OLEH KELOMPOK : 5
ANGGOTA KELOMPOK 5 :
NICHOLAS RENALDO (1311006)
STEVEN TOBIAS (1311016)
WIDYAWATI (1311037)
SHERLY (1311043)
NIKITA LOUIS (1311047)
KELAS AM-2
SEMESTER VI
DOSEN PENGASUH :
LA ODE SYARFAN, SE, MSi, Ak.
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “TEORI DAN
KONSEP PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik tahun ajaran 2016.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis dengan hati terbuka mengharapkan saran-saran dan kritikan-kritikan
yang membangun (konstruktif) demi kesempurnaan tugas akhir di masa yang akan datang.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan
dan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata Penulis mengharapkan agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pihak
yang memerlukannya.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3. Manfaat Penulisan................................................................................... 1
1.4. Sistematika Penulisan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Anggaran Sektor Publik ....................................................... 4
2.2. Fungsi Anggaran Sektor Publik ............................................................. 5
2.3. Tujuan dan Karakteristik Anggaran Sektor Publik ................................ 8
2.4. Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik ....................................................... 9
2.5. Prinsip-prinsip dalam Penganggaran Sektor Publik ............................... 9
2.6. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik ......................................... 10
2.7. Prinsip-prinsip Pokok dalam Siklus Anggaran ...................................... 11
2.8. Pendekatan Penganggaran pada Sektor Publik ...................................... 12
2.9. Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik ................................ 20
2.10. Penganggaran dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) ......................... 26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Atas uraian fenomena tersebut maka ditulis suatu makalah dengan judul “TEORI DAN
KONSEP PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK” untuk membahas lebih lanjut tentang
fenomena ini.
1
2
Apa pun jenis organisasinya, swasta maupun publik, selalu terkait dengan anggaran.
Proses untuk mempersiapkan anggaran di sebut dengan penganggaran (Mardiasmo, 2009).
Sistem pengaggaran merupakan instrumen dari mekanisme birokrasi pada suatu organisasi
yang berfungsi sebagai alat untk mengalokasikan sumber daya dalam bentuk barang dan jasa
yang ada ke dalam masyarakat. Sesuai dengan perkembagnan sistem administrasi dan publik
dan tuntunan masyarakat dalam konteks sosial dan politik tertentu, berkembanglah sistem
penganggaran negara (Bastian, 2006) atau yang dapat juga disebut dengan penganggaran
sektor publik.
Pada bab ini akan menjelaskan teori dan konsep penganggaran dalam organisasi sektor
publik. Penjelasan tentang anggaran sektor publik diawali dengan pengertian anggaran
fungsi, tujuan dan karakteristik, serta prinsip-prinsip dalam pengaggaran sektor publik.
Selanjutnya, akan di jelaskan pendekatan-pendekatan yang dikenal dalam penganggaran
sektor publik yang mencerminkan perkembangan teori penganggaran dan bagaimana arah
perkembangannya ke depan. Pada sesi terakhir akan dijelaskan keterkatian penganggaran
3
4
dengan standar pelayanan minimal (SPM) yang merupakan bagian yang sangat penting dalam
penganggaran berbasis kinerja.
Tiga defensi anggaran tersebut sengaja penulis sajikan, karena definisi diatas adalah
definisi anggaran ang sering dikutip oleh beberapa penulis lain (lihat Halim dan Kusufi,
2012; Mahsun dkk., 2007; Nordiawan (2006)), sedangkan definisi kedua dikutip oleh Halim
dan Kusufi (2012) dan sama dengan definisi anggaran menurut National Committee on
Governmental Accounting (NCGA) (atau sekarang menjadi GASB). Tujuan dari subbab ini
adalah untuk menemukan defenisi anggaran yang lebih lengkap sehingga dapat
menggambarkan anggaran sesungguhnya baik secara teori maupun kenyataan dalam praktik
(realita).
Jika dicermati ketiga definisi di atas memiliki persamaan dan perbedaan. Ketiga
defenisi di atas sama-sama menyatakan bahwa anggaran adalah untuk periode waktu tertentu
di masa mendatang. Hal ini menegaskan bahwa anggaran disusun atau hanya
menggambarkan kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang selama periode waktu
tertentu. Selain itu, tiga definisi tersebut menggunakan istilah yang berbeda dalam
menjelaskan isi dari anggaran, namun memiliki makna yang hampir sama, yaitu definisi
pertama menggunakan istilah “… pernyataan estimasi kinerja …”, definisi kedua “… rencana
kegiatan …” dan definisi ketiga “: … pernyataan perkiraan …”. Semua istilah tersebut
bermakna sama yaitu bahwa anggaran berisi estimasi, rencana dan perkiraan di masa
mendatang. Sedangkan dua definisi pertama mempertegas bahwa anggaran harus dinyatakan
dalam ukuran finansial, sehingga rencana kegiatan atau kinerja atau perkiraan berupa
nonfinansial tidak termasuk dalam anggaran.
5
Perbedaan mendasar dari ketiga defenisi di atas adalah lingkup dari isi anggaran.
Defenisi kedua mengkhususkan isi anggaran hanya untuk usulan pengeluaran saja.
Sedangkan defenisi ketiga menyatakan bahwa anggaran tidak hanya berisi perkiraan
pengeluaran saja melainkan juga berisi perkiraan penerimaan. Pada kenyataannya, anggaran
sering kali berisi rencana penerimaan dan pengeluaran, bahkan Ulum (2008:98)
menambahkan bahwa anggaran publik merupakan dokumen yang menggambarkan kondisi
keuangan organisasi yang meliputi informasi mengenai penerimaan, pengeluaran dan
aktivitas.
dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran
sebagai alat perencanaan digunakan untuk :
a. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang
ditetapkan
b. Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuab organisasi serta
alternatif pembiayaannya
c. Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun
d. Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi
2. Anggaran sebagai alat pengendalian
Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya
pengeluaran yang terlalu besar (overspending), terlalu rendah (underspending), salah
sasaran (missappropriattion) atau adanya penggunaan yang tidak semestinya
(misspending). Anggaran merupakan alat untuk mengawasi kondisi keuangan dan
pelaksanaan operasional program atau kegiatan pemerintah. Sebagai alat pengendalian
manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah
mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Pengendalian anggaran
sektor publik dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu :
a. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan
b. Menghitung selisih anggaran
c. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan atas suatu
varians
d. Merevisi standar biaya atau target angaran untuk tahun berikutnya
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal
Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menentukan arah atas kebijakan tertentu.
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah, digunakan untuk menstabilkan
ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran sektor publik dapat
diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi
ekonomi.
4. Anggaran sebagai alat politik
Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen
eksekutif dan kesepakatan bagi legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan
tertentu. Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan
keuangan terhadap prioritas tertentu. Anggaran tidak sekadar masalah teknik, melainkan
diperlukan keterampilan berpolitik (political skill), membangun koalisi, keahlian
7
bernegosiasi dan pemahaman tentang manajemen keuangan sektor publik yang memadai
oleh para manajer publik. Oleh karena itu, kegagalan dalam melaksanakan anggaran akan
dapat menjatuhkan kepemimpinan dan kredibilitas pemerintah.
5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Melalui dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian atau unit kerja atau
departemen yang merupakan sub-organisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
dan apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya. Oleh karena itu, anggaran
dapat digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi antara dan seluruh bagian dalam
pemerintahan.
6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja
Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran, efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa hasil yang
dicapai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang
efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.
7. Anggaran sebagai alat motivasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar dapat
bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi
yang ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifat
challenging but attainable atau demanding but achievable. Maksudnya adalah target
anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun jangan
terlalu rendah sehingga mudah untuk dicapai.
8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik
Fungsi ini hanya berlaku pada organisasi sektor publik, karena pada organisasi swasta
anggaran merupakan dokumen rahasia yang tertutup untuk publik. Masyarakat dan elemen
masyarakat lainnya nonpemerintah seperti LSM, Perguruaan Tinggi, Organisasi
Keagamaan dan organisasi masyarakat lainnya, harus terlibat dalam proses penganggaran
publik. Keterlibatan mereka dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Keterlibatan
langsung masyarakat dalam proses penganggaran dapat dilakukan mulai dari proses
penyusunan perencanaan pembangunan maupun rencana kerja pemerintah (daerah),
sedangkan keterlibatan secara tidak langsung dapat melalui perwakilan mereka di lembaga
legislatif (DPR/DPRD).
8
Berdasarkan definsi di atas dan tujuan dari anggaran sektor publik, maka anggaran
sektor publik memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun, jangka
pendek, menengah atau panjang
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi dari
penyusun anggaran
5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu
Anggaran sektor publik tidak dapat mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Ada
beberapa aspek yang tidak tersentuh oleh anggaran sektor publik, baik nasional maupun local.
Oleh karena itu, dengan adanya anggaran sektor publik diharapkan dapat membantu
memenuhi kebutuhan masyarakat, seperti air bersih, listrik, kesehatan, pendidikan dan
sebagainya. Keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui anggaran juga akan
memengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, anggaran sektor publik
menjadi penting karena :
1. Sebagai alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan, menjamin
kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
9
2. Adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus berkembang
sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
3. Untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat, dalam hal
ini anggaran berperan sebagai instrumen akuntabilitas publik.
Aspek-aspek yang tercakup dalam anggaran sektor publik adalah : aspek perencanaan,
aspek pengendalian dan aspek akuntabilitas publik. Penganggaran sektor publik harus
diawasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Proses penganggaran akan
lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus (oversight body) yang bertugas
untuk mengontrol proses perencanaan dan pengendalian anggaran.
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif sebelum eksekutif dapat
menggunakan anggaran tersebut.
2. Komprehensif/menyeluruh
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh
karena itu, adanya dana nonbudgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang
bersifat komprehensif.
3. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah tercakup dalam dana umum.
4. Nondiscretionary appropriation
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis,
efisiensi dan efektif.
5. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan atau
multitahunan.
6. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi yang dapat
menyebabkan terjadinya pemborosan dan ketidakefisienan anggaran, serta dapat
mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.
7. Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami oleh masyarakat dan tidak
membingungkan.
8. Transparan
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
pengendalian anggaran yang telah disepakati dan bahkan dapat diandalkan untuk tahap
penyusunan anggaran periode berikutnya.
4. Tahap pelaporan dan evaluasi
Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasional
anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika
tahap implemntasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen yang baik, maka diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi anggaran tidak akan
menemui banyak masalah.
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat incrementalism yaitu
hanya menambah/mengurangi jumlah rupiah pada item anggaran yang ada sebelumnya
dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar menyesuaikan besarnya
penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam. Pendekatan
semacam ini dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan riil dan juga
mengakibatkan kesalahan yang terus berlanjut. Hal ini disebabkan karena tidak
diketahuinya apakah pengeluaran periode sebelumnya yang dijadikan sebagai tahun dasar
penyusunan anggaran tahun ini telah sesuai dengan kebutuhan yang wajar.
Masalah utama lain anggaran tradisional adalah berkaitan dengan tidak adanya perhatian
terhadap konsep value for money. Konsep ekonomi, efesiensi dan efektivitas sering tidak
dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional. Dengan ketiadaan
perhatian pada konsep value for money ini, sering kali pada akhir tahun anggaran terjadi
kelebihan anggaran yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas
yang sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan. Aktivitas ini dimaksudkan untuk
menghabiskan sisa anggaran. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka akan berdampak
pada alokasi anggaran tahun berikutnya, sehingga kinerja dinilai berdasarkan habis
14
tidaknya anggaran yang diajukan dan pada pertimbangan output yang dihasilkan dari
aktivitas yang dilakukan dibandingkan dengan target kinerja yang dikehendaki (outcome).
Anggaran tradisional cenderung menggunakan konsep historic cost of service.
Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item, program,
atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meski item tersebut
sudah tidak dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya menyentuh jumlah nominal rupiah
yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk dan lainnya.
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang didasarkan
atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Jenis anggaran ini relative
dianggap paling tua dan banyak mengandung kelemahan. Metode line-item budget sangat
popular karena penggunaannya yang dianggap mudah untuk dilaksanakan. Metode line-
item mempunyai karakteristik sebagai pengendali pengeluaran. Berdasarkan hal tersebut,
anggaran tradisional disusun berdasarkan penerimaan dan pengeluaran. Berdasarkan hal
tersebut, anggaran tradisional disusun berdasarkan penerimaan dan pengeluaran, bukan
pada tujuan yang ingin dicapai dengan pengeluaran yang dilakukan. Pendekatan
tradisional digunakan sebagai dasar bagi elemen legislatif untuk mengendalikan elemen
eksekutif.
Berdasarkan hal tersebut, anggaran tradisional disusun atas dasar sifat penerimaan dan
pengeluaran, seperti misalnya pendapatan dari pemerintah atasan, pendapatan dari pajak
atau pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk belanja barang dan sebagainya, bukan
berdasar pada tujuan yang ingin dicapai dengan pengeluaran yang dilakukan.
akuntansi dalam proses pelaksanaan anggaran dan data-data yang dapat dibandingkan bisa
dikumpulkan untuk beberapa tahun secara berurutan untuk memfasilitasi dilakukannya
perbandingan trend.
Namun, pendekatan tradisional ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain : tidak
adanya informasi yang memadai bagi pembuat keputusan, terlalu berorientasi pada
pengendalian dan kurang memperhatikan proses perencanaan dan evaluasi. Dalam
pendekatan tradisional ini lebih difokuskan pada input, sehingga mengakibatkan
kurangnya perhatian pada pertimbangan jangka panjang dan pertimbangan lain yang
relevan terhadap program organisasi secara keseluruhan. Lebih mendorong pengeluaran
daripada penghematan, di sini unit-unit organisasi terdorong untuk membelanjakan
seluruh anggarannya, dibutuhkan atau tidak dibutuhkan.
New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi pada
kinerja bukan pada kebijakan. oleh karena itu, bagian dari reformasi dari new public
management adalah dengan kemunculannya Manajemen Berbasis Kinerja. Fokus
manajemen berbasis kinerja adalah pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang
berorientasi pada pengukuran outcome (hasil), bukan lagi sekadar pengukuran input atau
output saja (Mahmudi, 2007). Penggunaan paradigma new public management menuntut
pemerintah untuk memberikan pelayanan yang efektif dan efisien kepada masyarakat,
pemangkasan biaya (cost cutting) dan kompetisi tender. Pendekatan new public
management digunakan untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisional. Pendekatan new
public management dalam sistem anggaran publik memiliki karakteristik umum sebagai
berikut :
1. Komprehensif/komparatif
2. Terintegrasi dan lintas departemen
3. Proses pengambilan keputusan yang rasional
16
Paradigma new public management telah melahirkan beberapa teknik penganggaran dalam
sektor publik, adalah sebagai berikut :
1. Anggaran kinerja
Anggaran dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan
yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh
tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam
pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja
sangat menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output.
Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas
tujuan serta pendekatan yang sistematis dan rasional dalam proses pengambilan
keputusan.
Namun, anggaran kinerja juga memiliki beberapa kelemahan, adalah sebagai berikut
(Nordiawan, 2006) :
17
a. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau
akuntansi yang memiliki kemampuan memadai untuk mengidentifikasi unit
pengukuran dan melaksanakan analisis biaya
b. Banyak jasa dana aktivitas pemerintah tidak dapat langsung terukur dalam satuan
unit output atau biaya per unit yang dapat dimengerti dengan mudah
c. Akun-akun dalam pemerintahan telah secara khusus dibuat dengan dasar anggaran
yang dikeluarkan (cash basis). Hal ini membuat pengumpulan data untuk keperluan
pengukuran kinerja sangat sulit, bahkan kadang kala tidak memungkinkan.
d. Kadang kala, aktivitas langsung diukur biayanya secara detail dan dilakukannya
pengukuran lainnya tanpa adanya pertimbangan yang memadai apakah aktivitas
tersebut perlu atau tidak.
2. Program budgeting
Pendekatan ini menekankan pada efektivitas penyusunan anggaran. Anggaran disusun
berdasarkan pekerjaan atau tugas yang akan dijalankan. Metode penganggaran ini
menekankan bahwa keputusan penganggaran harus didasarkan pada tujuan-tujuan atau
output-output dari aktivitas pemerintahan daripada input untuk menghasilkan barang
dan jasa pemerintah. Teknologi penganggaran ini tergantung pada metodologi-
metodologi dari program peramalan dan analisis sistem.
Keunggulan penggunaan ZBB ini adalah dapat menghasilkan alokasi sumber daya
secara efisien, fokus pada value for money dan memudahkan untuk mengidentifikasi
terjadinya inefisiensi dan ketidakefektifan biaya. Namun, seperti pendekatan lainnya,
ZBB juga memiliki beberapa kelemahannya, yaitu proses penyusunan anggaran
memakan waktu yang lama, terlalu teoretis dan tidak praktis, membutuhkan biaya yang
besar dan menekankan manfaat jangka pendek. Dalam mengimplementasikan ZBB
kadang menimbulkan masalah keperilakuan di dalam organisasi.
18
Kelebihan dari planning, programming and budgeting system (PPBS) ini adalah
memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari atasan kepada bawahan, dalam
jangka panjang dapat mengurangi beban kerja, dapat memperbaiki kualitas pelayanan
melalui pendekatan standar biaya dalam perencanaan program dan menghilangkan
program yang overlapping. Kelemahan planning, programming and budgeting system
adalah, dalam pengimplementasiannya membutuhkan biaya yang besar, karena sistem
anggaran ini membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data yang
lengkap, adanya sistem pengukuran dan staf yang memiliki kapabilitas yang tinggi,
sehingga ini mengakibatkan sulitnya sistem ini untuk diimplementasikan.
alokasi dana yang tersedia atau input. Menurut Smith (1999) salah satu tujuan
penerapan anggaran berbasis kinerja pada sebuah pemerintah daerah adalah untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan memfokuskan sumber daya menuju
output yang kritis dan penting. Penerapan anggaran berbasis kinerja pada dasarnya
diharapkan akan mereformasi kualitas dan proses pengambilan keputusan anggaran
yang lebih rasional dalam menentukan alokasi sumber daya ekonomi sehingga kegiatan
pemerintah dapat dijalankan dengan lebih efektif dan efisien. Sejumlah kelemahan
dalam tahap implementasi mengancam dan menjadi tantangan tersendiri atas
keefektifan anggaran berbasis kinerja. Kualitas informasi output atau outcome yang
rendah menjadi ganjalan dalam penggunaan informasi kinerja dalam pengambilan
keputusan.
Penetapan tujuan dan sasaran yang tidak jelas baik dalam organisasi atau antar unit
organisasi menambah kompleksitas masalah. Indikator kinerja sering kali salah
merepresentasikan capaian kinerja yang seharusnya. Atau, indikator kinerja terlalu
menyederhanakan ukuran-ukuran kinerja pelayanan sektor publik yang umumnya
bersifat multidimensi. Tidak adanya kepastian konsekuensi yang jelas atas penerapan
anggaran berbasis kinerja baik penghargaan bagi pihak yang telah menunjukkan
peningkatan kinerja atau sebaliknya dapat menciderai keseriusan usaha reformasi
anggaran ini. Anggaran berbasis kinerja (ABK) ini memerlukan ukuran yang pasti
dalam mengukur efisiensi anggaran yaitu analisis standar belanja (ASB) dan standar
pelayanan minimal (SPM). Realitas yang ada bahwa pemerintah
provinsi/kabupaten/kota di Indonesia, setelah memasuki tahun kesembilan penerapan
ABK, masih belum atau baru menyusun dan menerapkan ASB dan SPM, sehingga
pengukuran efisiensi anggaran belum dapat dilakukan.
20
Tabel 2.1
Perbandingan Anggaran Tradisional dengan Anggaran Berbasis Pendekatan NPM
Anggaran Tradisional New Public Management
Sentralistis Desentralisasi & devolved management
Berorientasi pada input Berorientasi pada input, output dan outcome
(value for money)
Tidak terkait dengan perencanaan Utuh dan komprehensif dengan perencanaan
jangka panjang jangka panjang
Line-item dan incrementalism Berdasarkan sasaran kinerja
Batasan departemen yang kaku Lintas departemen
Menggunakan aturan klasik : vote Zero-Base Budgeting, Planning Programming
accounting Budgeting System
Prinsip anggaran bruto Sistematik dan rasional
Bersifat tahunan Bottom-up budgeting
Spesifik
Gibran dan Sekwat menyatakan bahwa perkembangan teori penganggaran selama ini
hanyalah proses mekanikal yang hanya untuk mengalokasikan sejumlah uang, tanpa
memperhatikan pertanyaan normatif dan nilai-nilai social politik yang melingkupinya dan hal
ini sebenarnya sudah disadari sejak tujuh puluh tahun yang lalu oleh V. O. Key (1940). Oleh
karena itu, perlu untuk dikaji ulang teori penganggaran yang ada saat ini sehingga dirasa
21
perlu arah alternatif baru dalam pengembangan teori penganggaran yang akan memberikan
potensi besar terbentuknya teori penganggaran yang lebih heuristics.
Gibran dan Sekwat mencatat bahwa secara historis pengaruh arus pemikiran yang
menekankan pada analisis sains dan kemajuan teknologi terhadap perkembangan teori
penganggaran publik pada periode tahun 1896-1920 berhasil memisahkan bentuk
penganggaran dari nilai-nilai, perilaku, makna dan lingkungan sosial politik. Teori
penganggaran publik tidak lepas dari perkembangan teori administrasi publik dan teori
organisasi. Para pemikir (scholars) pada masa periode tersebut berhasil menunjukkan
masalah-masalah ketidakefisian dan efektivitas operasional pemerintahan dengan
menggunakan instrumen-instrumen yang dibangun berdasarkan rasional teknikal. Pelaku
gerakan pembaruan diinspirasi oleh Woodrow Wilson (1987), Frank Goodnow (1900),
Leonard White (1926), dan Luther Gullick dan Lyndall Urwick (1937). Para pemikir pada
awalnya terpanggil untuk memperbaiki metode teknikal dari administrasi sehingga
menjadikan operasional dari pemerintahan menjadi lebih seperti bisnis. Konsekuensi dari
lingkungan intelektual mereka membantu perkembangan pandangan dualistik. Pandangan ini
22
membedakan secara tajam antara fakta-fakta dengan nilai-nilai, struktur dan perilaku, makna
dan tujuan akhir, politik dan administrasi. Dikotomi ini mempunyai pengaruh yang tegas dan
kuat pada teori dan praktik penganggaran.
Lewis (1997, 157-159) menunjukkan fakta bahwa gerakan manajemen sains dan
manajemen administrative berpengaruh signifikan dalam membentuk kekuatan politik dan
ideology sehingga menuntut diberlakukannya Budgeting and Accounting Act tahun 1921.
Pembaruan awal tersebut mendukung pembatasan cakupan aktivitas pemerintah untuk
menyimpan dana. Kemudian sistem penganggaran yang dihasilkan tahun 1921 berfokus pada
pengendalian. Undang-undang ini menerapkan line item budget yang terpusat pada eksekutif
dengan membentuk sebuah dinas yang dinamakan dengan General Accounting Office yang
memiliki kemampuan teknis untuk membantu Kongres (lembaga legislatif) dalam pembuatan
keputusan anggaran.
Line item budget membagi pengeluaran (belanja) ke dalam item-item yang rinci dari
belanja pemerintah dan tampak lebih mengutamakan untuk pengendalian biaya dan
meningkatkan efisiensi sehingga menghasilkan disiplin fiskal. Para pemikir pada saat itu
meyakini bahwa disiplin fiskal yang lebih besar mensyaratkan sentralisasi, manajemen top-
down dan secara alamiah meyakini bahwa pertanggungjawaban anggaran seharusnya melekat
pada eksekutif. Sebagai konsekuensi, line item budget dikembangkan sebagai metode
penganggaran eksekutif atau top-down. Oleh karena line item budget memfokuskan pada
item-item belanja daripada tujuan atau fungsi dari belanja, maka metode ini tidak
memberikan perhatian pada dasar pengalokasian sumber daya dan penjelasan berdasar
aktivitas anggaran sehingga pendekatan ini tidak mempunyai nilai prediktif.
Pendekatan line item budget tidak menyediakan informasi tentang tujuan program atau
pencapaiannya, sehingga tidak memadai untuk menghubungkan pengeluaran (pemerintah)
dengan kinerja publik atau untuk pembuatan pilihan antara alokasi sumber daya alternatif
(Pilegge, 1992: 73; dalam Gibran dan Sekwat). Di tahun 1949, Hoover Commission meninjau
ulang isu dari penganggaran publik dan menyarankan pengadopsian penganggaran kinerja
(performance budgeting). Metode ini didasarkan pada fungsi dan aktivitas pemerintah dalam
mengimplementasikan kebijakannya. Para pembaru (reformers) berharap bahwa teknik
penganggaran ini akan memungkinkan manajer-manajer program, kepala-kepala agensi,
pejabat negara dan warga negara untuk mengidentifikasikan biaya-biaya yang dikaitkan
dengan aktivitas pemerintah. Pendekatan penganggaran ini konsisten dengan pengertian
23
Reformasi besar anggaran selanjutnya datang di tahun 1970-an dalam bentuk zero-
based budgeting. Metodologi ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan pengambil
keputusan untuk membandingkan lebih dari satu tingkat rekomendasi dari pengeluaran untuk
setiap aktivitas program dan untuk menentukan unit keputusan mana yang menganggap
pencapaian tujuan program terbaik. Zero based budgeting memerlukan tingkat rincian dan
kejelasan yang sulit bagi pembuat kebijakan dan pejabat anggaran untuk mencapainya.
Reformasi ini terbukti sulit mengimplementasikannya dan tidak bertahan lama, sehingga
pencarian untuk sebuah metode baru dalam penganggaran perlu dimulai lagi.
Line item budget, penganggaran program, penganggaran kinerja dan zero based
budgeting semuanya bersifat teknikal. Secara historis, reformasi penganggaran dirancang
untuk menunjukkan metode persiapan anggaran publik dan untuk mencapai outcomes yang
dijelaskan secara rasional. Pilegge menegaskan bahwa cara pemikiran ini terbatas
perhatiannya pada dokumen anggaran itu sendiri dan mengabaikan konteks yang lebih luas
dari pembuatan keputusan anggaran (Pilegge, 1992: 81; dalam Gibran dan Sekwat).
Pendekatan ini tidak kondusif untuk pengembangan pemahaman yang sistematik dari proses
pembuatan keputusan belanja. Tanpa pemahaman yang sistematik, teori anggaran publik
24
tidak dapat secara akurat memperhitungkan proses dan struktur penganggaran atau
keterkaitan variabel-variabel tersebut ke konteks lingkungan yang lebih luas di mana
penganggaran berada.
Berdasarkan teori sistem terbuka, sebuah sistem harus mendapatkan dan menyimpan
lebih banyak energi dari lingkungan daripada menghabiskannya dalam menjalankan
fungsinya dan mencegah penurunan secara sistematis. Sebuah sistem anggaran demikian juga
memperoleh dan menyimpan energi dalam menyokong dirinya sendiri dari kondisi
lingkungan yang negatif. Contohnya teknik penyangga dalam anggaran yang memasukkan
strategi menyediakan dana yang tidak terputus, usaha untuk memperbaiki stabilitas
pendapatan yang diterima, atau teknik anggaran konservatif, seperti pendapatan di bawah
estimasi.
Teori sistem terbuka memulai analisis dengan organisasi secara keseluruhan dan
meneliti perilaku individu dengan melihat lokasi dan fungsi pada sistem yang lebih besar.
Tipologi sistem dapat membantu mejelaskan aktivitas pemerintah sebagai satu kesatuan
susunan interaktif yang menyatukan banyak jaringan internal dan eksternal sosial, politik, dan
25
ekonomi. Secara eksplisit model ini mengakui kompleksitas administrasi publik, organisasi,
dan penganggaran dan saling keterkaitan mereka terhadap masyarakat luas.
Empat argumentasi yang disarankan oleh Gibran dan Sekwat di atas diharapkan
mampu memberikan alternatif arah pengembangan teori penganggaran di masa mendatang
yang lebih lengkap dan mampu menjawab pertanyaan mengapa pemerintah melakukan
penganggaran dengan cara yang mereka lakukan. Pendekatan teori sistem terbuka yang
disarankan oleh Gibran dan Sekwat, memberikan usaha riset di masa mendatang untuk lebih
mengkaji teori penganggaran publik tidak hanya dari aspek rasionalitas teknikal saja
melainkan juga keterkaitannya dengan konteks yang lebih luas, misalnya nilai dan norma
yang berlaku, perilaku, makna dan faktor sosial politik masyarakat. Dalam konteks
pemerintahan di Indonesia, teori dan konsep penganggaran yang digunakan adalah
penganggaran berbasis kinerja. Implementasi anggaran berbasis kinerja mensyaratkan adanya
26
analisis standar belanja (ASB) dan standar pelayanan minimal (SPM). Kedua instrumen
tersebut menjadi acuan pemerintah (daerah) untuk menyusun perencanaan dan penganggaran
penyelenggaraan pemerintahan. Subbab berikut akan menjelaskan keterkaitan penganggaran
dengan SPM.
Ritonga (2010:120) menyatakan bahwa target pencapaian SPM harus dapat diukur
dengan cara menetapkan gambaran dan kondisi awal satu daerah berdasarkan kemampuan
dan potensi daerah serta profil pelayanan dasar dan memberikan target pencapaian dalam
batas waktu yang ditentukan. Target yang telah dicapai akan menjadi dasar dalam mencapai
target di masa mendatang. Target tahunan pencapaian SPM dituangkan ke dalam rencana
kerja pemerintah daerah (RKPD), rencana kerja satuan kerja perangkat daerah (Renja SKPD),
kebijakan umum anggaran (KUA), rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah
(RKA-SKPD) sesuai klasifikasi belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan
keuangan daerah. Selanjutnya RKA-SKPD yang sudah memuat berbagai program dan
kegiatan terkait SPM menjadi bahan penyusunan Raperda APBD hingga penetapan Perda
APBD.
implementasi SPM. Oleh karena itu, perlu untuk menghitung besarnya belanja per kapita
untuk menyediakan pelayanan public tertentu sehingga dapat memberikan gambaran
kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk membiayai SPM. Analisis kebutuhan anggaran
ini kemudian diselaraskan dengan target SPM yang telah ditetapkan. Setiap program yang
memuat kegiatan dapat dihitung kebutuhan anggarannya dengan menggunakan analisis
standar belanja (ASB).
Begitu pentingnya aktivitas penganggaran ini pada organisasi sektor publik, banyak
teori penganggaran muncul dari teori-teori dalam administrasi publik. Gibran dan Sekwat
(2009) berpendapat bahwa teori penganggaran yang ada selama ini belum lengkap dan perlu
pendekatan alternatif dalam mengembangkan teori penganggaran di masa mendatang.
Penjelasan di atas juga menghasilkan definisi anggaran baru yang dirangkum dari
berbagai literatur akuntansi sektor publik, yaitu bahwa anggaran adalah dokumen yang berisi
estimasi kinerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran, yang disajikan dalam ukuran
moneter yang akan dicapai pada periode waktu tertentu dan menyertakan data masa lalu
sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja. Anggaran dalam akuntansi berada di
dalam lingkup akuntansi manajemen. Mardiasmo (2009) mengidentifikasi beberapa fungsi
anggaran dalam manajemen sektor publik, antara lain anggaran sebagai alat perencanaan,
pengendalian, kebijakan fiskal, politik, koordinasi dan komunikasi, penilaian kinerja,
motivasi dan menciptakan ruang publik.
Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk
tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Anggaran sektor publik harus dapat
merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat, serta dapat
menentukan penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat atau pemerintah daerah.
Anggaran sektor publik tidak dapat mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Ada
beberapa aspek yang tidak tersentuh oleh anggaran sektor publik, baik nasional maupun local.
Aspek-aspek yang tercakup dalam anggaran sektor publik adalah: aspek perencanaan, aspek
pengendalian, dan aspek akuntabilitas publik. Penganggaran sektor publik harus diawasi
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Proses penganggaran akan lebih
28
efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus (oversight body) yang bertugas untuk
mengontrol proses perencanaan dan pengendalian anggaran.
Gibran dan Sekwat menyatakan bahwa line item budget, penganggaran program,
penganggaran kinerja, dan zero based budgeting semuanya bersifat rasionalitas teknikal.
Gibran dan Sekwat mencatat bahwa secara historis pengarus arus pemikiran yang
menekankan pada analisis sains dan kemajuan teknologi terhadap perkembangan teori
penganggaran publik pada periode tahun 1896-1920 berhasil memisahkan bentuk
penganggaran dari nilai-nilai, perilaku, makna, dan lingkungan social politik. Oleh karena itu,
Gibran dan Sekwat menawarkan pendekatan alternative baru dalam mengembangkan teori
penganggaran yaitu dengan menggunakan pendekatan teori sistem terbuka (open system
theory).
Teori sistem terbuka memulai analisis dengan organisasi secara keseluruhan dan
meneliti perilaku individu dengan melihat lokasi dan fungsi pada sistem yang lebih besar.
Tipologi sistem dapat membantu menjelaskan aktivitas pemerintah sebagai satu kesatuan
susunan interaktif yang menyatukan banyak jaringan internal dan eksternal sosial, politik, dan
ekonomi. Secara eksplisit moden ini mengakui kompleksitas administrasi publik, organisasi,
dan penganggaran serta keterkaitan mereka terhadap masyarakat luas. Pendekatan teori
29
sistem terbuka yang disarankan oleh Gibran dan Sekwat, memberikan usaha riset di masa
mendatang untuk lebih mengkaji teori penganggaran publik tidak hanya dari aspek
rasionalitas teknikal saja, melainkan juga keterkaitannya dengan konteks yang lebih luas,
misalnya nilai dan norma yang berlaku, perilaku, makna, dan factor sosial politik masyarakat.
30
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Gibran, Joan M. dan Alex Sekwat. 2009. “Continuing the Search for a Theory of Public
Budgeting”, Journal of Public Budgeting, Accounting and Financial Management, 21
(4), hlm. 647-644.
Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi
Keuangan Daerah, edisi ke-4. Jakarta : Salemba Empat.
_____. 2014. Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntasi Sektor Publik Dari Anggaran Hingga
Laporan keuangan, Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta : Salemba Empat.
https://riswanarifin.wordpress.com/2012/09/12/penganggaran-sektor-publik/
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Mahsun, M., Firma Sulistyowati dan Heribertus A. P. 2007. Akuntansi Sektor Publik, edisi
ke-2. Yogyakarta : BPFE UGM.