Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun oleh:

NAMA

FAKULTAS

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

TAHUN AJARAN 2018


KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum wr.wb

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah tentang “penting nya pendidikan agama
islam” dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna.

Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Demikian
kata pengantar ini kami buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi diri pribadi kami
sendiri dan pembaca pada umumnya.

Cirebon, 25 mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah perkembangan agama islam di Indonesia...............................................3


B. Pentingnya pendidikan agama islam di Indonesia..............................................10
C. Tujuan pendidikan agama islam...........................................................................11
D. Pentingnya pendidikan agama islam di perguruan tinggi..................................13

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan.............................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan Islam merupakan suatu hal yang paling utama bagi warga suatu
negara, karena maju dan keterbelakangan suatu negara akan ditentukan oleh tinggi
dan rendahnya tingkat pendidikan warga negaranya. Salah satu bentuk pendidikan
yang mengacu kepada pembangunan tersebut yaitu pendidikan agama adalah modal
dasar yang merupakan tenaga penggerak yang tidak ternilai harganya bagi pengisian
aspirasi bangsa, karena dengan terselenggaranya pendidikan agama secara baik akan
membawa dampak terhadap pemahaman dan pengamalan ajaran agama.
Pendidikan Islam bersumber kepada al-Quran dan Hadis adalah untuk
membentuk manusia yang seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertagwa
terhadap Allah Swt, dan untuk memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia agar
dapat menjalankan seluruh kehidupannya , sebagaimana yang telah ditentukan Allah
dan Rasul-Nya, demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. atau dengan kata lain ,
untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya, yaitu memanusiakan manusia
,supaya sesuai dengan kehendak Allah yang menciptakan sebagai hamba dan khalifah
di muka bumi.
Salah satu bentuk pendidikan yang mengacu kepada pembangunan tersebut
yaitu pendidikan agama adalah modal dasar yang merupakan tenaga penggerak yang
tidak ternilai harganya bagi pengisian aspirasi bangsa, karena dengan
terselenggaranya pendidikan agama secara baik akan membawa dampak terhadap
pemahaman dan pengamalan ajaran agama. Demikian pentingnya pendidikan agama
bagi suatu bangsa membuatnya menarik untuk dikaji secara mendalam. Selain di
Indonesia, karena terdapat beberapa pusat pendidikan Islam, jadilah pendidikan
agama di sekolah-sekolah umum termasuk sekolah tinggi menjadi tersisihkan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan agama islam di Indonesia ?
2. Pentingnya pendidikan agama islam di Indonesia ?
3. Apa saja tujuan pendidikan agama islam ?
4. Pentingnya pendidikan agama islam di perguruan tinggi di Indonesia ?

1
C. Tujuan
1. Mengenal sejarah perkembangan agama islam di Indonesia
2. Mengenal pentingnya pendidikan agama islam di Indonesia
3. Mengetahui apa saja tujuan pendidikan agama islam
4. Mgetahui pentingnya pendidikan agama islam di perguruan tinggi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah pendidikan agama islam


1. Proses Masuknya Islam di Nusantara
Islam datang ke Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan
pengajaran. Berdasarkan berita Cina dari zaman dynasti tang, Islam masuk ke
Indonesia sekitar abad ke-7. Berita itu menyebutkan adanya serangan orang-
orang Ta shish terhadap Kerajaan Ho-Ling yang pada waktu itu diperintah
oleh Ratu sima. Ta shih ini ditafsirkan sebagai orang-orang Arab. Hal itu
diperkuat oleh berita Jepang (784 M) yang menyebutkan tentang adanya
perjalanan pendeta Kanshih. Pendapat yang menyatakan Islam masuk ke
nusantara sekitar abad ke-13 didasarkan pada berita Marcopolo (1292 M) dan
berita Ibnu battutah (abad ke-14). Adanya batu nisan makam Sultan Malik as
saleh (1297), penyebar-an ajaran tasawuf (abad ke-13), dan keruntuhan
Dinasti Abbasiyah (1258 M). Dari bukti-bukti itu dapat disimpul-kan bahwa
Islam sudah masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 Masehi yang mencapai
perkembangannya pada abad ke-13. Hal itu ditandai dengan adanya kerajaan-
kerajaan bercorak Islam di Indonesia.
a. Perdagangan
Menurut berita Cina, agama Islam disebarkan oleh orangorang Arab.
S.Q. Fatimi dalam bukunya Islam Comes to Malaysia mengemukakan
bahwa Islam berasal dari Benggala. Snouck Hurgronye berpendapat bahwa
Islam disebarkan ke Indonesia oleh para pedagang muslim dari Gujarat
(India). Menurutnya, Islam tidak disebarkan langsung dari Arab. Hubungan
langsung antara Arab dan Indonesia baru berlangsung abad ke-17, yaitu
pada masa kerajaan Samudera Pasai, Banten, Demak, dan Mataram Baru.
Pendapatnya itu diperkuat oleh bukti adanya kesamaan unsurunsur Islam di
Indonesia dan di India. Selain itu, adanya ceritacerita tentang nabi-nabi di
Indonesia yang berbeda dengan langgam Arab, tetapi bergaya India.
Mengenai golongan masyarakat pembawa Islam ke Indonesia, para ahli
umumnya sependapat, yaitu kaum pedagang. Hal ini didasarkan pada

3
kenyataan bahwa penyebaran Islam dilakukan melalui perjalanan lalu lintas
perdagangan dan pelayaran.
b. Pengajaran
Dalam agama Islam setiap muslim adalah pendakwah. Baru kemudian
pada masa-masa berikutnya terdapat mubalig dan guru agama Islam, yang
tugasnya khusus mengajarkan agama Islam. Mereka ini mempercepat
proses Islamisasi, sebab mereka mendirikan pesantren dan mencetak kader-
kader ulama/guru-guru agama Islam.
c. Sosial
Selain golongan pembawa, ada pula golongan penerima Islam.
Terdapat dua penerima Islam, yaitu golongan elite (rajaraja, bangsawan,
dan para pengusaha) dan golongan non elite (lapisan masyarakat biasa).
Golongan elite lebih cepat mengalami proses Islamisasi, karena
kedudukannya yang mempunyai pengaruh di kalangan masyarakat biasa.
Proses Islamisasi ada beberapa jalan, yaitu melalui perdagangan,
perkawinan, pendidikan, tasawuf, dan kesenian. Islamisasi lewat saluran
perdagangan terjadi pada tahap awal, yakni sejalan dengan kesibukan lalu
lintas perdagangan (antara abad ke-7 sampai abad ke-16). Banyaknya
pedagang muslim yang bermukim di Indonesia, terbentuklah tempat-tempat
pemukiman yang disebut Pekojan. Di antara pedagang muslim asing itu,
ada pula yang menetap lalu menikah dengan wanita pribumi. Proses
Islamisasi melalui kesenian tampak dari bukti-bukti peninggalan sejarah,
seperti ukiran, pintu gerbang, makam, tradisi sekaten, pertunjukan wayang,
debus, tarian, dan sebagainya. Penyebaran Islam melalui seni wayang,
sastra, debus, tarian, tradisi sekaten, ternyata lebih mempercepat proses
islami-sasi. Sampai sekarang proses islamisasi melalui saluran seni masih
berlangsung.
2. Proses Penyebaran Islam di Nusantara
Berikut merupakan beberapa pihak yang berjasa dalam menyebarkan agama
Islam di Indonesia.
a. Ulama
Di Pulau Jawa dikenal adanya Wali Sembilan (Wali Songo) yang
merupakan tokoh tokoh ulama penyebar agama Islam. Bagaimana peranan
Wali Songo dalam penyebaran agama Islam? Wali Songo adalah ahli

4
agama yang dekat kepada Allah swt., mempunyai tenaga gaib, tenaga batin,
dan menguasai ilmu yang tinggi. Kesembilan wali tersebut mempunyai
gelar Sunan, yaitu Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri,
Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan
Gunungjati. Pemberian gelar itu didasarkan pada tempat mereka
dimakamkan, seperti Gunung Jati di Cirebon, Drajat di dekat Tuban, Giri di
Gresik, dan sebagainya.
b. Peranan Perdagangan
Penyebaran Islam ke daerah Maluku berhubungan dengan perdagangan
antara Malaka, Jawa, dengan Maluku. Islam masuk ke Maluku sekitar abad
ke-13. Menurut sumber tradisi, penyebaran Islam dilakukan oleh Maulana
Husayn pada masa pemerintahan Marhun di Ternate. Menurut hikayat
Tanah Hitu disebutkan bahwa raja pertama yang memeluk agama Islam di
Maluku adalah Zainal Abidin (1486- 1500). Konon menurut berita Zainal
Abidin belajar agama Islam pada Pesantren Giri. Proses islamisasi di
Kalimantan Selatan diketahui dari Hikayat Banjar. Proses Islamisasinya
ditandai oleh terjadinya perpecahan di kalangan istana, antara Pangeran
Tumenggung dengan Raden Samudera. Pangeran Tumenggung adalah raja
Dipa dan Daha yang bercorak Hindu. Untuk menaklukkan Pangeran
Tumenggung, Raden Samudera meminta bantuan Kerajaan Demak dengan
perjanjian bersedia masuk Islam. Berkat bantuan dari Demak, Pangeran
Tumenggung dapat dikalahkan. Sejak saat itu, Kerajaan Banjar bercorak
Islam. Rajanya, Raden Samudera bergelar Sultan Suryanullah. Menurut
Hikayat Kutai bahwa proses Islamisasi di Kalimantan Timur berlangsung
damai. Disebutkan bahwa penyebar Islam di Kutai adalah Tuan Ri Bandang
Tuan Tunggang Parangan pada masa pemerintahan raja Mahkota. Raja
Mahkota masuk Islam karena merasa kalah kesaktiannya. Menurut Hikayat
Gowa-Tallo dan Wajo bahwa penyebaran Islam di Sulawesi berjalan secara
damai. Penyebarnya adalah Dato’ri Bandang dan Dato’ Sulaeman. Kerajaan
Islam Gowa kemudian menaklukkan kerajaan Soppeng, Wajo, dan Bone
yang raja-rajanya segera memeluk agama Islam pada tahun 1611.
c. Peranan Pendidikan
Pendidikan juga memegang peranan dalam proses Islamisasi. Guru-
guru agama, dan pondok-pondok pesantren, dan para santrinya pranata

5
pendidikan Islam. Semakin terkenal kyai (guru agama Islam) yang
mengajarnya, semakin terkenal pula pesantrennya. Pada masa pertumbuhan
Islam dikenal adanya pesantren Ampel Denta milik Sunan Ampel (Raden
Rakhmat) dan Pesantren Sunan Giri (yang murid-muridnya datang dari
berbagai daerah). Raja-raja dan kaum bangsawan mendatangkan guru
agama Islam sebagai penasihat agama. Di daerah Banten dikenal Kyai
Dukuh (Pangeran Kanyusatan) sebagai guru agama Maulana Yusuf. Syekh
Maulana Yusuf adalah penasihat agama Sultan Ageng Tirtayasa. Ki Ageng
Sela adalah guru Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) dan Juru Mertani
sebagai penasihat Panembahan Senopati.
d. Peranan Perkawinan
Islamisasi melalui perkawinan pengaruhnya lebih besar, jika yang
melakukan perkawinan itu dari keluarga yang berpengaruh (golongan
bangsawan dan penguasa). Misalnya, perkawinan antara Putri Campa
dengan Putra Brawijaya, atau antara Sunan Ampel dengan Nyi Gede Manila
(seperti yang dikisahkan dalam babad Tanah Jawa). Dalam Babad Cirebon,
disebutkan tentang perkawinan antara Putri Kawungaten dengan Sunan
Gunung Jati. Babad Tuban menyebutkan tentang perkawinan Putri Aria
Dikara, yaitu Raden Ayu Teja dengan Syekh Ngabdurakhman. Perkawinan
antara kaum bangsawan tersebut kemudian melahirkan terbentuknya
kerajaankerajaan bercorak Islam di Indonesia.

Berikut ini dijelaskan sejarah pertumbuhan kerajaan Islam dan pengaruh


kebudayaanya terhadap masyarakat Indonesia.
 Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di
Indonesia. Hal ini terbukti dari peninggalannya berupa bekas
keraton, batu nisan, masjid, kesusastraan, dan sebagainya. Di bekas
daerah Samudra Pasai banyak ditemukan makam raja Islam, seperti
makam Sultan Malik al Saleh, yang meninggal pada bulan
Ramadhan tahun 676 M. Jirat-jirat di pemakaman raja Samudera
Pasai didatangkan dari India. Istana disusun dan diatur secara
budaya India. Diantara para pembesarnya terdapat orang-orang

6
Persia (Iran). Bahkan, patihnya bergelar Amir. Dengan demikian,
kebudayaan Islam pada masa kerajaan Samudra Pasai telah
berkembang cukup pesat.
 Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh muncul setelah Malaka jatuh ke tangan
Portugis. Masa kejayaan Kerajaan Aceh tercapai dalam
pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Seni sastranya dalam
kebudayaan masyarakat Aceh dipengaruhi oleh budaya agama
Islam. Rakyat Aceh terutama kaum ulamanya gemar menulis buku
kesusastraan. Misalnya, Nuruddin ar-Raniri menulis buku Bustanus
Salatin dan Hamzah Fansuri menulis Syair Perahu, Syair Burung
Pingai, dan Asrar al Arifin. Selain itu, hasil-hasil kebudayaan
masyarakat Aceh dipengaruhi oleh lingkungan alamnya, yaitu
sungai dan lautan. Rakyat Aceh pandai membuat perahu dan kapal-
kapal layar. Dengan demikian, tampaklah bahwa masyarakat
kerajaan Aceh dipengaruhi oleh budaya Islam.
 Kerajaan Demak
Kebudayaan masyarakat Demak bercorak Islam yang terlihat
dari banyaknya masjid, makam-makam, kitab suci Al-Qur’an, ukir-
ukiran berlanggam (bercorak) Islam, dan sebagainya. Sampaisampai
sekarang Demak dikenal sebagai pusat pendidikan dan penyebaran
agama Islam di Jawa Tengah. Bahkan, dalam sejarah Indonesia,
Demak dikenal sebagai pusat daerah budaya Islam di Pulau Jawa.
 Kerajaan Mataram
Sebagai kerajaan Islam, hasil budaya masyarakat Kerajaan
Mataram diwarnai oleh agama Islam. Salah satu hasil budaya
Kerajaan Mataram adalah penanggalan (almanak) Jawa. Almanak
Jawa ini merupakan hasil karya dari Sultan Agung. Almanak ini
diberlakukan pada tahun 1633 M, dengan menetapkan bahwa pada
tanggal 1 Muharam 1043 H sama dengan tanggal 1 Muharam 1555
tahun Jawa. Jadi jika disesuaikan dengan penanggalan Masehi,
maka tanggal di atas sama dengan tanggal 8 Juli 1633. Dengan
demikian, almanak Jawa adalah perpaduan dari penanggalan Saka

7
(Hindu) dan penanggalan Hijriyah (Islam). Hasil budaya masyarakat
Mataram Baru yang masih ada sekarang adalah adanya tradisi
Sekaten di Yogyakarta dan Cirebon yang dirayakan pada setiap
perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. Peninggalan Keraton di
Yogyakarta dan di Surakarta yang sampai sekarang masih berjalan,
yaitu berupa kesultanan lengkap dengan fasilitas peninggalan zaman
Mataram baru.
 Kesultanan Cirebon
Perpecahan dan kemunduran politik Kesultanan Cirebon pada
awal abad ke-18 ternyata tidak mengurangi wibawa Cirebon sebagai
pusat agama Islam di Jawa Barat. Demikian pula kehidupan sosial
tetap berkembang dengan baik. Peranan histories keagamaan yang
dipelopori oleh Sunan Gunung Jati tak pernah hilang dalam
kehidupan masyarakat Cirebon. Kegiatan dan pendidikan dan
penyiaran agama Islam pada zaman VOC dapat berjalan terus.
Demikian pula di bidang budaya tetap berkembang subur. Dalam
abad ke-17 di keraton-keraton Cirebon berkembang kegiatan sastra,
seperti suluk, kakain, dan naskah-naskah kuno lainnya. Demikian
pula dalam bidang seni bangunan dan seni kaligrafi berkembang
cukup baik. Keraton dan masjid-masjid peninggalan Sunan Gunung
Jati tetap dipertahankan sekalipun di bawah pengaruh kekuasaan
Hindia Belanda. Bahkan sampai sekarang hasil budaya masyarakat
Kesultanan Cirebon, seperti keraton, masjid, pondok pesantren,
naskah-naskah kuno, tradisi Panjang jimat, dan lain-lain masih tetap
dipelihara dengan baik.
 Kesultanan Banten
Kejayaan Kesultanan Banten pada masa lalu tampak dari
peninggalan peninggalannya, seperti Masjid Agung Banten yang
didirikan pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin.
Masjid ini mempunyai ciri arsitektur yang merupakan perpaduan
antara seni bangunan Jawa dan Barat. Di halaman selatan masjid
terdapat bangunan Tiamah, yang merupakan bangunan tambahan
yang dibuat oleh Hendrik Lucasz Cardeel, seorang arsitek

8
kebangsaan Belanda. Dahulu Tiamah ini digunakan sebagai tempat
majlis taklim serta tempat alim ulama Banten bermusyawarah
tentang soal-soal agama Islam. Selain masjid tadi, di Kasunana
terdapat masjid yang umurnya lebih tua dari Masjid Agung Banten.
Di masjid inilah Kyai Dukuh tinggal dan mengajarkan agama Islam.
Kyai Dukuh ini bergelar Pangeran Kasunyatan, guru Maulana
Yusuf, Sultan Banten yang kedua. Bangunan lainnya yang
membuktikan kemegahan Kesultanan Banten yang kedua adalah
bekas Keraton Surosowan yang dikelilingi oleh tembok benteng
tebal, luasnya 4 hektar, berbentuk empat persegi panjang. Benteng
tersebut sampai sekarang masih tegak berdiri. Dalam situs (daerah,
lahan) kepurbakalaan Banten ditemukan beberapa peninggalan
Kesultanan Banten, antara lain Menara Masjid, Mesjid Pacinan
Tinggi, Benteng Speelwijk, Meriam Ki Amuk, Watu Gilang, dan
Pelabuhan perahu Karangantu. Semua itu merupakan peninggalan
budaya masyarakat Kesultanan Banten pada masa jayanya dahulu.
 Kerajaan Gowa-Tallo
Hasil kebudayaan masyarakat Makasar dipengaruhi oleh
lingkungannya yang dikelilingi lautan. Hasil budaya rakyat Makasar
yang paling terkenal adalah perahu bercadik, yang disebut
Korakora. Ciri pertahanan dari kerajaan Makasar adalah adanya
benteng-benteng pertahanan. Sampai sekarang di Makasar masih
terdapat benteng-benteng pertahanan, yaitu benteng Sombaopu dan
View Rotterdam. Jadi, aspek kehidupan budaya rakyat Makassar
lebih bersifat agraris dan bahari.
 Kerajaan Ternate dan Tidore
Pengaruh agama dan budaya islam di Maluku (Ternate dan
Tidore) belum meluas ke seluruh daerah. Sebabnya, masih banyak
rakyat Maluku yang mempertahankan kepercayaan nenek
moyangnya. Hal tersebut terbukti dari bekas peninggalan-
peninggalannya, yakni masjid, buku-buku tentang Islam, makam-
makam yang berpolakan Islam yang ada di Maluku tidak begitu

9
banyak jumlah nya. Dengan kata lain hasil-hasil kebudayaan rakyat
Maluku merupakan campuran antara budaya islam dan pra islam.
B. Pentingnya pendidikan agama islam
Mengingat di Indonesia mayoritas masyarakatnya muslim dan merupakan
penduduk muslim terbesar di dunia, tetapi terdapat karakter-karakter anak didik
maupun masyarakat indonesia yang tidak sesuai dengan pendidikan islam. Pemerintah
indonesia pun kurang mengetahui dan memahami tentang pentingnya pendidikan
islam terhadap masyarakat indonesia. Maka kami akan mencoba untuk menela’ah
sekaligus membahas akan pentingnya pendidikan islam di masyarakat Indonesia, agar
tercipta anak. Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia
mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap
dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun
agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode
pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam
pertumbuhan.
Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah
(membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah
(mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat
jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan.
Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan
menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu
yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan
membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak
beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah dan amaliyah
(aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan
selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia.
Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan
memasuki berbagai bidang kehidupan.
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada
Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk
masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja.Kehidupan mereka
akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan
yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan.

10
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran
tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.
Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan, sikap,
tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu
dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam,
shoum (puasa) sunnah, berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin
sering ia melakukan latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia
melakukan kebajikan. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki
kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari.

C. Tujuan pendidikan agama islam


Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam
Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa
kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat
(lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik
dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat
disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui
pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya
tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan
kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-
tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah
dicapai.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan
seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan
diri ialah beribadah kepada Allah. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia
mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh
Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti
dalam surat a Dzariyat ayat 56 :“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali
supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Jalal menyatakan bahwa sebagian orang
mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan,
mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya

11
ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau
disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk
mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.Ibadah ialah
jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan
manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan
Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa
pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di
akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku
masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan
masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai
ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat

Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi

1. Pembinaan akhlak
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat
3. Penguasaan ilmu
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat

Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :

1. Tujuan keagamaan
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak
3. Tujuan pengajaran kebudayaan
4. Tujuan pembicaraan kepribadian
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di dunia dan akhirat
2. Menghambakan diri kepada Allah
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia

12
D. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan Tinggi Umum (PTU) merupakan
kelanjutan dari pengajaran yang diterima oleh peserta didik mulai dari Tingkat Dasar,
Sekolah Menegah Pertama dan Atas. Namun berbagai persoalan muncul dalam proses
pembelajaran PAI. Materi yang diajarkan boleh dikatakan sama secara nasional.
Banyaknya materi ajar dan kurang berfariasinya pengajar dalam menyampaikannya,
ditambah lagi dengan alokasi waktu yang kurang memadai, menjadikan peserta didik
(mahasiswa) kurang bergairah dalam menyerap perkuliahan. Kesan yang sering
muncul di kalangan mahasiswa adalah mata kuliah “wajib lulus” ini seakan berubah
menjadi “wajib diluluskan” karena kalau tidak lulus akan menjadi hambatan bagi
mata kuliah di atasnya. Secara sederhana bisa juga dikatakan bahwa mahasiswa
“wajib lulus” dan sang dosen “wajib meluluskan”.
Tentu ini menjadi masalah yang cukup serius. Sepanjang yang saya ketahui,
sudah sering dilakukan upaya peningkatan mutu PAI di PTU, baik bagi staf
pengajarnya, materi kurikulum dan usulan penambahan jumlah SKS-nya. Namun
selalu terkendala dilapangan oleh berbagai faktor, misalnya staf pengajar yang belum
seragam dalam pendekatan pembelajaran PAI karena perbedaan latar belakang
disiplin ilmu masing-masing dalam bidang keagamaan. Materi kurikulum yang
ditetapkan secara nasional sering kali membuat staf pengajar tidak mampu melakukan
improfisasi sehingga tidak jarang kelas menjadi monoton. Dilihat dari jumlah tatap
muka sudah jelas tidak memadai hanya dengan 2 sks. Berbagai upaya dilakukan untuk
menambah jam pelajaran PAI, namun jawaban yang sering didengar adalah “sudah
begitu banyak beban mata kuliah masiswa yang harus diselesaikan, terutama mata
kuliah Jurusan, sehingga tidak perlu diberi beban tambahan”.
Melihat perubahan pola pikir mahasiswa dan berkembangnya ilmu
pengetahuan, perlu berbagai upaya untuk untuk mengoptimalkan buku IDI (Islam dan
Disiplin Ilmu), perlu pengembangan PAI melalui pendekatan ilmu yang ditekuni oleh
masing-masing program studi mahasiswa dengan melihat masing-masing sub pokok
bahasan melalui disiplin ilmu tertentu sebagai pengayaan PAI di PTU. Untuk
mahasiswa Politeknik, hal ini dirasakan masih belum memadai dan perlu
dikembangkan.

13
Pendidikan agama merupakan upaya sadar untuk mentaati ketentuan Allah
sebagai guidance dan dasar para peserta didik agar berpengetahuan keagamaan dan
handal dalam menjalankan ketentuan-ketentuan Allah secara keseluruhan. Sebagian
dari ketentuan-ketentuan Allah itu adalah memahami hukum-hukum-Nya di bumi ini
yang disebut dengan ayat-ayat kauniyah. Ayat-ayat kauniyah itu dalam aktualisasinya
akan bermakna Sunanatullah (hukum-hukum Tuhan) yang terdapat di alam semesta.
Dalam ayat-ayat kauniyah itu terdapat ketentuan Allah yang berlaku sepenuhnya bagi
alam semesta dan melahirkan ketertiban hubungan antara benda-benda yang ada di
alam raya.
Untuk memahami hukum-hukum Tuhan itu, manusia perlu menggunakan akalnya
yang dibimbing oleh tauhid sebagai pembeda manusia dengan makhluk lain (QS.
7:199). Karena itu pula hanya manusia yang dipersiapkan oleh Allah menjadi khalifah
di muka bumi (QS. 2:30).

a. Kedudukan Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi


Peran penting agama atau nilai-nilai agama dalam bahasan ini berfokus
pada lingkungan lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi. Salah satu
mata kuliah dalam lembaga pendidikan di perguruan tinggi, yang sangat
berkaitan dengan perkembangan moral dan perilaku adalah Pendidikan
Agama. Mata kuliah Pendidikan Agama pada perguruan tinggi termasuk ke
dalam kelompok MKU (Mata Kuliah Umum) yaitu kelompok mata kuliah
yang menunjang pembentukan kepribadian dan sikap sebagai bekal
mahasiswa memasuki kehidupan bermasyarakat. Mata kuliah ini merupakan
pendamping bagi mahasiswa agar bertumbuh dan kokoh dalam moral dan
karakter agamaisnya sehingga ia dapat berkembang menjadi cendekiawan
yang tinggi moralnya dalam mewujudkan keberadaannya di tengah
masyarakat.
Tujuan mata kuliah Pendidikan Agama pada Perguruan Tinggi ini amat
sesuai dengan dasar dan tujuan pendidikan nasional dan pembangunan
nasional. GBHN 1988 menggariskan bahwa pendidikan nasional yang
berdasarkan Pancasila “bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil serta sehat jasmani dan rohani…

14
dengan demikian pendidikan nasional akan membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
Kualitas manusia yang ingin dicapai adalah kualitas seutuhnya yang
mencakup tidak saja aspek rasio, intelek atau akal budinya dan aspek fisik
atau jasmaninya, tetapi juga aspek psikis atau mentalnya, aspek sosial yaitu
dalam hubungannya dengan sesama manusia lain dalam masyarakat dan
lingkungannya, serta aspek spiritual yaitu dalam hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa, Sang Pencipta. Pendidikan Tinggi merupakan arasy tertinggi
dalam keseluruhan usaha pendidikan nasional dengan tujuan menghasilkan
sarjana-sarjana yang profesional, yang bukan saja berpengetahuan luas dan
ahli serta terampil dalam bidangnya, serta kritis, kreatif dan inovatif, tetapi
juga beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berkepribadian
nasional yang kuat, berdedikasi tinggi, mandiri dalam sikap hidup dan
pengembangan dirinya, memiliki rasa solidaritas sosial yang tangguh dan
berwawasan lingkungan.

b. Paradigma Baru Pendidikan Agama Sebagai Mata Kuliah Pengembang


Kepribadian
Dalam era global dan teknik informasi yang sarat dengan masalah-
masalah etis dan moral ini, masyarakat Indonesia khususnya kaum muda
memerlukan pengenalan yang benar akan nilai-nilai kemanusiaan diri. Lee
Kuan Yew mengatakan “Kita telah meninggalkan masa lalu dan selalu ada
kekhawatiran bahwa tak akan ada sesuatu yang tersisa dalam diri kita yang
merupakan bagian dari warisan masa silam”. Selain pengenalan yang benar
akan kemanusiaan diri orang muda juga membutuhkan suatu pendasaran
moral yang benar untuk pembentukan tingkah laku. Perlu ada perobahan sikap
mental yang drastis dalam masyarakat Indonesia yang yang penuh dengan
pelbagai krisis moral, etis, dan spiritual.
Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah agama. Kebudayaan nasional
modern Indonesia sekarang haruslah didasarkan kepada prinsip-prinsip dan
nilai-nilai agama yang spiritual dan religious. Seperti dikemukakan
sebelumnya, jati diri dan pendasaran moral yang benar tentunya berasal dari
agama dan pendidikan agama. Pendidikan Agama di perguruan tinggi
seharusnya merupakan pendamping pada mahasiswa agar bertumbuh dan

15
kokoh dalam karakter agamaisnya sehingga ia dapat tumbuh sebagai
cendekiawan yang tinggi moralnya dalam mewujudkan keberadaannya di
tengah masyarakat. Tetapi kenyataan sekarang ini, lembaga-lembaga
pendidikan tinggi belum sepenuhnya berhasil dalam tugas pembentukan
tenaga profesional yang spiritual. Setelah era reformasi muncul “kesadaran
baru” bahwa pendidikan secara umum dan pendidikan agama khususnya
“kurang berhasil” dalam pengembangan moral dan pembentukan perilaku
mahasiswa, dalam mengantisipasi masalah-masalah etis dan moral era global
dan teknik informasi. Tidak terlihat indikasi terjadinya perubahan yang
signifikan antara pengetahuan yang tinggi, tingkat kedewasaan menurut
usianya dan pengaruhnya pada perkembangan moralnya. Kenyataan secara
faktual banyak mahasiswa memiliki masalah-masalah moral, antara lain:
 VCD porno dua orang mahasiswa di Bandung,
 Aksi tawuran
 Perkelahian
 Tindak kriminalitas yang tinggi (seperti pembunuhan yang
dilakukan mahasiswa terhadap pacarnya yang sedang hamil), 
 Dan menurut laporan yang dicetak oleh Kompas Cyber Media, pada
tgl. 5 Februari 2001, dari dua juta pecandu narkoba dan obat-obat
berbahaya, 90% adalah generasi muda, termasuk di antaranya
25.000 mahasiswa

c. Paradigma Baru dalam Pendidikan Agama


Kenyataan tersebut di atas mendorong pihak-pihak yang perduli akan
pendidikan untuk mencari paradigma-paradigma baru yang sesuai dengan
tuntutan jaman. Tidak mengherankan jika salah satu topik yang ramai
dibicarakan dalam bidang pendidikan baik di Indonesia maupun dunia adalah
exellent school educatioan, yang tidak saja mengevaluasi ulang materi
pembelajaran, sumber daya manusia dalam memberi pembelajaran, tetapi juga
metode pembelajaran. Bahkan komisi internasional dunia yaitu The
International Commission on Education for the Twenty First Century,
dipimpin oleh Jacques Delors, lewat laporannya yang berjudul “Learning the
Treasure Within”, merekomendasikan agar proses pembelajaran di seluruh

16
dunia pada abad ini ini diselenggarakan berdasarkan 4 pilar. Keempat pilar itu
adalah:
 Learning to know
 Learning to do
 Learning to be
 Learning to live together.
Rekomendasi ini sangat mempengaruhi restrukturisasi kurikulum
pendidikan di Indonesia yang dibutuhkan demi terjadinya suatu pembenahan.
SK Mendiknas No.232/U/2000 dan No.045/U/2002 memperlihatkan
terjadinya restrukturisasi yang dimaksud. Dalam kurikulum ini Pendidikan
Agama menjadi salah satu mata kuliah dalam kelompok MPK (Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian). Dan dalam kurikulum yang direstrukturisasi ini
dipergunakan pendekatan baru yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang sangat mengedepankan kompetensi setiap mata kuliah di
perguruan tinggi.
Dalam SK No.43/DIKTI/Kep. 2006 tercantum rambu-rambu pelaksanaan
MPK ini di Perguruan Tinggi, khususnya rumusan visi, misi, standar
kompetensi, dan kompetensi dasar. Visi dan misi MPK memberi penekanan
kepada pemantapan kepribadian mahasiswa sebagai manusia Indonesia
seutuhnya, yang secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar
keagamaan dan kebudayaan.

Kompetensi dasar Pendidikan Agama adalah menjadi ilmuwan :  


 Yang professional,
 Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Berakhlak mulia
 Memiliki etos kerja
 Berkepribadian dewasa
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan

17
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Agama sebagai pranata sosial berperan sangat penting dalam mempengaruhi
perilaku para penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Peranan penting agama dan
nilai-nilai agama ini antara lain terlihat dalam mata kuliah Pendidikan Agama. Mata
kuliah ini merupakan pendamping yang penting bagi mahasiswa agar bertumbuh dan
kokoh dalam moral dan karakter agamawinya sehingga ia dapat berkembang menjadi
cendekiawan yang tinggi moralnya dan benar serta baik perilakunya.
Perilaku kehidupan beragama di Indonesia masih kuat dibayang-bayangi
tradisiformalisme dan keberagamaan belum mempunyai kekuatan untuk mengoreksi
distorsi moral dalam kehidupan sosial. Musuh agama tidak hanya maksiat, tetapi juga
korupsi dan kekerasan. Dari hari ke hari kita semakin biasa mendengar dan melihat
pembakaran, pengrusakan, pengeroyokan, pembunuhan, dan teror bom. Sementara
itu, masyarakat semakin apatis terhadap pemberantasan korupsi yang masih berputar-
putar pada isu.
Sebagai bangsa yang dikenal religius, seharusnya keberagamaan mempunyai
kontribusi untuk mengurangi kejahatan sosial di sekitar kita. nyatanya, belum ada
tanda-tanda demikian, sebuah pekerjaan rumah yang besar.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran dari para
pembaca sangat saya harapkan demi perbaikan makalah kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta : FT IAIN Wali Songo, Pustaka Pelajar, cet II, 2004
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional, Penilaian
Hasil belajar. (Jakarta: Dirjen Dikti 2001)
Arifin, Muzayyin, Prof., M.Ed., Filsafat Pendidikan Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2010

Ihsan, Hamdani, Drs, dan Ihsan, Fuad Ahmad, Drs., Filsafat Pendidikan Islam, CV Pustaka
Setia, Bandung, 2007

19

Anda mungkin juga menyukai