Anda di halaman 1dari 19

PENGUKURAN KINERJA DI

PEMERINTAH DAN
PENETAPAN HARGA
BARANG DAN JASA PUBLIK
Kelompok 4
DI INDONESIA
1. Alvi Rifkiya Nilawati
(1702015135)
2. Hanifah Khoirunnisa
(1702015167)
3. Adellia Miranti
(1702015175)
4. Ellya wijaya
(1702015183)
PENGUKURAN KINERJA DAN FUNGSI
PENGENDALIAN MANAJEMEN ORGANISASI
SEKTOR PUBLIK

BAB 9 SISTEM PENGKURAN KINERA SEKTOR PUBLIK ADALAH SUATU SISTEM YANG
BERTUJUAN UNTUK MEMBANTU MANAJER PUBLIK MENILAI CAPAIAN SUATU
STRATEGI MELALUI TOLOK UKUR KINERJA YANG DITERAPKAN.
1. MAHMUDI (2007: 14) MENGIDENTIFIKASI TUJUAN DILAKUKANNYA
PENGUKURAN KINERJA PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, YAITU:
 MENGETAHUI TINGKAT KETERCAPAIAN TUJUAN ORGANISASI
 MENYEDIAKAN SARANA PEMELAJARAN BAGI PEGAWAI
 MEMPERBAIKI KINERJA UNTUK PERIODE BERIKUTNYA
 MEMBERIKAN PERTIMBANGAN YANG SISTEMATIK DALAM PEMBUATAN
KEPUTUSAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT
 MEMOTIVASI PEGAWAI
 MENCIPTAKAN AKUNTABILITAS PUBLIK.
2. SEDANGKAN MANFAAT DISUSUNNYA PENGUKURAN KINERJA BAGI ORGANISASI PEMERINTAHAN
ADALAH (MARDIASMO, 2009:122)
a) MEMBERIKAN PEMAHAMAN MENGENAI UKURAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENILAI KINERJA
MANAJEMEN;
b) MEMBERIKAN ARAH UNTUK MENCAPAI TARGET KINERJA YANG TELAH DITETAPKAN;
c) UNTUK MEMONITOR DAN MENGEVALUASI PENCAPAIAN KINERJA DAN MEMBANDINGKANNYA
DENGAN TARGET KINERJA SERTA MELAKUKAN TINDAKAN KOREKTIF UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA;
d) SEBAGAI DASAR UNTUK MEMBERIKAN PENGHARGAAN DAN HUKUMAN;
e) SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI ANTAR BAWAHAN DAN PIMPINAN DALAM RANGKA MEMPERBAIKI
KINERJA OGANISASI;
f) MEMBANTU MENGIDENTIFIKASI APAKAH KEPUASAN PELANGGAN TERPENUHI;
g) MEMBANTU MEMAHAMI PROSES KEGIATAN INSTANSI PEMERINTAH; DAN
h) MEMASTIKAN BAHWA KEPUTUSAN DILAKUKAN SECARA OBJEKTIF
Berdasarkan tujuan dan manfaat di atas, pengukuran
kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga
maksud, adalah (Mardiasmo, 2009:121)

• Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk


membantu memperbaiki kinerja pemerintah,
• Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk
pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan,
• Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk
mewujudkan akuntabilitas publik dan memperbaiki
komunikasi kelembagaan.
KESESUAIAN DESAIN PENGUKURAN KINERJA DENGAN DESAIN SISTEM PENGENDALIAN
MANAJEMEN
PENGUKURAN KINERJA MERUPAKAN ALAT BAGI MANAJEMEN UNTUK MENILAI KEBERHASILAN ORGANISASI. DESAIN SISTEM
PENGENDALIAN YANG EFEKTIF HARUS MEMPERTIMBANGKAN BEBERAPA FAKTOR. FAKTOR-FAKTOR TERSEBUT MENURUT
SUDRAJAT (2007) YANG NANTINYA AKAN MEMPENGARUHI DALAM MENYUSUN SISTEM PENGUKURAN KINERJA, YAITU:
1. DESAIN SISTEM PENGENDALIAN TERGANTUNG PADA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG DIHADAPI. KARAKTERISTIK
LINGKUNGAN YANG DIHADAPI AKAN MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN MANAJEMEN YANG DIGUNAKAN.
OLEH KARENA ITU, PEMAHAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK LINGKUNGAN ORGANISASI MERUPAKAN DASAR UNTUK
MERANCANG SISTEM PENGENDALIAN YANG EFEKTIF. PENDEKATAN INI DINAMAKAN DENGAN PENDEKATAN KONDISIONAL
ATAU KONTINJENSI (CONTIGENCY APPROACH)
2. PARADIGMA, MERUPAKAN PETA YANG MENGGAMBARKAN KONDISI LINGKUNGAN YANG DIHADAPI OLEH SUATU
ORGANISASI. PARADIGMA AKAN MEMPENGARUHI CARA ANGGOTA DI DALAM ORGANISASI UNTUK BERSIKAP DAN
BERTINDAK
3. PROSES DAN STRUKTUR. PROSES TERKAIT DENGAN TAHAPAN YANG HARUS DILALUI, SEDANGKAN STRUKTUR TERKAIT
DENGAN KOMPONEN-KOMPONEN YANG BERKAITAN SATU DENGAN YANG LAINNYA SECARA BERSAMA-SAMA.
4. KEAHLIAN MANAJERIAL (MANAGERIAL SKILL). KEAHLIAN ATAU KOMPERTENSI DIPERLUKAN UNTUK MENJALANKAN SISTEM
YANG TELAH DIRANCANG.
Integrasi sistem manajemen kinerja dengan proses pengendalian manajemen dapat digambarkan
sebagai berikut (Mahmudi, 2007):

Perumusan Strategi
Rencana Strategis :
Perencanaan -sasaran strategis
Strategis
-indikator kinerja
-target
Penyusunan
Program

Umpan balik & Penyusunan


tindakan Anggaran
koreksi
Implementasi Pengukuran Kinerja

Pengawasan
(Monitoring)
Pencapaian Hasil dan
Pelaporan Kinerja Penggunaan Data

Evaluasi Kinerja
Hasil Penilaian Kinerja
KONSEP VALUE FOR MONEY PADA PENGUKURAN KINERJA
konsep value for money merupakan konsep untuk mengukur ekonomi, efektivitas, dan efisiensi kinerja program, kegiatan dan
organisasi.
• Pengukuran Ekonomi
mahmudi (2007) mengartikan ekonomi sebagai perbandingan antara input sekunder dengan input primer. dalam konteks organisasi
pemerintahan, ukuran ekonomi berupa anggaran yang dialokasikan untuk membiayai aktivitas tertentu. apabila sumber daya yang
dikeluarkan berada di bawah anggaran maka terjadi penghematan dan sebaliknya apabila di atas anggaran maka terjadi pemborosan.
• Pengukuran Efisiensi
efisiensi merupakan hal penting dari konsep vfm. efisiensi diukur dengan rasio antara ouput dengan input. semakin besar output
dibandingkan input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu orgnisasi (mardiasmo, 2009). ukuran efisiensi mengukur biaya atas
output (cost ofoutput). ukuran efisiensi mengukur seberapa baik organisasi mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya
untuk menghasilkan output (mahmudi, 2007)
• Pengukuran Efektivitas
efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. pengukuran efektivitas mengukur hasil akhir dari
suatu pelayanan dikaitkan dengan outputnya (cost if outcome). indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak
(outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program.
KONSEP DASAR: INPUT,OUTPUT, DAN OUTCOME
UNTUK MELAKUKAN PENGUKURAN KINERJA, ORGANISASI PERLU MENGIDENTIFIKASI VARIABEL KUNCI YANG NANTINYA AKAN
DIKEMBANGKAN MENJADI INDIKATOR KINERJA BAGI UNIT KERJA YANG BERSANGKUTAN. INDIKATOR KINERJA YANG
DIKEMBANGKAN MELIPUTI:
INDIKATOR INPUT
INPUT ADALAH SEMUA JENIS SUMBER DAYA MASUKAN YANG DIGUNAKAN DALAM SUATU PROSES TERTENTU UNTUK
MENGHASILKAN OUTPUT. PENGUKURAN INPUT ADALAH PENGUKURAN SUMBER DAYA YANG DIKONSUMSI OLEH SUATU PROSES
DALAM RANGKA MENGHASILKAN OUTPUT. PROSES TERSEBUT DAPAT BERBENTUK PROGRAM ATAU KEGIATAN. UKURAN INPUT
MENGINDIKASIKAN JUMLAH SUMBER DAYA YANG DIKONSUMSI OLEH SUATU PROGRAM, AKTIVITAS, DAN ORGANISASI.
INDIKATOR OUPUT
OUTPUT ADALAH HASIL LANGSUNG DARI SUATU PROSES. PENGUKURAN OUPUT ADALAH PENGUKURAN KELUARAN YANG
DIHASILKAN DARI PROSES. UKURAN OUTPUT MENUNJUKKAN HASIL IMPLEMENTASI PROGRAM ATAU AKIVITAS. SUDRAJAT
(2007: 197) MENYATAKAN BAHWA PENGUKURAN OUTPUT HARUS MEMILIKI KARAKTERITIK SEBAGAI BERIKUT:
1. DITUJUKAN KE BIDANG KINERJA SESUNGGUHNYA
2. TEPAT SASARAN
3. TEPAT WAKTU
4. OBJEKTIF
INDIKATOR OUTCOME

outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat.


outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil
tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat. outcome adalah hasil yang
dicapai dari suatu program atau kegiatan dibandingkan dengan hasil yang
diharapkan.
KONSEP BEST VALUE
Dalam konteks pemerintahan, konsep best value merupakan suatu konsep yang
mewajibkan unit kerja pemerintah memberi pelayanan publik untuk memberikan
pelayanan terbaik (best value). unit kerja harus fokus memberikan perbaikan
pelayanan secara terus-menerus dengan cara mengombinasikan prinsip ekonomi,
efiesien, dan efektif dalam pelayanan, serta harus tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat.
Pelayanan yang diberikan tidak didasarkan pada ketersediaan dana, melainkan
apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. karakteristik utama konsep best value
adalah penetapan serangkaian indikator kinerja untuk mengukur kinerja unit kerja
pemberi layanan yang merupakan unit kerja best value. indikator kerja ditetpkan
untuk menilai kinerja dan kesehatan organisasi secara keseluruhan.
IMPLEMENTASI PENGUKURAN KINERJA DI
PEMERINTAHAN

MAHMUDI (2007) MENYATAKAN BAHWA MANAJEMEN KINERJA YANG TERINTEGRASI (INTEGRATED


PERFORMANCE MANAGEMENT) TERDIRI ATAS DUA BAGIAN UTAMA, YAITU PERENCANAAN KINERJA DAN
PENGUKURAN KINERJA. PERENCANAAN KINERJA TERDIRI ATAS EMPAT TAHAP, YAITU:
1. PENENTUAN VISI, MISI DAN TUJUAN (GOAL) SERTA STRATEGI;
2. PENERJEMAHAN POIN (1) KE DALAM:
a) SASARAN STRATEGIS;
b) INISIATIF STRATEGIS;
c) INDIKATOR KINERJA;
d) TARGET KINERJA;
3. PENYUSUNAN PROGRAM;
4. PENYUSUNAN ANGGARAN.

SEMENTARA ITU, PENGUKURAN KINERJA VFM (VALUE FOR MONEY) DIBANGUN ATAS TIGA
KOMPONEN UTAMA, YAITU:
5. KOMPONEN VISI, MISI, SASARAN, DAN TARGET;
6. KOMPONEN INPUT, PROSES, OUTPUT, DAN OUTCOME;
7. KOMPONEN PENGUKURAN EKONOMI, EFISIENSI, DAN EFEKTIVITAS.
MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DAN MANAJEMEN
PELAYANAN SWASTA/BISNIS

BAB 10 MENURUT BRATA (2003) PENYEDIA LAYANAN ATAU SERVICE


PENERAPAN HARGA PROVIDER ADALAH PIHAK YANG DAPAT MEMBERIKAN SUATU
BARANG DAN JASA PUBLIK LAYANAN TERTENTU KEPADA KONSUMEN, BERUPA LAYANAN
DI INDONESIA DALAM BENTUK PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN BARANG
(PERBANDINGANNYA (GOODS) MAUPUN JASA-JASA (SERVICES).
DENGAN SEKTOR BISNIS) BERDASARKAN STATUS KETERLIBATANNYA DENGAN PIHAK
YANG MELAYANI TERDAPAT 2 (DUA) GOLONGAN PELANGGAN,
YAITU:
 PELANGGAN INTERNAL ADALAH ORANG-ORANG YANG
TERLIBAT DALAM PROSES PENYEDIAAN JASA ATAU PROSES
PRODUKSI BARANG, SEJAK DARI PERENCANAAN,
PENCITRAAN JASA ATAU PEMBUATAN BARANG.
 PELANGGAN EKSTERNAL ADALAH SEMUA ORANG YANG
BERADA DI LUAR ORGANISASI YANG MENERIMA LAYANAN
PENYERAHAN BARANG ATAU JASA
KARAKTERISTIK KHUSUS DARI PELAYANAN PUBLIK YANG MEMBEDAKANNYA DARI PELAYANAN SWASTA ADALAH
SEBAGAI BERIKUT:

• SEBAGAIAN BESAR LAYANAN PEMERINTAH BERUPA JASA, DAN BARANG TAK NYATA. MISALNYA PERIZINAN,
SERTIFIKAT, DSB
• SELALU TERKAIT DENGAN JENIS PELAYANAN-PELAYANAN YANG LAIN, DAN MEMBENTUK SEBUAH JALINAN
SISTEM PELAYANAN YANG BERSKALA REGIONAL, ATAU BAHKAN NASIONAL. CONTOHNYA DALAM HAL
PELAYANAN TRANSPORTASI
• PELANGGAN INTERNAL CUKUP MENONJOL, SEBAGAI AKIBAT DARI TATANAN ORGANISASI PEMERINTAH YANG
CENDERUNG BIROKRATIS. DALAM DUNIA PELAYANAN BERLAKU PRINSIP UTAMAKAN PELANGGAN EKSTERNAL
LEBIH DARI PELANGGAN INTERNAL. NAMUN SITUASI NYATA DALAM HAL HUBUNGAN ANTARLEMBAGA
PEMERINTAHAN SERING MEMOJOKKAN PETUGAS PELAYANAN AGAR MENDAHULUKAN PELANGGAN
INTERNAL.
• EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PELAYANAN. SEMAKIN TINGGI MUTU PELAYANAN BAGI MASYARAKAT, MAKA
SEMAKIN TINGGI PULA KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA PEMERINTAH. DENGAN DEMIKIAN AKAN
SEMAKIN TINGGI PULA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PELAYANAN.
• MASYARAKAT SECARA KESELURUHAN DIPERLAKUKAN SEBAGAI PELANGGAN TIDAK LANGSUNG, YANG
SANGAT BERPENGARUH KEPADA UPAYA-UPAYA PENGEMBANGAN PELAYANAN..
• TUJUAN AKHIR DARI PELAYANAN PUBLIK ADALAH TERCIPTANYA TATANAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG
BERDAYA UNTUK MENGURUS PERSOALANNYA MASING-MASING.
Pengelompokkan Barang dan Jasa
Berdasarkan Ciri dasar Exclusion dan Consumption
Exclusion Konsumsi Konsumsi Kolektif
Individual
Mudah mencegah orang lain untuk Barang privat Barang semi publik
menikmati
Sulit mencegah orang lain untuk Barang semi privat Barang publik
ikut menikmati

•Barang privat
Barang dan jasa jenis ini dikonsumsi secara individual dan tidak dapat diperoleh oleh si pemakai tanpa persetujuan pemasoknya. Bentuk
persetujuan biasanya dilakukan dengan penetapan dan negosiasi harga tertentu, serta transaksi pembelian. Contoh: makanan, pakaian.
•Barang semi privat
Barang dan jasa jenis ini dikonsumsi secara individual, namun sulit mencegah siapa pun untuk memperolehnya meskipun mereka tidak mau
membayar. Contoh dari pembelian radio ketika dinyalakan, si pemilik tidak dapat mencegah orang lain untuk tidak ikut mendengarkan.
•Barang semi publik
Barang dan jasa jenis ini umumnya digunakan secara bersama-sama, namun si pengguna harus membayar dan mereka yang tiak dapat/mau
membayar dapat dengan mudah dicegah dari kemungkinan menikmati barang tersebut. Semakin sulit atau mahal mencegah seseorang
konsumen pontesial dari pemanfaatan toll goods semakin serupa dengan barang semi publik. Misalnya jalan tol dan jembatan timbang.
•Barang publik
Barang dan jasa ini umumnya digunakan secara bersama-sama dan tidak mungkin mencegah siapa pun untuk menggunakannya, sehingga
masyarakat (pengguna) pada umumnya tidak bersedia membayar berapa pun tanpa dipaksa untuk memperoleh barang ini. Misalnya jalan
raya dan taman.
PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK

Dalam penentuan kebijakan penetapan harga barang dan jasa publik, ternyata tidak lepas dari proses
politik. Proses politik diperlukan dalam menentukan:
1. berapa jumlah barang publik yang harus disediakan
2. bagaimana implikasinya terhadap distribusi biaya yang akan menjadi tanggung jawab para
individu.
Dalam menentukan harga pelayanan publik, pemerintah mempertimbangkan beberapa tujuan terkait
dengan penyediaan barang atau jasanya. Tujuan tersebut antara lain.
1. Dapat dijual dengan harga pasar
2. Dijual dengan tingkat harga tertentu yang berbeda dengan harga pasar
3. Diberikan secara gratis kepada para konsumennya

Perusahaan sektor bisnis/swasta biasanya hanya akan mempertimbangkan manfaat pribadi dalam
menentukan berapa banyak barang yang harus disediakan sehingga kesempatan tersedianya barang
dipasar sangat kecil
PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL

• PENYEDIAAN AIR BERSIH

• TRANSPORTASI PUBLIK

• JASA POS DAN TELEKOMUNIKASI

• ENERGI DAN LISTRIK

• PERUMAHAN RAKYAT

• FASILITAS REKREASI ATAU PARIWISATA

• PENDIDIKAN

• JALAN TOL

• IRIGASI

• JASA PEMADAM KEBAKARAN

• PELAYANAN KESEHATAN

• PENGOLAHAN SAMPAH ATAU LIMBAH


Dalam membebankan tarif pelayanan publik mardiasmo (2009) menyatakan beberapa alasan :
1. Adanya Barang Privat Versus Barang Publik
2. Efesiensi Ekonomi
Mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasi sumber daya melalui:
• Pendistribusian permintaan
• Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan
• Pemberian insentif kepada pemasok
• Penyediaan sumber daya kepada supplier untu mepertahankan dan meningkatkan persediaan jasa
3. Prinsip Keuntungan
Pemerintah tidak boleh melakukan maksimalisasi keuntungan
DASAR PEMBELIAN TARIF PELAYANAN PUBLIK
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, instansi milik pemerintah apakah BUMD dan
BUMN akan memberikan tarif pelayanan publik yang diwujudkan dalam bentuk retribusi, pajak dan
pembebanan tarif jasa langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik (charging for
service).
Kesulitan dalam penentuan tarif pelayanan mengingat terdapat kesulitan dalam membedakan barang
publik dengan barang privat, dikarenakan adanya kesulitan dalam menentukan batasan antara kedua
barang tersebut, adanya pembebanan secara langsung dalam pengguna barang/jasa publik, dan
kecendrungan membebankan tarif pelayanan langsung daripada membebankannya pada pajak yang
dibayarkan secara berkala. Kesulitan berikutnya adalah terdapat anggapan bahwa dalam suatu sistem
ekonomi campuran (mixed economy), barang privat lebih baik disediakan oleh pihak swasta (privat
market) dan barang publik lebih baik diberikan secara kolektif oleh pemerintah yang dibiayai melalui
pajak. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan pemerintah menyerahkan penyediaan barang
publik kepada sektor swasta melalui regulasi, subsidi, atau sistem kontrak.
Dalam strategi harga terdapat beberapa alternatif untuk menentukan harga adalah dengan two-part
tariffs yaitu fixed change untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur dan variabel charge
yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
Dalam menentukan harga pelayanan publik juga dianut konsep different cost for purposes yaitu
membedakan biaya untuk pelayanan yang berbeda. Masalah lain adalah adanya hidden cost yang
menyulitkan dalam mengetahui total biaya. Kesulitan untuk menghitung biaya total adalah karena
sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi dan perbedaan jumlah biaya untuk melayani masing-masing
orang. Jadi masih perlu banyak perbaikan dalam penetapan harga untuk barang dan jasa publik.
Pemerintah juga menetapkan UU nomor 25 tahun 2009 dalam penjelasan lebih mendetail tentang
kejelasan dan pengaturan mengenai pelayanan publik.
DASAR PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN SEKTOR SWATA

Faktor internal perusahaan


1. Tujuan Pemasaran Perusahaan
Tujuan tersebut bisa berupa maksimalisasi laba, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan,
meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinan dalam hal kualitas, mengatasi persaingan,
melaksanakan tanggung jawab sosial, dan lain-lain.
2. Strategi Bauran Pemasaran
Harga adalah salah satu komponen bauran pemasaran. Oleh karena itu, harga perlu dikoordinasikan dan
saling mendukung dengan bauran pemasaran lainnya, yaitu produk, distribusi, dan promo.
3. Biaya
Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan perusahaan agar tidak
mengalami kerugian. Oleh karena itu, setiap perusahaan sangat memperhatikan biaya (biaya tetap dan
biaya variabel), serta jenis biaya lainnya.
DASAR PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN SEKTOR SWATA

Faktor Eksternal Perusahaan


1. Sifat Pasar Dan Permintaan
Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan
sempurna, persaingan monopoli, maupun oligopoli
2. Persaingan
Kebebasan perusahaan dalam menentukan harga itu bergantung pada jenis pasar yang berbeda-beda. Berdasarkan
bentuk persaingannya, yang ada empat jenis pasar, antara lain:
a. pasar persaingan murni (pure competition), yaitu pasar yang terdiri atas banyak pembeli dan penjual yang
memperdagangkan komoditas yang seragam
b. pasar persaingan monopoli (monopolistic compotition) yaitu pasar yang terdiri atas banyak pembeli dan penjual
yang berdagang pada kisaran hargatertentu, bukan pada satu harga pasar
c. pasar persaingan oligopoli (oligopolistic competition) yaitu pasar yang terdiri atas sedikit penjual yang sangat
sensitif pada penetapan harga dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh pesaing
d. pasar monopoli murni (pure monopoly) yaitu pasar yang hanya ada satu penjual saja.

Anda mungkin juga menyukai