penting pada konsumen dan
perilaku. Harga juga mempunyai kemampuan untuk mencapai sejumlah pencapaian
lain.termasuk dalam penggunaan sumber daya efisien, peningkatan pendapatan dan
pemerataan pendpatan. Sering kali,harga diatur dlam cara-cara yang bertentangan dengan
sasaran hasil kebijakan publik, akan tetapi sering kali juga hal ini merupakan hasil suatu
pemahaman yang kurang mengenai peran harga dan keberadaan alternative mekanisme
penetapan harga.
Ketika menentukan harga untuk suatu fasilitas yang ada, adalah hal yang penting
untuk memahami bahwa ada banyak pilihan dalam penetapan harga dan tidak ada suatu
metode tunggal yang benar untuk tiap-tiap situasi. Pemamfaatan sumber daya efisien
tergantung pada penetapan biaya marginal, walaupun untuk kebanyakan barang publik, hal
ini mengarah pada pendapatan jangka pendek.

Memang disadari bahwa penetapan harga pada barang publik di tunjukan untuk
mengganti biaya penyediaan barang tersebut. Namun, juga harus di ingat bahwa penyediaan

25
barang publik pada awalnya memiliki tujuan tertentu. Tidak seperti barang swasta yang
secara pasti bertujuan untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin. Penyediaan barang
publik lebih mengarah pada pencapaian kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan-
tujuannya bisa berupa peningkatan pendapatan, pemerataan, ataupun mewujudkan
eksternalitas positif dari penyediaanya.

26
27

Anda mungkin juga menyukai