4. Penutup
Pendahuluan
VISI & MISI BADAN POM
(2015-2019)
VISI
• Obat dan Makanan Aman
Meningkatkan Kesehatan • Meningkatnya jaminan produk
Masyarakat dan Daya Saing
Obat dan Makanan aman,
g
Bangsa
bermanfaat,
b f t dan
d bermutu
b t
MISI dalam rangka meningkatkan
• Meningkatkan sistem pengawasan kesehatan masyarakat
Obat dan Makanan berbasis risiko • Meningkatnya
g y daya
y saingg Obat
untuk melindungi masyarakat dan Makanan di pasar Lokal
• Mendorong kemandirian pelaku dan Global dengan menjamin
usaha dalam memberikan jaminan mutu dan mendukung inovasi
k
keamanan Ob t d
Obat dan Makanan
M k
serta memperkuat kemitraan
dengan pemangku kepentingan
• Meningkatkan
g kapasitas
p
kelembagaan BPOM
SASARAN STRATEGIS
(2015-2019)
• Pelatihan
P l tih
• Pengetahuan
• Ketrampilan
• Sikap personil
Umum
• Area bersih untuk pembuatan produk steril digolongkan
berdasarkan karakteristik lingkungan yang dipersyaratkan.
• Kondisi “operasional”
operasional dan “nonoperasional”
nonoperasional hendaklah
ditetapkanuntuk tiap ruang bersih.
Tidak Tidak
D 3.520.000 29.000
ditetapkan ditetapkan
Tidak Tidak
E 3.520.000 29.000
ditetapkan ditetapkan
Klasifikasi Kebersihan
Ruang Pembuatan Obat
Batas yang Disarankan utk Cemaran Mikroba
B
10 5 5 5
C
100 50 25 -
D 200 100 50 -
Pedoman CPOB Tahun 2012
2012,
Aneks 1 (2)
Pemantauan Ruang Bersih dan Sarana
Udara Bersih
• Dilakukan secara rutin pada saat kegiatan
berlangsung
• penentuan lokasi pengambilan sampel analisis risiko.
• Batas waspada dan batas bertindak hasil
pemantauan p
p partikulat dan mikroba
• Pemantauan jumlah partikel ukuran > 5,0 μm di kelas A
dan B penting karena merupakan sarana untuk
deteksi dini kegagalan.
• Pemantauan kelas C dan D pada saat kegiatan rutin
dilakukan sesuai prinsip manajemen risiko mutu.
Pedoman CPOB Tahun 2012,
Aneks 1 (3)
Produk yang Disterilisasi Akhir
• Penyiapan komponen dilakukan di area minimal
kelas D.
• Pengisian dilakukan di area minimal kelas C.
Bil ada
• Bila d risiko
i ik dil
diluar k bi
kebiasaan ii
pengisian di k l
kelas
A dengan latar belakang kelas C.
Sanitasi
• Disinfektan dan detergen hendaklah dipantau terhadap cemaran mikroba.
• Fumigasi dalam area bersih dapat bermanfaat untuk mengurangi kontaminasi
mikrobiologis pada tempat yang tidak terjangkau.
Air
• Air yang digunakan untuk formulasi hendaklah diperlakukan sebagai bahan awal. awal
• Air untuk Injeksi (WFI)hendaklah diproduksi, disimpan dan didistribusikan dengan
cara yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba.
Pedoman CPOB Tahun 2012,,
Aneks 1 (6)
Pengolahan
Sterilisasi
6
6
5 Keterangan:
K t
5
P : Peringatan
4 PK : Peringatan Keras
3 LP : Larangan
g
3 Produksi
PSK: Penghentian
2
111 1 1111 1 1 1 1 Sementara Kegiatan
1
0 0
0
P P& PK PK & LP LP PSK
Recall
2011 2012 2013 2014 2015
Temuan terkait Fasilitas
Produksi Steril (1)
Sistem peringatan terkait pasokan udara ke area produksi (Aneks 1
Butir 60)
Hiygiene sanitasi misal terkait pencucian pakaian area bersih
(Aneks 1 Butir 47).
Aneks 1 Butir 47: Pakaian untuk area bersih hendaklah dicuci dan ditangani
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan kontaminan tambahan yang
kemudian akan terlepas. Cara penanganan ini hendaklah mengikuti
prosedur tertulis. Sebaiknya tersedia fasilitas khusus untuk pencucian pakaian
area bersih. Penanganan yang tidak tepat terhadap pakaian area bersih
akan merusak serat dan dapat meningkatkan risiko pelepasan partikel.
Aneks 1 Butir 60: Sistem peringatan hendaklah tersedia untuk
mengindikasikan kegagalan pasokan udara.udara Indikator perbedaan tekanan
udara hendaklah dipasang di antara area di mana hal tersebut sangat
penting. Perbedaan tekanan udara ini hendaklah dicatat secara teratur
atau didokumentasikan.
Temuan terkait Fasilitas Produksi
Steril (2)
Pengujian kompatibilitas filter (Pedoman CPOB Tahun 2012 Aneks 1
Butir 140)
Validasi pola muatan pada proses sterilisasi (Pedoman CPOB 2012
Butir Aneks 1 Butir 108)
Data
a a du
dukung
u g pepemilihan
a metode
e ode sterilisasi
s e sas ((Pedoman
edo a CPOB
C O 2012
0 Butir
u
Aneks 1 Butir 106 dan 107)
Aneks 1 Butir 106: Sebelum proses sterilisasi digunakan ketepatan untuk produk terkait dan efikasinya untuk
mencapai kondisi sterilisasi yang diinginkan pada semua
bagian dari tiap jenis beban yang harus diproses,
diproses hendaklah dibuktikan dengan pengukuran fisis dan
bila diperlukan menggunakan indikator biologis. Keabsahan
proses hendaklah diverifikasi pada interval yang
dijadwalkan, minimal sekali setahun, dan bilamana ada
modifikasi yang signifikan pada peralatan. Catatan hasil hendaklah disimpan.
Aneks 1 Butir 107: Untuk mendapatkan sterilisasi yang efektif, semua bahan harus dicakup dalam penanganan yang
dipersyaratkan dan proses hendaklah didesain untuk memastikan hal ini dapat dicapai.
Aneks 1 Butir 108: Pola muatan yang tervalidasi hendaklah ditetapkan untuk semua proses sterilisasi.
Aneks 1 Butir 140: Filter hendaklah tidak memengaruhi mutu produk dengan menghilangkan bahan produk atau dengan
melepaskan bahan filter ke dalam produk.
Temuan terkait Fasilitas Produksi
Steril (3)
Pelaksanaan media fill (Pedoman CPOB 2012 Aneks 1 Butir 85)
Validasi ujij sterilitas ((Pedoman CPOB 2012 Aneks 1 Butir 155))
Kualifikasi terhadap personil yang bekerja di fasilitas produksi
aseptis (Pedoman CPOB 2012 Aneks 1 Butir 38)
Aneks 1 Butir 38: Personil yang bekerja di area bersih dan steril hendaklah dipilih
secara seksama untuk memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja
dengan penuh disiplin dan tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi
k
kesehatan
h t yang dapat
d t menimbulkan
i b lk b h
bahaya pencemaran mikrobiologis
ik bi l i terhadap
t h d
produk.
Aneks 1 Butir 85: Validasi proses aseptis hendaklah mencakup uji simulasi proses
menggunakan media pertumbuhan (media fill).
Aneks
A k 1 Butir
B ti 155:
155 Uji sterilitas
t ilit yang dil dilakukan
k k t h d
terhadap produk
d k jadi
j di hendaklah
h d kl h
dianggap hanya sebagai bagian akhir dari rangkaian tindakan pengendalian untuk
memastikan sterilitas dari produk. Uji sterilitas ini hendaklah divalidasi untuk produk
yang berkaitan.
PENUTUP
Fokus p
prioritas p
pengawasan
g Badan POM adalah
perlindungan konsumen dan peningkatan daya saing
produksi nasional.